Sudah tiga hari sejak Eugene mengalami kebangkitan ulang dan tak sadarkan diri. Selama itu, perlakuan penduduk desa kepada teman-temannya semakin membaik. Mereka membantu merawat Eugene, mengajari dasar sihir hitam untuk perluasan serangan, dan memberi Valisha pasokan batu mana. Sebagai gantinya, Ikarus dan Zach ikut andil memburu monster sedangkan Valisha membantu tabib.
Lepas kendalinya Eugene memang menyebabkan kerusakan cukup parah. Tapi itu lebih baik daripada undead tidak dilenyapkan. Kepala Desa merasa bersalah, jadi setiap hari ia menjenguk Eugene. Yang dilakukannya tak banyak, hanya bersujud sambil menggumam kata maaf selama beberapa jam.
Ikarus, Zach dan Valisha tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi mereka hanya menonton. Sama seperti saat ini. Valisha sedang menyalurkan kekuatan penyembuhnya ke tubuh Eugene untuk mempercepat siumannya. Ikarus dan Zach berdiri di pintu, menatap lelah Kepala Desa dengan gumaman panjangnya.
"Uhh," lenguhan itu keluar dari mulut Eugene, ia menunjukkan tanda akan siuman dan Valisha merasakannya. "Aliran mananya sudah stabil. Lebih baik anda sudahi minta maafnya dan tolong ambilkan air minum," titah Valisha dengan senyum cerah. Kepala Desa menurut, sedangkan Ikarus dan Zach mendekat.
Kelopak mata Eugene bergerak, mengerjab untuk menyesuaikan pupil dengan cahaya lalu terbuka sepenuhnya. Saat Eugene masih linglung, Kepala Desa datang dengan segelas air. Zach membantu Eugene duduk, membiarkan Eugene minum dengan tangannya sendiri sembari memahami situasi. "Halo, Eugene! Apa kau sudah sepenuhnya sadar?"
"Aku bingung," jawab Eugene singkat. Jiwanya berpindah-pindah, merasakan berbagai tempat asing tanpa jeda. Jadi saat sadar, ia butuh waktu menyusun rangkaian kejadian di ingatan. "Aku ingat dengan jelas saat api membakar kakiku, tapi setelahnya aku sulit percaya."
Eugene makin bingung melihat reaksi mereka. Valisha tersenyum lebar sampai mengeluarkan air mata, Zach menepuk bahunya sambil mengucap syukur, dan Ikarus menyentil dahinya. "Parah kau Eugene."
"Eh, kenapa?"
"Sepertinya mata istimewamu mengalami kebangkitan lagi, dan tubuhmu syok. Mereka bilang kau sampai muntah dan menangis darah. Jika benar kau mengalami kebangkitan lagi, maka itu adalah sinkronisasi kekuatan dengan tubuhmu. Awalnya memang terlihat cukup berbahaya, tapi jika rutin dilatih itu bukan masalah," jelas suara dari item sihir berbentuk kristal oranye di saku Ikarus.
"Oh, Nona Guru? Anda dimana?" Eugene celingukan, mencari pemilik suara familier di sekeliling ruangan. Ikarus mengaduh lalu mengeluarkan item sihir komunikasi dari sakunya. "Maaf, aku lupa alatnya menyala."
"Dimaafkan," sahut suara dari kristal yang terdengar lebih jernih. "Aku di istana, suaraku dari item sihir yang kalian bawa. Nah, kau paham apa yang kukatakan barusan, Eugene?"
Eugene tetap mengangguk walau sudah pasti tak terlihat oleh Nona Gurunya, Alicia. "Saya pernah mengalami hal serupa di Iupria. Bedanya aku pingsan tak sampai satu hari."
"Aku sudah pernah dengar itu. Aku cukup sibuk, sampai sini dulu. Jika butuh bantuan hubungi lagi, sampai jumpa," sahut Alicia seadanya sebelum item sihirnya berubah menjadi batu oranye biasa.
Ikarus menyimpan kembali item sihirnya, lalu menatap mata Eugene penuh selidik. "Aku penasaran dengan perubahan matamu selain warnanya yang lebih cerah. Tolong jelaskan bagaimana perbedaannya!" ucap Ikarus mewakili Zach dan Valisha. Walau terlihat biasa saja, mereka tertarik dengan mata istimewa Eugene.
Warna mata biru tak pernah ditemukan di Thraxal dan penjuru Kekaisaran Stece. Karena adanya perbedaan keyakinan di Thraxal dan pusat Stece, tanggapan terhadap warna mata biru juga berbeda.
Di Thraxal, warna biru pada anggota tubuh identik dengan langit dan laut. Bukan langit dan laut di Thraxal, melainkan di kawasan terlarang Ocla, tepatnya Dark Sea. Karena berdekatan, penduduk Thraxal bisa melihat dengan jelas perbedaan warna langit dan laut di antara dua daerah itu. Warna langit dan laut di Dark Sea lebih cerah, dan terkadang seperti berkilau.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Eyes Blue❞ (TAMAT||TERBIT)
FantasíaKebebasan dan jati diri yang jelas, adalah impian hampir semua orang. Namun, jalan yang dilewati untuk mecapainya tidak mungkin mulus. Seperti jalan si anak buangan dari Thraxal, Eugene El Aclyae, yang dipenuhi batuan terjal dan duri beracun. Namun...