🐶🦁🐻🦊
. . .
CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author..
.
.
Happy Reading~ ^^
.
.
.
.
.
Jimin akhirnya ditangani dan kini telah dipindahkan ke ruang ruang rawat, tapi beberapa jam lalu dia kehilangan banyak darah hingga sempat membuat para tim medis di IGD kelimpungan. Menurut keterangan dokter, anak lelaki tersebut mengalami gagar otak ringan karena pukulan keras yang diterimanya di kepala, selain itu tulang rusuknya juga retak.
Saat ini orang tua Jimin dalam perjalanan menuju Seoul. Mereka bergegas berangkat begitu dikabari oleh Taehyung. Sementara menunggu, yang menjadi wali Jimin saat ini adalah Mark. Lelaki tersebut mendapat telepon dari Taehyung setelah Jimin dibawa ke rumah sakit—sedang dirinya pada saat itu tengah terjebak macet sehingga baru tiba selang beberapa saat.
Taehyung juga terluka, tapi tak separah Jimin—meski tak bisa juga dibilang baik-baik saja. Setidaknya dia masih mampu berdiri.
Selagi Mark mengurus administrasi, Taehyung dan Yuta menunggu di ruang tunggu lobi. Dua remaja itu tampak terguncang dengan apa yang baru saja menimpa mereka, terutama sahabat mereka.
“Maaf,” Yuta berkata memecah hening yang tak berkesudahan menyelimuti dirinya dan Taehyung. “Kalau saja aku mendengarkan kalian, Jimin mungkin tidak akan seperti ini sekarang,” katanya penuh sesal.
“Ini bukan salahmu. Kita bertiga pun tetap tidak akan menang. Mereka ada tujuh dan bersenjata,” Taehyung berkata sambil menatap lurus ke depan dengan kedua matanya yang sembab sehabis menangis, sama seperti pemuda di sebelahnya.
Sejujurnya, jauh di dalam hatinya Taehyung juga merasakan perasaan yang sama dengan Yuta. Dia sungguh menyesal dan merasa bersalah.
Jika saja, pikir Taehyung. Jika hari ini dirinya tidak mengajak Yuta dan Jimin memeriksa lokasi kejadian. Jika saja mereka langsung pulang sesudah dari sekolah seperti yang semestinya, tragedi ini mungkin bisa dihindari.
Tidak, jika saja Taehyung bisa memperbaiki lebih jauh—pada beberapa minggu lalu saat pertikaian pertama terjadi, yang mana menjadi akar dari rangkaian kesialan ini bermula. Pada waktu itu Taehyung seharusnya tak terbawa emosi atau terpancing sehingga bisa mencegah masalah yang lebih besar.
Taehyung merasa dirinyalah penyebab utamanya, tapi dia tak seberani itu untuk mengakui pada diri sendiri.
“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Taehyung bertanya, sebab dia sudah terlampau penat untuk memikirkannya.
Yuta hanya diam, memandang lantai di depan kaki mereka sambil mencoba memikirkan semua ini sekali lagi. Bahkan sewaktu Taehyung memberikan pertanyaan serius berikutnya, dia masih bungkam.
“Kau melihat wajah mereka?”
Iya, Yuta menjawab dalam hati tanpa berani mengeluarkannya. Dia belum yakin apakah dirinya mesti mengatakan pada Taehyung atau tidak—bahwa dia memang telah melihat wajah salah satu pria-pria yang menyerang mereka, dan bahwa memang dia mengenali pria tersebut sebagai siswa SMA Paran yang sebelum ini berseteru dengan mereka, tepat seperti yang mereka duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlimited [Mini Series]
Fiksi PenggemarSekumpulan remaja puber dengan segala kegilaan dunia SMA. Drama tersembunyi Unlimited. Cuplikan-cuplikan kehidupan para tokoh di balik layar (?) Ps. Please read "Unlimited | KookV" for main story . . . Genre : Slice of Life, School-life, Shounen Rat...