O5

1.7K 250 4
                                    

junkyu lelah. dia sudah menghabiskan hampir sehari penuh bekerja untuk mencari uang. dia bahkan menambah kerja yang tadinya hanya dua, menjadi empat. ya, bekerja sambilan di toko serba ada dan menjadi pembagi brosur.

semakin kesini, kesehatannya terganggu. dia belum memakan apapun hari ini. apalagi tadi di café minju datang lagi dan seperti biasa menganggunya dengan mulut penuh dosa itu.

di toko buku, ryujin izin tidak masuk kerja karena harus menjenguk ibunya yang katanya sakit. jadilah junkyu yang bekerja sendiri, melayani pelanggan yang cukup banyak datang untuk membeli buku.

sekarang, junkyu harus kembali kerumahnya. jelas saja sekarang sudah subuh, tepatnya pukul setengah empat subuh. dia masih berjalan di luar rumah, dengan jaket yang tidak terlalu tebal.

junkyu sudah hampir tiba dirumahnya, namun ketika melihat seseorang yang terlihat sedang berdiam diri sambil menyandarkan kepalanya ke pohon, menarik perhatiannya dan langsung saja dia dekati.

namun semakin dekat, dia merasa tidak benar dengan pandangan matanya. mungkin dia mengantuk, jadi mengira orang yang berada didekat rumahnya ini adalah haruto, anak baru yang sekelas dengannya itu.

"kim junkyu?"

"kamu haruto?" junkyu mengucek matanya dan kembali melihat orang yang kini tersenyum tipis didepannya. "sedang apa kamu disini?"

haruto melihat-lihat kesekitarnya, lalu menarik tangan junkyu. lantas perlakuan haruto membuat junkyu berkedip bingung. tapi terkesan menggemaskan dimata haruto.

"antar aku kerumah kamu"

junkyu menempis tangan haruto.

"untuk apa? kamu tidak punya rumah?" haruto menggeleng dan menarik junkyu kembali. namun kali ini lebih dekat jaraknya, mungkin sekitar dua puluh lima cm?

"aku mau jelasin sesuatu, tapi nanti" junkyu hanya terdiam membeku, melihat wajah haruto sedekat ini membuat jantungnya berpesta ria. kenapa sangat aneh? pria ini membuatnya betul-betul bisa gila.

setelah mereka sampai dirumah, junkyu menyuruh haruto untuk duduk di lantai beralaskan karpet dan menyediakan segelas air putih untuk pria itu.

"cepat bicara, aku tidak punya waktu" haruto meneguk air putih pemberian junkyu itu dengan cepat dan menatap junkyu yang duduk didepannya dengan tatapan melekat.

"aku kesini karena tersesat, beberapa jam yang lalu aku bermabukkan bersama teman-temanku. aku lupa setelah itu apa? tapi aku betul-betul tersesat sampai kesini" haruto menjeda penjelasannya, "tapi setelah aku melihatmu, mabukku hilang entah kemana?"

junkyu menghela nafas berat.

"kalau begitu pulanglah kerumahmu" junkyu beranjak dari duduknya dan mengambil gelas kaca yang di isi air tadi, sudah dihabiskan oleh haruto. dia menoleh kearah pria yang sedang menatapnya diam.

"kenapa masih disitu? pulanglah, pasti orangtuamu mencari" haruto menggeleng, dia menarik tangan junkyu dan refleks junkyu jatuh kepangkuannya.

"orangtua aku sibuk kerja. mereka tidak ada waktu untukku, selagi mereka memberiku perhatian, mereka hanya sekali saja melakukan itu, setelah itu bekerja lagi. padahal aku tidak terlalu membutuhkan uang, aku hanya membutuhkan perhatian" haruto bergumam didekat telinga junkyu, membuat sang empu menoleh kearah belakang.

"orangtua kamu kerja seperti itu untuk membuatmu bahagia, menikmati uang hasil kerja payah mereka. seharusnya kamu bahagia, mereka sudah menunjukkan kasih sayang mereka dan perhatian dengan cara seperti itu" haruto menatap junkyu dalam, matanya melihat sorot kesedihan, kesepian dan rapuh disana.

"kamu sendiri, bagaimana? tidakkah kamu merasa kesepian juga? ingin merasa paling kuat, sampai menahan semua masalahmu sendiri?"

***

keesokan paginya, junkyu terbangun karena mendengar suara berisik dari dapur. ya, jarak dapur dengan ruang tengahnya sangat dekat. tidak, satu ruangan saja yang ada dirumah ini. disatu ruangan yang cukup luas, diisikan dengan dapur, ruang tengah yang dipakai sebagai tempat tidur, dan kamar mandi.

beralih dari itu, junkyu melihat haruto yang sedang memunggunginya. karena junkyu merasa tidak nyaman, dia bangun dari tidurnya dan menghampiri haruto.

"sedang apa pagi-pagi berisik seperti ini?" junkyu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dilakukan haruto. sudah banyak telur yang pecah dan jatuh kelantai, atau tidak, jatuh di ujung kompor.

ingin rasanya berteriak marah, tapi junkyu harus dipaksakan sabar untuk sekarang. dia menyuruh haruto untuk menyingkir, sebelum dia akan benar-benar marah dan berteriak.

"maaf, tadinya aku ingin membuat telur goreng. tapi telurnya sangat susah untuk dipecahkan, jadinya ada beberapa yang jatuh ke lantai" junkyu tidak menjawab ucapan permintaan maaf haruto.

"kenapa kamu masih disini? tidak pul─"

"aku ingin disini. rasanya disini sangat nyaman, dengan sedikit pelukkan dari kamu juga bisa membuatku tenang" junkyu merasakan deru nafas haruto di lehernya.

"jangan mendekat, aku akan membunuhmu kalau melangkah semakin dalam" haruto tidak peduli dan memeluk pinggang ramping junkyu yang cukup berisi dan membenamkan wajahnya di ceruk leher junkyu.

"biarkan seperti ini dulu, aku sangat lelah"

haruto tidak tau, tidak akan pernah tau. disini yang sangat merasa lelah bahkan mati rasa adalah junkyu. anak manja itu bahkan datang padanya karena hanya ingin meminta perhatian.

"lepas tanganmu, sarapannya sudah siap"

to be continue!

sunrise [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang