SELAMAT MEMBACA
***
Abi masuk kedalam kamar Rinjani. Sejak pagi putrinya itu belum keluar dari kamar. Beberapa hari ini kalau diperhatikan wajah putrinya sedikit murung dan tidak semangat melakukan apapun. Bahkan makan saja, Abi sering memergoki putrinya itu melamun.
"Ayah... " Rinjani terkejut saat merasakan tangan ayahnya menyentuh keningnya. Rinjani yang tengah terpejam sambil berbaring diatas ranjang langsung bangun saat melihat Ayahnya datang.
"Ini kalau tidak cepat minum obat, jadi demam. Bisa kena omel ini sama Bunda," ucap Abi. Dia merasakan tubuh putrinya sedikit hangat.
"Iya nanti minum obat," jawab Rinjani dengan malas.
"Jani ini sudah bukan anak TK lagi, sudah jadi Dokter. Masa kondisi tubuh sendiri tidak tau, apa kalau Ayah tidak suruh minum obat terus tidak minum." Ucap Abi tak habis fikir.
Putrinya bisa terlihat sangat mandiri dan sudah menjadi dokter hebat saat bersama pasiennya. Tapi entah kenapa, putrinya tetap saja seperti anak kecil di matanya. Kalau sakit manjanya naik, kalau keinginannya tidak terpenuhi pasti merajuk persis seperti saat kecil.
"Cepat minum obat, nanti kalau sembuh boleh nyusul Abang ke Jogja." Mendengar ucapan Abi Rinjani langsung menoleh menatap ayahnya itu.
"Ayah serius?" tanya Rinjani lagi.
"Serius. Sudah tidak usah pakai acara mau demam. Cepat makan dan minum obat."
Rinjani langsung memeluk tubuh ayahnya dengan bahagia.
"Ayah memang yang terbaik. Jani makin sayang sama Ayah," ucap Jani.
"Apa yang kalian bicarakan?" Rinjani langsung menoleh kearah pintu. Di sana dia melihat bundanya sudah berdiri dengan wajah penasarannya.
"Jangan bilang-bilang Bunda," bisik Abi pelan.
Rinjani faham, dia mengangguk pelan.
"Apa yang kalian sembunyikan dari Bunda?" Utari merasa ada yang di sembunyikan oleh anak dan suaminya itu. Dia penasaran apa yang mereka bicarakan sebelum dia datang tadi. Kenapa langsung diam saat dirinya datang.
"Jani demam Sayang, dia Ayah suruh minum obat." Jawab Abi dengan santainya.
Utari merasa tidak puas dengan jawaban suaminya. Dia lalu mendekat kearah putrinya dan menyentuh kening dan leher Rinjani. Benar saja, tubuh anaknya terasa sedikit hangat.
"Ini pasti kebanyakan minum es, makanya demam. Cepat minum obat, jangan sampai sakit." Ucap Utari.
"Iya Bun," jawab Rinjani.
"Ayo Sayang keluar, biar Jani istirahat." Abi membawa istrinya untuk keluar dari kamar Rinjani.
"Nanti Bunda suruh Mbok bawakan obat untuk Jani, setelah minum obat langsung tidur." Ucap Utari sebelum keluar kamar.
"Siap Bun..."
***
Sampai di kamar, Utari menatap tajam kearah suaminya yang tengah duduk di tepi ranjang. Abi pura-pura tidak faham perihal tatapan istrinya, dia justru pura-pura ingin tidur siang.
"Jawab jujur, apa yang Om sembunyikan dari Tari?" Utari langsung menodong pertanyaan pada suaminya. Abi yang sudah ingin merebahkan tubuhnya, tidak jadi. Dia kembali bangun.
"Tidak ada yang saya sembunyikan Tari," ucap Abi pelan.
"Bohong. Jujur atau aku akan marah sama Om. Apa yang Om bicarakan sama Jani tadi??" tanya Utari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH PAK LURAH (SELESAI & PINDAH DREAME/INNOVEL)
Poetry"Bapak ngapain lihatin saya seperti itu ?" "Dek dokter mau jadi Bu Lurah?" "Maksudnya ????" #2 Love (3 Juli 2022) #1 Dokter (3 Juli 2022) #5 Romantis (3 Juli 2022) #7 Bucin (3 Juli 2022) #10 Cinta (3 Juli 2022) #6 Humor (3 Juli 2022) #1 Romant...