Selepas pamitnya Alicia karena suatu urusan, Eugene berlatih sendirian. Di sela latihannya, Eugene menghitung hari. Ia terlalu fokus latihan sampai lupa hari. Jika sudah waktunya Oliver datang, Eugene ingin menyambutnya. “Ah, ini sudah ti...”
“Permisi, apa anda Tuan Muda Eugene?”
“AKH, KAGET!” latah Eugene saat mendengar suara laki-laki di dekatnya. Menyadari tindakan anehnya, Eugene berdehem lirih. “Maaf, saya terkejut dan benar, Eugene itu sa...”
“Eh, Oliver?” Eugene terkejut lagi. Pemuda semampai bersurai ungu dan memiliki iris perak sudah pasti Oliver. Hanya saja Eugene merasa asing dengan perempuan yang bersamanya. “Kau sudah datang rupanya. Lama tak berjumpa. Maaf, aku tak bisa menyambut, akhir-akhir ini aku terlalu bersemangat latihan,” sapa Eugene canggung.
Oliver tersenyum tipis, sempat terkejut karena gaya bicara Eugene sedikit berubah. “Tak apa, Tuan Muda. Anda masih mengingat saya sudah merupakan kehormatan,” balas Oliver dengan gestur yang khas. Membungkuk tiga puluh derajat dengan tangan kanan di dada dan tangan kiri dilipat ke belakang.
Eugene terkekeh, matanya tak sadar menangkap raut malu perempuan di belakang Oliver. Dilihat dari warna rambut dan iris serupa dengan milik Oliver, Eugene yakin perempuan itu adalah adik yang Oliver maksud. Tapi, Eugene merasa aneh saat mata mereka bersirobok. Tatapan perempuan itu seolah menolak Eugene, seperti ada sesuatu yang berlawanan dengan Eugene. Ia jadi curiga.
“Lalu perkenalkan, ini adik saya, Olivia,” Oliver menggeser tubuh, memberi akses agar Eugene dapat melihat Olivia dengan jelas. Eugene mengangguk, masih merasa canggung. Apalagi melihat raut malu Olivia yang entah kenapa mirip Ivy. Eugene sangat tidak nyaman.
“Aku Eugene, bicara santai saja,” Ia mengulurkan tangan dengan senyum lebar. Memang ada sedikit kecurigaan, tapi setidaknya ia harus memberi kesan pertama yang baik agar Olivia tak ikut curiga. Respon Olivia hanya anggukan singkat, terlihat enggan membalas uluran tangan Eugene. Andai Olivia tak mendapat teguran dari Oliver, tangan Eugene pasti sudah kram. “Saya Olivia, salam kenal Tuan Muda.”
Tangan mereka bersentuhan, tubuh Eugene langsung merinding. Ia langsung menarik tangan, sekilas ia melihat sesuatu di tubuh Olivia. Sesuatu seperti yang ada di tubuh Vianette, namun pusatnya di kepala, bukan jantung. Eugene memberanikan diri bertanya secara gamblang, “Kau itu... apa?”
Olivia terlihat bingung, Eugene jadi merasa bersalah. Remaja bersurai hijau itu menghela napas, menggeleng pelan isyarat agar Olivia agar tak terlalu memikirkan pertanyaannya barusan. Suasana mendadak kaku, Oliver dan adiknya terlalu serius.
“HEI EUGENE, KAU DISANA RUPANYA!” teriak seseorang dari arah gedung asrama. Menatap arah teriakan, retina Eugene mendapati Valisha berlari mendekat. Eugene tersenyum cerah, akhirnya ada alasan untuk pergi.
“Nona Alicia ingin bicara denganmu, ayo pergi,” ajak Valisha menarik lengan Eugene. Tak sengaja ia menyadari keberadaan Oliver dan Olivia, namun bukannya merasa bersalah karena melewati bangsawan begitu salah, Valisha malah tersenyum lebar. “Maaf, aku tidak sadar ada murid baru disini. Aku juga tidak tahu kalian siapanya Eugene, tapi Eugene akan bersamaku. Sekadar informasi, gedung siswa reguler ada di arah berlawanan. Sampai jumpa!”
***
Di sebuah ruangan sempit, lima orang sedang melakukan rapat mendadak. Mereka duduk bersila melingkari meja lantai dengan ekspresi berbeda. Alicia selaku pemimpin rapat terlihat serius, Zach dan Valisha dalam kondisi bersemangat, Ikarus tak kalah serius dibanding sang kakak, sedangkan Eugene tampak gelisah.
Topik pembicaraan kali ini mengenai Thraxal yang semakin parah. Prediksi Alicia tepat, segel yang dipasang Rauk hanya bertahan maksimal tiga bulan. Sebenarnya, masalahnya bisa cepat diselesaikan jika Thraxal tidak terinfeksi dark magic, Thraxal memang tetap menggila, tapi tidak sampai memberi dampak pada daerah sekitar. Namun karena dark magic sudah lama menginfeksi dan menyebar, Thraxal malah mengeluarkan serbuk sari beracun dan memberi dampak cukup serius di daerah sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Eyes Blue❞ (TAMAT||TERBIT)
FantasyKebebasan dan jati diri yang jelas, adalah impian hampir semua orang. Namun, jalan yang dilewati untuk mecapainya tidak mungkin mulus. Seperti jalan si anak buangan dari Thraxal, Eugene El Aclyae, yang dipenuhi batuan terjal dan duri beracun. Namun...