19

986 154 4
                                    

haruto tersenyum cerah melihat junkyu yang sedang tidur disampingnya. wajah tenang dan damai pemuda manis itu membuat senyum diwajahnya tidak luntur.

karena merasa puas melihat wajah junkyu, haruto berjalan membuka jendela kamarnya dan membiarkan cahaya sinar matahari menerangi kamarnya.

untuk masalah kesehatannya, dia kini sudah baik-baik saja karena junkyu memberikan obat dan mendoakannya sebelum tidur tadi malam.

haruto menghela nafas lega dan berjalan menuju kamar mandi, menggosok gigi lalu mencuci wajahnya. hari ini kampus diliburkan, karena besoknya mereka akan mengikuti acara kamping di hutan.

"junkyu, bangunlah. ini sudah pagi, cepat mandi dan setelah itu kita beli peralatan kamping besok" haruto menepuk pipi gembul junkyu sambil menggosok giginya.

sementara junkyu, dia menggeliat diatas kasur dan melihat haruto yang duduk dipinggiran kasur. junkyu mengucek matanya, lalu menguap dengan lebar.

"sekarang jam berapa?" tanya junkyu dengan matanya yang masih tertutup rapat, namun nyawanya sudah mulai terkumpul.

"jam delapan pagi" junkyu segera membuka matanya dan berlari menuju kamar mandi, ini pertama kalinya untuk dia bangun kesiangan. dengan buru-buru dia menyikat gigi, mencuci wajah, lalu haruto melihatnya sambil terkekeh.

"apa yang lucu?" tanya junkyu serius, namun eskpresinya saat ini sangat lucu. haruto tidak bisa menahan rasa gemasnya kepada pemuda manis didepannya ini.

"kamu" jawab haruto singkat sambil tersenyum lebar. junkyu mengabaikan haruto dan merapikan buku-bukunya diatas meja belajar haruto.

"terima kasih sudah mengizinkanku menginap dirumahmu" ucap junkyu sambil memasukkan buku-bukunya kedalam tas ranselnya. haruto hanya melihatnya, dia penasaran dengan apa yang terjadi tadi malam.

"hei, apa hubunganmu dengan ibumu baik-baik saja?" tanya haruto dengan suara kecil, dia berharap junkyu merasa tidak risih kepadanya.

"ya, awalnya baik-baik saja. tapi setelah orangtuaku bercerai dan ayahku meninggal, ibuku tidak pernah datang melihatku lagi" jawab junkyu lirih, sambil menghela nafasnya berat diakhir kata.

haruto melangkah kearah junkyu, kemudian memeluk junkyu dari belakang. lalu suara isakkan kecil keluar dari mulut junkyu, membuat haruto menepuk pundaknya dengan pelan.

"aku pikir─hiks, ibu sudah melupakanku.. tapi dia masih menganggapku anaknya─hiks" ucap junkyu sambil terisak. tangan dan kakinya bergetar, begitu juga bahunya. sementara haruto yang mendengar perkataan junkyu, menghela nafas pelan.

"kalau begitu, ibumu mau kamu hidup baik bersamanya" junkyu terus menangis, namun telinganya mendengarkan ucapan haruto. "memangnya kamu tidak merindukan ibumu? aku yakin dia pasti sangat merindukanmu, sampai rela menunggumu ditengah malam seperti itu" lanjutnya.

"ibu hanya merindukanku, dia tidak berniat untuk menganggapku anaknya"

"hei, kamu terlalu pesimis! belum tentu dia datang hanya karena rindu, siapa tau dia datang untuk mengajakmu hidup bersamanya?" junkyu membalikan badannya, menatap secara dekat kepada haruto.

"kalau dia tidak?"

"aku yakin, percayalah dulu" junkyu tersenyum dan memeluk haruto. sementara haruto, dia terkejut mendapat pelukkan secara mendadak dari junkyu.

"terima kasih, haruto" ucap junkyu sambil tersenyum dipelukkan haruto. jujur saja, dia malu karena memeluk pria ini, namun kalau melepaskan pelukannya, dia akan semakin malu. karena hubungan mereka ini sangat ambigu.

"ah ya, junkyu" ucap haruto sedikit gugup, sementara junkyu masih berpelukkan padanya. "mau belanja bersamaku untuk keperluan kamping besok?"

***

"YOONBIN!" jihoon menerobos masuk kedalam kamar yoonbin karena sedari tadi dia mengetuk pintu yoonbin, berusaha membangunkan pria itu namun tidak mendapat respon apapun.

dengan penuh emosi, semangat, dan kesal yang bercampur aduk menjadi satu, jihoon menarik selimut yang menyelimuti pria bermata sipit itu.

"HEI! BANGUN SUDAH PAGI!" teriak jihoon tepat ditelinga yoonbin. sementara yoonbin yang sedari tadi tidur dengan nyenyak, terbangun karena suara berisik jihoon.

"astaga, bisa tidak membangunkanku lebih lembut?! telingaku bisa tuli!" jihoon yang disemprot yoonbin seperti itu menatap kesal pria didepannya ini. kemudian bersiap untuk berteriak lagi.

"CEPAT MANDI DAN SETELAH ITU SARAPAN!" setelah berteriak-teriak, jihoon keluar dari kamar yoonbin tanpa menutup pintunya. sementara yoonbin, dia tersenyum senang.

"apa dia memang harus berteriak-teriak seperti itu untuk membangunkan orang?" tanya yoonbin kepada dirinya sendiri dan langsung berjalan menuju kamar mandi membersihkan diri.

sementara jihoon, dia duduk dengan kesal diatas kursi meja makan. hyunsuk yang sedang menyiapkan sarapan menatap kekasihnya itu sambil terkekeh.

"yoonbin memang seperti itu, hoonie" ucap hyunsuk sambil terus terkekeh, membuat jihoon semakin kesal.

"kamu kok bisa sabar bangunin dia, ya? tidak takut dia akan semakin melunjak?" hyunsuk duduk dikursinya dan melihat jihoon sambil tersenyum. dari tadi hyunsuk terus tersenyum, jihoon sampai penasaran apa pipi hyunsuk tidak kaku?

"dulu aku pernah marah padanya karena bangun terlalu pagi. jadinya, kalau aku sudah siapkan sarapan, barulah aku akan membangunkannya" jihoon menghela nafasnya, bingung dengan cara hyunsuk mengajari adiknya.

"itu sama saja kamu memanjakan dia, hyunsuk. yoonbin itu harus dewasa dong, dia kan udah kuliah! masa masih harus dibangunin?" omel jihoon sambil mengerucutkan bibirnya.

"aku ingin membuatnya belajar menjadi dewasa, tapi dari kecil mamaku sudah mendidiknya untuk manja"

"astaga tuhanku. lebih baik kita sarapan saja, ya? aku semakin terkejut mendengar ceritamu" jihoon meminum airnya diatas meja dan hyunsuk terkekeh melihatnya.

to be continue!

sunrise [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang