Matahari menyingsing naik, bersinar terik seolah membakar semangat yang nyaris putus. Pemakaman Rauk berjalan tanpa hambatan karena dilaksanakan tertutup. Jadi tak ada bangsawan haus gosip yang mencampuri. Eugene merasa sedikit lega karena Kaisar memakamkan Rauk di pemakaman khusus anggota kekaisaran. Saat ditanya alasan, Kaisar menjawab Rauk dan beliau berteman baik. Selain itu Rauk tak memiliki kerabat, wilayah kekuasaannya juga kacau.
Sudah sepekan sejak proses pemakaman selesai, Eugene segera bersiap untuk latihan. Kemarin malam Alicia memberi tahu jangka segel Rauk bertahan hanya tiga bulan. Penyebabnya adalah saat menyegel, Rauk dalam keadaan sekarat, jadi sihirnya juga menipis. Karena itu Eugene meminta Alicia memberi jadwal tambahan.
Eugene kini berdiri di tengah lapangan tempat biasa berlatih dengan Alicia. Dari jarak sekian meter, kobaran semangatnya terasa. Tiga temannya jadi tertular semangat. Ia berseru penuh tenaga, “Tolong ajari saya cara menggunakan kekuatan suci, Nona Guru!
Respon Alicia datar, tak mempermasalahkan Eugene yang terlalu berkobar setelah ditinggal sang Ayah selamanya. Tanpa basa-basi, Alicia mengeluarkan sihir putihnya. Mana di tangan sang gadis memercik, menghasilkan energi kasat mata berbentuk mirip api namun berwarna putih. Eugene menggumam takjub, melihat sihir putih saja membuat perasannya tenang.
“Aku hanya tahu sihir putih dan sesuai buku yang kubaca, kekuatan suci dan sihir putih hampir mirip. Kekuatan suci itu versi murni dari sihir putih, begitu singkatnya,” Alicia mulai menjelaskan. “Lalu, cara menggunakan sihir putih berbeda dengan sihir biasa. Sihir putih tidak perlu mantra, asal memiliki ketulusan saja sudah cukup, sihir putih juga membutuhkan mana. Kekuatan suci secara garis besar sama, bedanya tidak memakai mana.”
“Jika begitu, berarti manaku yang banyak tidak terpakai?” sela Eugene penasaran.
“Tentu saja terpakai. Dengarkan aku dulu,” jawab Alicia kesal. Orang yang Eugene anggap guru itu mengarahkan sihir putih ke tangan Eugene. “Untuk fungsi, sihir putih itu serbaguna. Saat kau ingin menjadikannya sihir penyembuh, itu akan menjadi sihir penyambuh. Sihir putih juga bisa untuk menyerang, asal tujuannya baik. Nah, karena sejauh ini perkembanganmu termasuk cepat, kurasa kau bisa beradaptasi dengan kekuatan suci.”
Alicia tersenyum bangga melihat Eugene mengangguk antusias. Teringat sesuatu, ia mengeluarkan surat dari mantel lalu diberikan ke Eugene. “Nih, surat dari Iupria. Kau pernah tinggal disana, kan?”
“Iya, sebelum ke akademi aku juga dilatih Kesatria Lancelot di Iupria. Oh, aku lupa. Terima kasih, Nona Guru!” Eugene tersenyum cerah sampai Alicia silau. Mendengus pelan, Alicia menepuk kepala Eugene. Rambut Eugene lembut, Alicia suka sensasi saat surai hijau itu menyentuh telapak tangan. Walau tidak senyaman mengusap rambut panjang Ikarus.
“Kakak sedang apa?” Oh, orang yang baru dipikirkan Alicia datang. Ikarus berdiri angkuh di belakang Eugene, walau begitu rautnya seperti ingin menangis. Alicia memasang ekspresi mengejek, tangan satunya yang menganggur ia gunakan untuk mengacak surai abu Ikarus. Melihat adiknya berekspresi nyaman membuat Alicia sedikit senang. Alicia menjawab pertanyaan Ikarus dengan jujur, “Menepuk kepala Eugene.”
Ikarus terlihat emosi, tapi urung karena Zach dan Valisha berlari menghampiri mereka. “Selamat pagi, Nona. Karena ada Nona Alicia, cuaca hari ini cerah sekali,” sapa Zach dengan aura cerah.
“PAGI, NONA! BAGAIMANA KABAR ANDA?” Sapaan penuh semangat ini susah jelas dari Valisha. Alicia menanggapi dengan anggukan, sederhana dan berefek besar bagi fans garis keras seperti Valisha. “Syukurlah, di hari yang cerah Nona pasti baik-baik saja. Kami pamit dulu, Eugene berjanji akan membahas catatan dryad!”
“Ya, aku juga ada urusan. Bersenang-senanglah,” Alicia menjawab singkat dengan tepukan ringan di kepala Valisha. Membuat Valisha kegirangan dan harus diseret Zach.
***
Eugene dan kawan-kawan berjalan rusuh menuju asrama. Zach yang penasaran dengan isi surat dari Baron Louis di Iupria memaksa Eugene membukanya. Karena Eugene juga penasaran jadi ia menuruti keinginan Zach. Tertulis pengirim surat, Oliver, akan menyusul Eugene ke akademi bersama saudarinya yang identitasnya ditutup. Perkiraan mereka datang tiga bulan lagi, bersamaan dengan perkiraan segel Thraxal lepas.
“Jujur saja, aku menyesal penasaran,” keluh Zach sesampainya di depan kamar asrama. Ia langsung masuk, mendahului penghuni aslinya, Eugene. Valisha juga mengeluh, mereka berdua terlalu random bagi Eugene.
“Apa dia saudaramu?” Ikarus bertanya saat Eugene mempersilakannya masuk. Eugene menaruh suratnya lalu menggeleng. “Aku hanya pernah singgah di kediamannya. Kurasa kami juga tidak terlalu akrab,” jawab Eugene seadanya. Ikarus menggumam ‘oh' panjang lalu bergabung dengan Zach dan Valisha. Toh hubungan Eugene dan Oliver di luar urusannya.
Sementara tiga temannya bersantai, Eugene mengambil gulungan kertas berisi catatan dryad yang diberi Lancelot. Begitu menemukan dua versi —yang ditulis dengan bahasa dryad dan manusia— catatatannya, Eugene mendekati teman-temannya.
“Aku menemukannya! Ada yang ditulis dengan bahasa dryad, ada juga yang diterjemahkan ke bahasa manusia. Mohon bantuannya, teman-teman!” seru Eugene semangat. Tangan Valisha mengambil versi bahasa manusia sebelum didahului Zach. Ia membacanya dengan cepat, saat selesai dibantingnya kertas itu.
“AKU TIDAK PAHAM!”
Ikarus di sebelahnya tertawa meledek, kini ia yang membaca isi catatan dryad tentang Si Biru dari Timur. Beberapa kali alisnya berkerut, menatap Eugene yang menunggu dengan polos, lalu menghela napas. Ikarus memberi pendapat, “Aku tidak tahu pasti maknanya dengan rinci, yang pasti catatan ini menceritakan seseorang.”
“Benarkah? Siapa?” tanya Eugene antusias.
“Itu kau, tahu!”
Setelah menjawab demikian, Ikarus harus menjelaskan panjang lebar isi catatan dryad. Ia menceritakan dari paragraf awal, tentang Si Biru yang tersisihkan, tersiksa, terdiskriminasi dan tak bisa lari. Itu cocok dengan cerita Eugene dimana ia mendapat perlakuan buruk di Thraxal. Lalu Si Biru yang kuat, tapi tak menyadari kekuatannya, itu adalah Eugene yang selalu menganggap diri sendiri seperti sampah.
Yang terakhir dari judulnya, ‘Yang Terbuang, Si Biru dari Timur'. Timur di Stece hanya Thraxal, karena disana hijau lebih umum dan biru langka, menemukan ‘Si Biru' cukup mudah. Mata biru Eugene itu hal langka, bukan hanya di Thraxal, tapi di seluruh wilayah Stece.
“Hahhh, padahal mendiang Duke Aclyae jelas berkata kau itu pemimpin Thraxal, kenapa tidak peka juga, huh?” heran Ikarus lelah.
***
Tiga bulan kemudian, saat Eugene berlatih pengendalian roh.
Alicia mengawasi di ujung tempat latihan, memantau perkembangan Eugene yang pesat. Selama tiga bulan terakhir, Eugene terus berlatih dengan giat. Seiring perkembangannya dalam menguasai kekuatan suci dan pengendalian roh, fisik Eugene juga tumbuh. Anak itu memang masih termasuk kecil dibanding temannya, namun lebih baik dari pada tiga bulan lalu.
Tinggi Eugene bertambah menjadi 157 cm, berat badannya juga mulai naik. Memang terlalu kurus untuk remaja lima belas tahun, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin pertumbuhan Eugene agak lambat karena semasa kecil sudah stress dan tidak mendapat banyak nutrisi. Yang terpenting ia terus bertumbuh.
Sedang asyik mengawasi Eugene, Alicia menerima sinyal dari roh yang ia utus mengawasi Thraxal. Hari yang indah berubah dalam sekejap. Roh yang ia utus berkata segel yang dipasang Rauk pecah. Namun bukan itu masalah utamanya. Thraxal mengeluarkan serbuk beracun, dan parahnya serbuk itu menyebar ke daerah sekitar.
Alicia bergegas pergi, ia akan melapor pada Kaisar dan melakukan evakuasi. Sebelum keadaan terkendali, ia akan merahasiakannya dari Eugene.
“EUGENE, AKU ADA URUSAN.”
“SILAKAN PERGI, NONA. SAYA BISA SENDIRI”
○To be continued○
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Eyes Blue❞ (TAMAT||TERBIT)
FantasyKebebasan dan jati diri yang jelas, adalah impian hampir semua orang. Namun, jalan yang dilewati untuk mecapainya tidak mungkin mulus. Seperti jalan si anak buangan dari Thraxal, Eugene El Aclyae, yang dipenuhi batuan terjal dan duri beracun. Namun...