Bab 11

57 17 4
                                    

Happy reading preenn🤗

Pihak sekolah menelepon kepada ibu Fatimah selaku orang tua Raihan. Mereka mengharapkan kehadiran Raihan juga kedua orang tuanya. Saat sudah di ruang BK, Bu Nia memberitahukan bahwa Raihan akan di skors.

“Kamu yakin Ian, bukan kamu yang ngelakuin?” tanya Fatimah lagi.

“Yakin Umma, Ian tau mana yang dosa dan mana yang nggak,” jawab Raihan meyakinkan orang tuanya.

“Masalahnya, Marsha nuduh kamu, bahwa kamu yang melakukan itu Ian,” timpal Fahri.

“Aku belum punya bukti yang kuat Bi, Ma.”

Saat Raihan dan kedua orang tuanya keluar dari ruang BK, Alda, Ara dan Zahwa melihat dari belakang.

°°°

Setelah mereka mendapatkan ancaman dikeluarkan dari sekolah, Abi Raihan sangat kecewa dan merasa gagal menjadi orang tua yang baik bagi Raihan. Raihan yang dituduh telah menghamili Marsha, dia merasa frustasi karena bukan dia lah pelakunya. Pikiran Raihan sangat kacau karena dia ketinggalan pelajaran karena diskors dan tidak boleh masuk sekolah. Raihan juga sempat melihat sekilas wajah Alda saat dirinya keuar dar ruang BK. Matanya memancarkan aura kecewa padanya.

“Duh, gimana ini?” ucap Raihan yang melihati langit-langit kamarnya.

“Han … makan dulu sini, kamu dari kemarin belum makan loh,” ucap Fatimah di depan pintu kamar Raihan.

“Ian ga laper!” jawabnya sedikit berteriak.

Melihat itu umma Raihan berjalan ke arah abi Raihan.

“Bi, itu si Ian belum makan dari kemarin loh,” ucapnya.

“Ya biarin, nanti kalo laper pasti makan kok,” jawab abi Raihan.

“Suruh makan itu Ian, bujuk dulu, Bi,” perintah ummanya.

Fatimah pergi ke dapur untuk memasakan makanan kesukaan Raihan. Ia memasakkan jamur krispi geprek dengan sambal yang sangat pedas. Aromanya sudah tersebar satu rumah, tak mungkin jika aroma itu tidak menggugah selera Raihan.

“Nih, Bi, kasih ke Ian biar dia mau makan,” ucap umma sambil menyodorkan sepiring nasi dan jamur krispi serta sambal yang cukup banyak, tak lupa segelas air mineral.

“Iya deh, tapi kalau si Ian gak mau gimana?” tanya Fahri.

“Pasti mau tuh. Itu, 'kan, makanan favorit dia,” ucap Fatimah penuh yakin.

Fahri langsung menaiki tangga menuju kamar Raihan.

“Han … makan dulu, ini Umma udah masakin kesukaan kamu,” ucap abi Raihan.

“Makan dulu, kamu belum makan loh dari kemarin,” paksa abinya.

Perutnya memang dari tadi pagi terus berkoar untuk diisi makanan. Ditambah aroma yang sangat menyengat di hidungnya, membuatnya tak bisa menahan laparnya. Karena terlihat sangat lama, Fatimah ikut pergi ke kamar Raihan.

“Ian … sini makan dulu, emang kamu gak mau makan jamur krispi geprek. Ini enak banget loh!” bujuk Fatimah.

Mendengar itu Raihan langsung membukakan pintu untuk mengambil makanan tersebut.

“Nah, gitu dong, pinter anak umma,” ucap umma Raihan sambil tersenyum lega karena Raihan akhirnya mau makan.

Raihan hanya terdiam dan mengambil makanannya dan masuk kembali ke kamarnya. Sebelumnya ia telah mengucapkan terima kasih pada sang Umma.

Selesai makan, Raihan turun ke lantai bawah untuk mencuci piringnya.

“Gimana? Enak, 'kan?” tanya Fatimah.

“Iya, enak,” jawab Raihan.

“Umma percaya kok, kalau kamu anak baik-baik, gak mungkin ngelakuin itu.” Ummanya mengelus rambut Raihan.

“Makasih Umma, udah percaya sama Ian. Maaf, ya, Ma, Ian bikin Umma kepikiran.” Raihan memeluk sang Umma. Fatimah hanya bisa berdoa, semoga anaknya bisa menemukan jalan keluar dari masalahnya. Perempuan paruh baya tersebut membalas pelukan putranya, dan tak sadar sebulir air matanya menetes.

CUKUP DI LAUHULMAHFUZ(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang