BAB 8: GADIS PUJAAN RAMA

39.5K 4.8K 38
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Lastri datang membawakan segelas kopi untuk putranya, Rama. Sejak tadi dia melihat laptop di hadapan Rama menyala namun justru Rama yang malamun. Entah apa yang tengah di fikirkan oleh putranya itu. Sesekali senyum tipis terbit dari bibirnya. Lastri ikut tersenyum, entah kenapa wajah berseri-seri milik Rama menular kan kebahagian padanya.

"Ibu khawatir Le, takut kamu setres tidak ketahuan orang. Dari tadi kok senyum-senyum sendiri. Laptonya nyala, tapi Ibu perhatikan kok matanya ndak kearah laptop. Kamu ini sedang memikirkan apa?" Lastri meletakkan cangkir kopi di depan Rama. Kemudian ikut duduk di depan putranya itu. Ingin tau apa yang di lakukan putranya.

Mendengar ucapan ibunya, Rama langsung tersenyum merasa malu. Kepergok tengah bertingkah bodoh. Tidak sadar jika sejak tadi ibunya memperhatikannya.

"Masih Waras Bu, belum sampai setres." Sahut Rama sambil terkekeh pelan. Tangannya mengambil cangkir kopi yang di bawakan ibunya tadi dan meminumnya sedikit. Rasanya sama seperti biasanya, kopi buatanan ibunya adalah yang paling enak.

"Orang itu ya kalau tidak pernah jatuh cinta, sekalinya suka sama orang kok malah bikin takut." Ucap Lastri lagi. Dia bisa menebak tingkah putranya pasti ada hubungannya dengan gadis kota yang baru datang itu. Entah kenapa firasanya sebagai seorang ibu mengatakan demikian.

Lastri jadi merasa penasaran, seperti apa rupa gadis pujaan putranya itu. Sampai bisa membuat putranya bertingkah begitu lucu.

"Apa to Bu, malu aku." Rama menggaruk kepalanya dengan salah tingkah. Tatapan geli Ibunya semakin membuatnya malu. Rasanya dia ingin sekali pergi dari sana, agar tidak di tatap dengan menggelikan seperti itu oleh ibunya.

"Bagaimana wajah anaknya Le, Ibu penasaran. Apa cantik? Umurnya berapa? Kalau suka betulan coba bicara, di tanya betulan. Jangan sampai kecewa, siapa tau anaknya sudah punya pasangan. Kalau belum punya pasangan, berarti masih ada peluang itu. Kalau betulan suka bisa di perjuangkan. Jangan cuma diam-diam, senyum-senyum sendiri nanti jatuhnya setres lho kamu."

"Anak siapa to Bu, ndak faham aku sama maksudnya Ibu ini." Rama sebenarnya tau maksud pertanyaan ibunya tapi dia memilih pura-pura tidak faham, rasanya benar-benar memalukan mengatakannya secara gamblang.

"Sudah, cerita saja sama Ibu. Anak yang katanya dari kota itu, Ibu penasaran. Jangan bohong, Ibu tau. Cantik anaknya? Siapa kemarin namanya? Rinjani ya?"

Rama semakin malu, ternyata ibunya tau semunya. Tidak berguna pura-pura bodoh, sepertinya jujur adalah pilihan yang tepat.

"Cantik Bu anaknya, manis senyumnya. Halus bicaranya, menyenangkan pokoknya. Tidak salah kan Bu, kalau aku suka sama dia?" Rama akhirnya menjawab dengan jujur apa yang ingin di ketahui ibunya. Tidak ada gunanya berkilah, ibunya tau segalanya. Rama menjawab dengan serius, matanya menatap wajah Lastri dengan harap-harap cemas. Khawatir ibunya tidak akan menyukai gadis kota serbagai calon menantu. Sedangkan dia, sepertinya sudah benar-benar suka dengan kembaran Dokter Juna itu.

"Ya tidak salah, orang rasa suka itu fitrah dari tuhan. Tidak ada yang salah, selama kalian masih sama-sama sendiri dan tidak menyakiti hati dan perasaan orang lain semua sah-sah saja. Ini senang betulan, apa cuma senang sekejap?"

"Nggih betulan Bu baru lihat pertama kali saja sudah senang. Senang yang betulan aku Bu, sama anak ini."

"Ibu jadi penasaran Le bagaimana wajahnya sampai kamu naksir begini. Kalau sama Sulis cantik siapa?"

"Ibu kok bahas Sulis lagi? Ibu ini sebenarnya ingin punya menantu Sulis to?"

Bukannya menjawab, Rama justru kembali bertanya. Apa sebegitu inginnya ibunya itu menjadikan anak pak sekdes itu sebagai menantu. Sampai-sampai ingin membandingkan Rinjani dengan Sulis. Jika di tanya, tentu saja Rama akan menjawab Rinjani lebih cantik dari Sulis.

JODOH PAK LURAH  (SELESAI & PINDAH DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang