019. -Save Yourself

82 12 0
                                    


19. Save Yourself

Baru saja tiba di kelas, Arjuna mendapati suasana kelas sudah tidak enak, terasa mencekam. Di kelas tersebut hanya ada empat orang murid yang terduduk di bangku mereka masing-masing, tentunya itu adalah keempat anak Carlos.

Muka keempatnya sangat masam sekali, seolah tengah marah besar kepada Arjuna, sang ketua. Tentunya ini masih ada sangkut pautnya dengan masalah antara anak Carlos dengan Gia. Mereka berempat merasa kecewa, karena Arjuna lebih memilih mempercayai Gia, daripada mereka.

"Eeh, lo ngerasa nggak sih, ketua Carlos yang sekarang tuh, nggak layak banget buat dipanggil ketua?" celetuk Fernando tiba-tiba, membuat atmosfer bertambah gersang saja. Dia sedang berbicara pada Dewa.

Dewa yang tengah memainkan ponselnya dengan sangat serius itu, sontak menurunkan ponselnya, sampai wajahnya muncul kembali. Lalu menyahut. "I...y..a kali, nggak tau deh, gue."

Arjuna tahu, kalau itu merupakan sindiran untuknya, tetapi Arjuna memilih diam saja, dan lanjut berjalan menduduki kursinya yang terletak di belakang kursi Adres. Tapi tidak cukup sampai di situ, Fernando dan Dewa kembali menyindirnya.

"Lebih percaya sama mantan pacarnya, daripada temen-temennya, kira-kira otak dia masih berfungsi nggak, ya?" lanjut Fernando, sebelum hatinya merasa puas, dia akan terus menyerocos.

"Kalau kata gue mah, gws sih." Dewa
semakin menggompori.

Brakh-!

Bukan, bukan Arjuna yang menggeprak meja, melainkan Agan, dia tampak berdiri dari bangkunya. "Bisa diem kaga lo berdua? Berisik banget pagi-pagi, udah kek ibu-ibu komplek aja sih, lo berdua!"

Jangan senang dulu, Agan membela Arjuna bukan karena dia sudah memaafkan Arjuna, tapi karena Agan tahu, kesabaran Arjuna setipis helai rambut dibelah tujuh. Makanya itu, Agan harus melerai, supaya perpecahan di antara mereka tidak semakin melebar.

Sementara itu, Adres dia menengok dan menghadapkan badannya ke belakang, dari pancaran bola matanya, teridentifikasi kalau Adres sedang serius. "Arjuna, gue saranin lo cepat jelasin deh ke bocah-bocah yang lain."

"Jelasin apaan?" Arjuna mengangkat
satu alisnya ke atas.

"Alasan lo deketin Gia lagi."

"Nggak ada alasan." Arjuna membuang pandangannya dari Adres, beralih melirik jauh ke depan. "Gue emang udah suka lagi,
sama Gia."

••••••

Gembiranya hari ini, karena akhirnya seorang Xavella tidak nolep lagi di sekolah, tidak seperti saat hari-harinya di sekolah, yang tanpa ada kehadirannya Rindu. Karena hari ini Rindu sudah biss hadir kembali ke sekolah, dan mengikuti pelajaran.

"Eh, gue ke toilet dulu, ya? Lo mau
ikut, apa tunggu aja di sini?" kata Xavella. Mereka berdua ada di koridor lantai satu, niatnya mereka berdua akan menuju ke kantin.

"Gue lagi mager banget ke toilet. Jadi, yaudahlah gue tunggu lo aja di sini." sahut Rindu, sembari menaruh ponselnya di saku rok. Xavella hanya menganggukkan pelan saja selepasnya.

"Eitt, tapi lo jangan lama-lama ya! Ntar
kalau lo lama, gue tinggalin!" imbuh Rindu.

"Iyya, nggak lama kok, paling cuma
sampai lebaran haji aja, sih." kelakar Xavella, membuat suasana tidak seserius sebelumnya. Lalu Xavella segera berjalan lurus ke depan.

Bad BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang