BAB 10: MODUS YANG SANGAT HALUS

41.5K 5.1K 169
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Sore harinya Rinjani sudah siap dengan pakaiannya yang sudah rapi. Dia akan pergi memenuhi undangan yang katanya arisan ibu-ibu di rumah pak lurah. Menurutnya tidak ada salahnya bukan jika mencoba akrab dengan penduduk desa itu.

Setelah mengunci pintu dan meletakkan kuncinya di pot bunga di depan rumah, Rinjani langsung pergi ke rumah Pak Lurah yang ada di ujung jalan. Tidak terlalu jauh, dia memilih untuk berjalan kaki sambil menikmati udara sore, sesekali dia membalas sapaan dari penduduk yang bertemu dengannya.

Saat sampai di depan rumah pak lurah, Rinjani bisa melihat banyak motor telah terparkir di halaman sepertinya dia sudah sangat terlambat.

"Assalamu'alaikum ..." salam Rinjani saat sampai di depan pintu.

"Waalaikumsalam..." serempak ibu-ibu yang ada sana membalas salam Rinjani.

Melihat Rinjani datang Lastri langsung membawa Rinjani masuk kedalam rumah. Beberapa ibu yang belum mengetahui siapa Rinjani langsung bertanya namun beberapa lagi ada yang sudah mengenalnya dan menyapanya.

Dengan sopan Rinjani menyalami dan berkenalan dengan ibu-ibu di sana. Melihat wajah cantik dan sikap ramah Rinjani, ibu-ibu merasa senang dan menyambut ramah kedatangannya.

Rinjani bisa mendengar banyak bisik-bisik yang memujinya, ada juga yang mempertanyakan kedatangannya. Namun dia memilih diam dan hanya menanggapainya dengan senyuman. Sejujurnya dia sendiri juga bingung, apa perannya disini. Dan mau apa dia disini.

"Ini to yang namanya Rinjani. Ayo ikut aku kebelakang, kita ngobrol di belakang saja."

Rinjani menoleh kearah pintu samping di sana muncul seorang perempuan muda yang sepertinya seumuran dengannya. Mesti tidak tau siapa perempuan itu. Namun saat menoleh pada Lastri, wanita itu mengangguk. Meminta Rinjani mengikuti perempuan muda itu.

"Aku Rani, adiknya Mas Rama. Salam kenal ya Mbak Rinjani. Ibu sudah banyak cerita lho tentang Mbak," perempuan yang mengaku adik dari Rama bernama Rani itu mengulurkan tangannya dengan ramah.

Meski masih sedikit bingung, Namun Rinjani menerima uluran tangan Rani dengan ramah. Pikirannya berpusat pada apa yang Rani katakan, ibunya sudah banyak cerita tentangnya. Bagaimana bisa, dia saja baru bertemu satu kali, itupun tidak lama. Lalu apa yang bisa di ceritakan dengan pertemuan singkat itu.

"Aku Rinjani, panggil saja Jani." Ucap Rinjani.

Rinjani, mengikuti Rani yang ternyata membawanya kehalaman belakang, di sana ada sebuah gazebo kecil untuk bersantai.

"Tadi Ibu buat rujak, katanya Mbak Jani mau kesini. Palingan sebentar lagi acaranya selesai, Ibu nanti nyusul kesini." Ucap Rani, dia mengulurkan sepiring potongan buah kepada Rinjani.

"Panggil Jani saja Mbak Rani, lebih enak di dengar." Ucap Rinjani dengan sopan.

"Oke, panggil aku juga Rani saja. Tidak perlu pakai Mbak."

Rinjani mengangguk setuju.

"Saya sering jalan-jalan di desa ini, tapi baru tau sekarang adiknya Pak Lurah."

Rani tertawa pelan, wajar saja jika perempuan di hadapannya tidak pernah melihatnya. Dia baru datang tadi malam dari Semarang. Selama ini dia tidak tinggal di Jogja, sejak menikah dua tahun yang lalu dirinya memilih tinggal ikut bersama suaminya di Semarang.

"Aku tinggalnya di Semarang, baru datang semalam." Jawab Rani. Rinjani mengangguk faham, pantas saja dia baru melihat Rani.

"Jani di Jakarta, kerja apa?"

JODOH PAK LURAH  (SELESAI & PINDAH DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang