Di perbatasan Thraxal dengan wilayah Claidor, lingkaran sihir teleportasi mengeluarkan Rauk dalam keadaan sekarat. Walau begitu Rauk masih bisa bangkit, berdiri tegak dengan niat bertahan hidup teramat kuat. Ia memang sekarat, namun mana di tubuhnya tersisa banyak. Tanpa persiapan matang ia merapal mantra penyegel, membuat lingkaran sihir berukuran raksasa. Tak ada ragu dalam niatnya, Rauk ingin cepat-cepat menyegel paksa seluruh Thraxal lalu meminta bantuan Kaisar.
Waktu terus berjalan, sampai dini hari Rauk masih menyempurnakan segel Thraxal. Darah yang tak berhenti keluar, napas dan detak jantung yang melemah ia abaikan. “Sedikit lagi, kumohon bertahanlah, tubuh sial,” gumamnya tersengal. Semakin samar detak jantungnya, fokusnya semakin kacau.
Sementara itu tak jauh dari tempat Rauk berdiri, sesosok roh suci utusan Alicia memantau, “Saya menemukannya, Yang Mulia. Duke Aclyae sedang sekarat di perbatasan Thraxal dengan Claidor. Ia sedang menyegel Thraxal, haruskah hamba membantu?”
Dalam pikiran roh itu respon sang tuan terdengar, “Ya, lalu bawa ke ruangan Kaisar secepatnya.”
***
Alicia mendapat laporan dari roh yang ia perintah, keadaan di Thraxal lebih buruk dari perkiraan. Bahkan seorang Duke Rauk yang kekuatannya lebih unggul dari Kaisar Ferne sampai sekarat. “Kepada roh suci yang mendiami Stece, eksistensi terkuat dari yang terkuat, datanglah. Atas nama kekaisaran dan Thraxal, aku, Vishapin Stece di Alicia meminta kalian tunduk di bawah perintahku.”
Di bawah sinar bulan, sepuluh roh suci melayang mengelilingi tubuh Alicia. Eksistensi agung itu membungkuk, memberi hormat kepada satu-satunya manusia yang memiliki cukup tekanan untuk memerintah roh sesuka hati. “Hamba menghadap Yang Mulia, tolong katakan apa yang bisa hamba lakukan.”
Iris Alicia berkilat, dengan tegas ia memberi perintah, “Cepat pergi ke ruangan Kaisar, kalian harus menyembuhkan seseorang.” Lalu ia pergi begitu saja. Roh yang ia panggil menghilang, berpindah menuju istana. Sedangkan Alicia segera memanggil Eugene, siapa tahu ini kesempatan terakhir Eugene bertemu sang Ayah.
Langkah Alicia cukup lebar dan cepat, dalam waktu singkat ia sudah berada di depan asrama Eugene. Tanpa permisi sang gadis membuka pintu, mendapati tiga laki-laki yang membaca buku dan satu perempuan yang menggambar lingkaran sihir. Keempatnya terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Alicia. Tanpa basa-basi Alicia membuka portal, “Cepat masuk, kita pergi menemui Kaisar.”.
Empat remaja di ruangan memberi berbagai respon. Dari keheranan, jengkel, bingung, sampai menurut saja. Alicia menghela napas, perempatan imajiner muncul di pelipis. “Duke Rauk sedang sekarat, Eugene harus menemuinya. Lalu kalian bertiga, temani Eugene dan bantu dia mengatur emosi.”
“Tapi kakak...”
“SIAP, YANG MULIA!”
***
Atmosfer di ruangan Kaisar jauh lebih berat dibanding hari biasa. Penyebab utamanya tak lain adalah Rauk yang berlutut penuh darah. Melihat hal itu, Kaisar geram dan Eugene syok berat. Memang ada beberapa roh suci dan Alicia yang mengobati, namun tak ada tanda-tanda Rauk akan membaik. Sang duke juga terlihat tak memiliki harapan hidup lagi, sorot tegasnya menatap sang putra sayu. Raut tegasnya melembut, bahkan melempar senyum hangat yang tak pernah terlihat oleh Eugene.
Eugene sesak, sensasi yang biasanya hanya ia rasakan dalam halusinasi menjadi kenyataan. Tembok pertahanannya runtuh, tangis yang ia tahan pecah, sesak yang ia tekan melebar, Eugene ikut merasakan sulur yang menembus tubuh Rauk. Rasanya sangat menyiksa. Ia bergerak, mendekati Rauk selangkah demi selangkah. Bersamaan dengan luka Rauk yang terlihat semakin jelas, dada Eugene seperti dikoyak.
“Ugh, cukup Yang Mulia, saya baik-baik saja,” Rauk menyingkirkan lengan Alicia halus. Berkata baik-baik saja dengan senyum cerah dalam kondisi sekarat adalah hal aneh. Mengikuti arah pandang Rauk, Alicia mengerti. Dengan sadar diri ia mundur, memberi ruang agar Rauk melihat putranya dengan jelas. Bibir Rauk terbuka, mengeluarkan suara lembut dan serak diiringi senyum lebar, “Kemari, Eugene. Jangan menangis”
Yang dipanggil tersentak, sedetik kemudian ia berlari menerjang Rauk. Melingkarkan lengan di leher sang Ayah dengan jarak cukup jauh agar tak ikut tertusuk sulur tajam. Tangisnya memelan karena sesak. Bau anyir darah sang Ayah membuat hatinya semakin sakit. Rauk meraba punggungnya, mencabut sulur yang menembus tubuhnya dengan kasar lalu mendekap Eugene. “Kau pasti takut tertusuk, kan? Sekarang jangan khawatir, sebentar saja, aku akan mendekapmu layaknya orang tua,” ucap Rauk lirih. Eugene mengangguk lalu mengeratkan pelukannya.
“Tolong biarkan Yang Mulia hiks menyembuhkan A-ayah, lukanya pasti bisa menutup, kan?” Eugene mengangkat suara, memohon agar Rauk membiarkan lukanya disembuhkan. Namun Rauk hanya tersenyum tipis, melepas pelukan Eugene dan memberi elusan ringan di kepala Eugene.
“Kau sudah memikul banyak beban, lalu dengan tidak tahu diri aku mengabaikanmu. Maafkan Ayah, Eugene,” Rauk tulus mengatakannya, karena itu Eugene merinding. Merasa waktu sang Ayah tak lama lagi. “Dengarkan aku, jangan pulang ke Thraxal sebelum kau kuat. Disana sedang terinfeksi dark magic. Jika kau kembali, kemurnianmu akan tercemar, hatimu akan tertutup, Nak. Seperti aku yang merasa terganggu karena kau memiliki kekuatan suci.”
Eugene tak menjawab, ia masih berusaha meredakan isakan. Ia ketakutan, Rauk tak pernah berbohong jika menyangkut Thraxal. Jika yang dikatakan Rauk adalah fakta, makam sang Ibu di Thraxal juga terinfeksi dark magic. “Ibu... bagaimana?”
Membenarkan posisi duduk, Rauk tersenyum miris. “Mau tak mau Ibumu harus menetap. Sebagai ras dryad ia tak bisa meninggalkan Thraxal. Sedangkan Vianette dan Lancelot sudah pasti mati karena pewarisan dark magic pada Ivy,” jawabnya membuat seluruh orang di ruangan memucat.
“Aku ingin meminta bantuanmu, Ferne. Kemungkinan di Thraxal tak ada manusia yang tersisa, lalu segelku hanya bisa bertahan paling lama enam bulan. Tolong bantu Eugene berkembang agar bisa mengatur Thraxal. Lalu Eugene, setelah menjadi kuat, kau harus memurnikan Thraxal dan menenangkannya,” Rauk memberi instruksi dengan napas yang semakin samar. Ferne mengangguk, cukup geram karena teman baiknya sekarat karena dark magic. Alicia, Ikarus, Valisha dan Zach ikut setuju, dark magic bukan perkara sepele.
“Kami juga membantu, Duke!” seru mereka lalu tiba-tiba menjadi sedih.
“Terima kasih, tolong bimbing Eugene dengan baik,” Rauk tersenyum, darah segar keluar dari sela bibirnya, sedikit demi sedikit lalu keluar banyak bersamaan dengan batuk. “Lalu Eugene, setelah Thraxal pulih, menetaplah disana agar tetap stabil. Namun jika itu bukan keinginanmu, katakan pada roh penjaga disana. Lalu hiduplah dengan bebas.”
Tubuh Rauk ambruk, tubuhnya mendingin dan darah yang keluar semakin banyak. Digenggamnya tangan Eugene erat, lalu tersenyum lebar. “Kau itu kuat, Nak. Dari lahir, kau sudah dipilih Thraxal untuk menjadi pemimpin. Mungkin penyebab Thraxal menggila adalah perlakuan buruk yang kau terima. Tapi, jangan menyalahkan dirimu, semua yang terjadi adalah rangkaian takdir untuk membuatmu lebih kuat. Makanya, hiduplah dengan bebas dan bahagia.”
Perlahan detak jantung Rauk melemah. Sebelum benar-benar berhenti, Rauk berbisik pada Eugene bahwa luka yang ia terima adalah hukuman dari roh penjaga Thraxal. Di akhir waktunya, Rauk berharap Eugene tak menyalahkan diri sendiri.
Tepat saat matahari terbit, Rauk tiada. Setelah membawa kabar buruk Duke Aclyae itu meninggalkan dunia begitu saja. Untuk sesaat mental Eugene terguncang dan tanpa sadar mengamuk. Untungnya dengan satu tendangan ia langsung sadar.
Di saat matahari terbit memberi kehangatan, Eugene kehilangan orang-orang yang berharga. Rauk dan Lancelot pergi dengan tidak pantas, sedangkan Ivy yang mendapat warisan dark magic mungkin hidup dengan damai. Saat itu, tekad Eugene bukan sekadar mendapat pengakuan, ia ingin melindungi miliknya. Mulai teman, kenangan, bahkan kekuatan.
Rauk pernah berkata, untuk termotivasi berubah menjadi lebih baik, seseorang harus merasakan kehilangan. Rauk tak asal bicara, karena ia sendiri menjadi semakin kuat setelah kehilangan Ibu Eugene.
○To be continued○
Bab ini cuma 1,1k word, ak mlyt.
Tapi ku ga nangis serius, mataku cuma keringetan😭🙏🏾⚠️Spoiler Alert⚠️
Bumbu-bumbu action mulai terlihat!
Oliver mengirim surat, dia akan pergi ke akademi dengan adiknya yang—nguengggg limitttBhay readers maniez
/stress karena matiin Rauk
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Eyes Blue❞ (TAMAT||TERBIT)
FantasíaKebebasan dan jati diri yang jelas, adalah impian hampir semua orang. Namun, jalan yang dilewati untuk mecapainya tidak mungkin mulus. Seperti jalan si anak buangan dari Thraxal, Eugene El Aclyae, yang dipenuhi batuan terjal dan duri beracun. Namun...