SELAMAT MEMBACA
***
Tok ... tok... tok ....
"Masuk ..."
Rinjani membuka pelan pintu ruangan ayahnya setelah mendengar jawaban dari dalam sana.
"Bunda ngapain disini?" tanya Rinjani saat melihat bundanya, Utari sudah duduk dengan manis di sofa yang berada di ruangan suaminya itu.
"Loh, memangnya kenapa? Ini kan ruangan suami Bunda, ya suka-suka Bunda lah." Jawab Utari dengan santainya.
"Maksud Jani, memangnya Bunda tidak ada pasien kenapa bisa duduk santai disini."
Rinjani ikut duduk di sebelah bundanya, sedangkan Abi duduk di hadapan mereka.
"Ini kan jam makan siang, Bunda sama Ayah habis makan. Jani sudah makan?"
"Iya sudah," Rinjani mengangguk pelan.
"Kalau sudah makan, kenapa datang kemari?" kali ini Abi yang bertanya.
"Memangnya tidak boleh Jani kemari?"
"Katakan Jani mau apa?" Abi terlalu faham mengenai sifat putrinya, dia merasa ada yang di inginkan oleh putrinya itu makanya datang menemuinya.
"Ada yang mau Jani bicarakan sama Ayah," ucap Jani dengan pelan. Wajahnya menunduk, cemas dengan respon ayahnya nanti.
"Katakan..." Ucap Abi dengan santainya.
"Tapi Ayah harus janji, jangan marah sama Jani."
Abi dan Utari saling menatap seolah bertanya-tanya. Apa yang di inginkan putri mereka sampai membuat mereka marah.
"Kalau Jani berbelit seperti ini, Bunda jadi curiga..."
"Bunda..." rengek Rinjani saat mendengar ucapan Utari.
"Sudah katakan saja, Jani mau apa. Ayah tidak akan marah."
"Tolong Ayah katakan sama Dokter Ibra dan yang lainnya. Jani belum mau menikah, tolak dulu lamaran mereka. Jangan menunggu lagi."
Abi kembali menatap Utari, sedangkan Utari mengangkat bahunya dengan pelan seolah mengatakan dia tidak tau apa-apa.
"Kenapa tiba-tiba di tolak?"
"Tidak tiba-tiba Ayah, sudah Jani fikirkan. Ayah tidak lihat ini mata panda Jani, semalam tidak bisa tidur karena kepikiran masalah lamaran." Jani menunjuk kantung matanya yang sedikit menghitam itu.
"Alasannya apa? Kenapa semua di tolak?"
"Tidak ada alasan, Jani tidak mau saja."
"Tidak bisa begitu Sayang, kemarin Jani bilang di fikir-fikir dulu. Sekarang tiba-tiba di tolak, semuanya lagi. Tidak ada satupun yang dipilih. Harus dengan alasan apa ayah katakan sama mereka. Tidak cukup hanya karena Jani tidak mau, ini sesuatu yang serius. Harus ada alasan yang tepat kalau memang di tolak."
Abi berusaha menjelaskan dengan lembut pada putrinya. Ini bukan perkara sesuatu yang bisa di tolak ataupun di abaikan hanya karena alasan tidak suka.
"Jani belum mau menikah dan sepertinya Jani juga tidak ingin menikah dengan salah satu dari mereka. Apa tidak bisa itu sebagai alasan." Rinjani menatap Abi dengan tatapan memohonnya. Dia sudah memikirkannya sejak beberapa hari yang lalu, jika di fikir-fikir dia ragu untuk menerima salah satu dari pinangan mereka. Dari pada ragu bukankah lebih baik tidak usah saja. Seperti kata Ayahnya, ini perkara yang serius, menyangkut masa depannya. Tidak bisa di pilih dengan keraguan. Jika memang dia ingin menikah, dia harus menikah dengan orang yang benar-benar di terima oleh hatinya dan tidak ada sedikitpun keraguan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH PAK LURAH (SELESAI & PINDAH DREAME/INNOVEL)
Poetry"Bapak ngapain lihatin saya seperti itu ?" "Dek dokter mau jadi Bu Lurah?" "Maksudnya ????" #2 Love (3 Juli 2022) #1 Dokter (3 Juli 2022) #5 Romantis (3 Juli 2022) #7 Bucin (3 Juli 2022) #10 Cinta (3 Juli 2022) #6 Humor (3 Juli 2022) #1 Romant...