Hari telah berganti, pagi ini Eugene dkk bersiap menuju desa terdekat. Dengan bantuan Valisha yang bisa mengetahui waktu dengan tepat karena darah elf membuatnya menyatu dengan alam, mereka berangkat tepat sebelum matahari terbit. Tak lupa belati-belati Zach dan pengalaman cari muka Ikarus, sejauh ini ‘akting' seolah dikejar monster berhasil.
Mereka menyerang tiap monster yang menghalangi jalan dengan belati, bukan sihir karena bisa merusak drama. Eugene menggunakan roh untuk memanipulasi aliran mana mereka agar terlihat tidak stabil. Walau cukup mengganggu, itu akan mempermudah penyamaran.
“Lima belas meter di depan adalah gerbang masuk ke desa. Ikarus, tolong buat ledakan tidak akurat seolah kita memaksa mana keluar!” aba Valisha di barisan terdepan. Ikarus berbalik, mengumpulkan mana dengan kurang sempurna di telapak tangan lalu merapal mantra.
“Wind blast!”
Tubuh mereka terhempas tepat di depan gerbang desa. Entah keberuntungan atau apa, disana para penduduk berkumpul dengan senjata seolah siap berperang. Sepertinya para penduduk itu terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Eugene dkk.
“Ma-maafkan kami, rumah kami dikepung monster, ja-jadi aku membawa adik-adikku kabur kemari,” rintih Ikarus layaknya benar-benar berada di situasi genting. Sebagai putra mahkota, ia mahir dalam hal mencari muka dan akting untuk menghasut bangsawan yang menentang Kaisar dan Alicia.
“Maaf, kakak,” Eugene mencengkeram lengan Ikarus yang perlahan . Mungkin karena hidup dalam kesedihan dan pelarian, ekspresinya natural. Ditambah ia yang sedang gugup sehingga akting ketakutannya sangat mulus.
“Anu, bisakah kalian meminjamkan kami batu mana? Sa-saya memiliki darah elf dengan kekuatan penyembuh, jadi saya akan menyembuhkan kakak,” Valisha bertingkah layaknya pandangan umum manusia pada half-elf, yakni blak-blakan dan tak ragu mengumbar apa yang ada di pikirannya. Yah, itu memang sifat aslinya.
“Saya juga akan membantu menyembuhkan yang terluka di sini, saya mohon!” Yang ini bukan sifat asli Valisha. Half-elf berambut biru itu mana mau memohon kepada manusia. Zach hanya diam. Dengan pakaian berlumuran darah monster, belati yang digenggam erat dan urat menonjol di dahi, ia mendapat peran sebagai saudara pendiam dan pemarah yang brutal.
Hening beberapa saat, Ikarus sedikit melirik, penasaran reaksi penduduk desa. Di luar ekspetasi, ekspresi mereka tidak baik. Tombak yang semula dihunus ke atas berubah arah. Mereka terkepung, penduduk desa yang terlihat dipenuhi amarah tak memberi mereka celah untuk kabur atau sekadar bicara.
‘Ga-GAWAT!’
***
“BAKAR DIA! BAKAR DIA! BAKAR DIA!”
“KARENA DIA SEEKOR UNDEAD DATANG! DIA PEMBAWA PETAKA!”
Sorakan demi sorakan samar memasuki indra pendengar Eugene. Semakin jelas saat kesadarannya perlahan terkumpul. Ia merasa diikat pada tiang, suhu di sekitarnya panas, dan aura di langit juga buruk. Dengan sisa tenaga ia coba mengumpulkan kesadaran. Saat terkumpul penuh, ia menyusun ingatan. Mencari apa yang membuatnya diikat dan disoraki.
Eugene tidak panik, ia hanya diikat di tiang dan disoraki. Kumpulan orang yang ia duga penduduk desa dan para undead yang menatapnya rendah tidak akan membuat mentalnya terluka. Ia sudah terbiasa menerima perlakuan seperti itu, jadi tak apa.
“TO-TOLONG LEPASKAN AKU! KENAPA AKU DIIKAT?” Tidak, Eugene sangat panik. Karena sering dipandang rendah dan dibilang pembawa sial ia jadi trauma. Pandangan di depannya bukan delusi, Eugene yakin karena ada teman-temannya yang berada di kondisi serupa.
“KAU MATA SIALAN! KENAPA MEMANGGIL UNDEAD KE DESA KAMI?” seruan salah satu penduduk membuat Eugene terdiam. Memanggil undead katanya? Ia saja pertama kali melihat undead langsung. Makhluk berupa kerangka yang diselimuti hawa negatif dan bau, Eugene tidak mungkin memanggilnya. Jika itu roh, Eugene masih bisa percaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/269125405-288-k499066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Eyes Blue❞ (TAMAT||TERBIT)
FantasíaKebebasan dan jati diri yang jelas, adalah impian hampir semua orang. Namun, jalan yang dilewati untuk mecapainya tidak mungkin mulus. Seperti jalan si anak buangan dari Thraxal, Eugene El Aclyae, yang dipenuhi batuan terjal dan duri beracun. Namun...