01.- Xavella Gentari Asyari

888 28 1
                                    

Mengenal Xavella, dia adalah sosok perempuan yang disebut sebagai Lebah.

Mengapa Lebah?

Lebah menyengat, tapi Lebah pula yang memberikan sebuah madu yang manis.

Kadang dia menjadi sosok lemah lembut kadang pun dia seperti Singa betina.

Masa remaja nya dipenuhi goresan luka, dipaksa untuk selalu meraih peringkat di sekolah. Perjodohannya dengan ketua genk motor bernama Arjuna yang sudah mempuyai kekasih lain membuatnya semakin hancur sedalam-dalamnya.

Zanna Adisty, dia adalah adik dari
Xavella, ralat musuh bagi Xavella.

Bagaimana tidak? Xavella mendapat luka, tapi Zanna lah yang dikhawatirkan oleh mamahnya. Hidup dari Xavella semakin hancur saat mendengar fakta ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat saat dirinya menginjak bangku SMA Vrinda Bangsa.

Semua berawal dari.

_____

Jakarta. 27 oktober 17.45

"NILAI SEGINI DOANG KAMU BANGGAIN? VEL, LIHAT SANA ADIK KAMU ZANNA, DIA LEBIH BAIK DARI KAMU." emosi perempuan paruh baya itu memuncak saat dia melihat sebuah angka yang tertera di dalam kertas putih yang berada digenggaman tangannya. Marynda Lothfe nama wanita itu.

"Iya, itulah Mamah! Bisanya cuma banggain Zanna. Emang seorang Vella mah nggak ada bakatnya Mah! Nggak bisa dibanggain." mulutnya mulai berbicara dengan bergetar. Hatinya terasa sesak.

Sakit hati? Ini bukan untuk yang
pertama kalinya bagi seorang Xavella.

"Oh, udah berani ngelawan Mamah?"

"Mah...Vella cuma pengen denger Mamah bangga sama Vella, Mah," ujarnya. Pipinya kini kian memanas, sialannya, air mata telah bergelinang membasahi pipinya.

"Anak bego. Kalau nilai kamu masih kayak gini terus, kamu bisa angkat kaki, dari rumah ini." bicaranya dengan tidak segan-segan.

Xavella menelan ludahnya sendiri, dia seakan tidak percaya apakah seburuk ini dirinya sampai mamahnya tega mengusirnya hanya karena nilai ujian nya lebih rendah, dari Zanna?

"Mah. Ini kesembilan puluh satu kalinya Mamah sekasar ini sama Vella." lirihnya. Dadanya semakin terisak dia sudah berulang kali berusaha mengelap air matanya dari pipinya.

"Masuk ke kamar sekarang, atau Mamah bisa lewatin batas!" perintahnya dengan menunjukan jari telunjuk ke arah ruangan yang sering dipakai Xavella untuk membaringkan tubuhnya.

Xavella mengalah. Tidak ada alasan lagi untuknya tetap berdiri di samping mamahnya yang kini sedang marah besar kepada Xavella.

Brakh!

Dia membanting pintu kamarnya sekencang mungkin sampai membuat tempelan di balik pintunya terlepas.

Lalu Xavella menjatuhkan dirinya secara kasar ke kasur meluapkan amarahnya secara langsung di sana.

"GUE SEBEGO APA SIH."

"GUE SETOLOL APA."

"MAMAH GUE SENDIRI YANG NGELAHIRIN
GUE BILANG KALAU GUE BEGO."

"ANAK NGGAK GUNA GUE."

"BANGSAT. MATI AJAH LO VEL."

"GUE NGGAK MINTA MAMAH UNTUK NGELAHIRIN GUE KE DUNIA, KALAU UNTUK DIKASARIN KAYAK GINI."

"GUE JUGA NGGAK MINTA MAMAH
UNTUK LAHIRIN ZANNA."

"DIA BUKAN ADIK GUE, SIALAN."

Xavella melanjutkan umpatannya kini dia benar benar mengeluarkan semua dendamnya, emosi yang bergejolak.

Pandangannya teralihkan pada meja belajarnya yang di sana tersusun rapih buku novel-novelnya. Bukan dia bukannya menatap novel-novelnya melainkan sebuah pisau cutter yang berada di sebuah kotak. Dengan sigap dia langsung mengambilnya lalu aksinya untuk menyayat urat nadi di tangannya pun dimulai.

••••••••

"LO GILA." terdengar suara teriakan gadis menggema di ruangan yang dipenuhi selang infus. Suara ini milik dari Zanna adik dari Xavella. Dia sempat melihat kakaknya tergeletak di lantai kamarnya yang tidak dikunci dia semakin terkejut saat melihat darah yang mengalir dari tangan kakaknya itu.

Xavella membuka matanya secara perlahan disana dengan kelapnya, Xavella menangkap sosok adiknya yang dia benci sedang mengeluarkan air matanya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Xavella seraya memegangi keningnya. menjelaskan keadaannya saat ini, dia sudah mendapati perawatan dari medis, beruntungnya Zanna tidak terlambat membawanya kerumah sakit.

"Kak, lo jangan ngelakuin hal bodoh itu lagi ya." nada lembut terdengar dari mulut
Zanna, tangannya mengelus lembut rambut kakaknya itu.

Tapi dengan cepat Xavella menepis tangan Zanna yang berada di puncak rambutnya.
"Cih. Apa khawatir lo ini ke gue cuma sebatas drama?" Vella menampilkan senyuman dari arah bibir kirinya.

"KAK." Zanna mengeluarkan nada tingginya baginya terasa kesal mendengar ucapan kakaknya itu.

"Zanna, gue minta satu hal dari lo." Xavella menaiki jari telunjuk di depan Zanna adiknya itu.

"Lo boleh minta apapun dari gue, Kak."
ujarnya dengan penuh kepercayaan.

Mendengar itu, Xavella menurunkan jari telunjuknya dan mulai menjelaskan apa yang dia inginkan. "Gue minta kasih sayang yang Mamah kasih ke lo, semuanya buat gue." kata Xavella.

Zanna terdiam sejenak mendengarnya, lalu dia meraih tas gantungnya yang berada di meja dekat posisi bantal Xavella.

"Lo jangan mimpi, Kak." balas gadis itu lalu sedetik kemudian dia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan rawat kakanya, bagi Zanna, kakaknya boleh mengambil apapun darinya boneka, mainan, apapun itu. Kecuali satu, kasih sayang mamahnya. Dia tidak akan pernah memberinya pada Xavella, jangan banyak bermimpi.

Di sana Xavella meremas dengan
kasar seprai rumah sakit. "PAPAH, KENAPA PAPAH TINGGALIN VELLA."

"PAPAH LIHAT SENDIRI KAN KELAKUAN ZANNA PAH. DIA EGOIS PAH."

"VELLA CUMA MAU MAMAH BANGGA SAMA VELLA, MAMAH ELUS RAMBUT VELLA, MELUK VELLA."

Otaknya terus memutar kenangan beberapa bulan yang lalu, saat dia sedang asyiknya belajar di sekolah, spontan telinganya mendengar kabar dari kepala sekolah mereka kalau papah dari Xavella Gentari Asyari mengalami kecelakaan saat ingin pergi keluar kota pesawat yang ditumpangi ayahnya itu jatuh dan meledak di sebuah pulau.

_____Next______

HI, SELAMAT WELCOME WKWK.

INI MILK BIKIN NEW STORY LAGI. I HOPE YOU LOVE IT.
DON'T FORGET TO VOTE,COMENT, AND FOLLOW!

DAN YAP. MASUKIN KE DALAM PERPUS KAMU OKE?

MAKASIHHH 😉❤️❤️❤️❤️

READYY UNTUK MASUK KE RUMAH NERAKA XAVELLA?

Bad BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang