026. -Leo

60 7 0
                                    

026. Leo

“Duh, ini mobil kenapa ya aja
tiba-tiba mogok.” keluh supir mobil bak,
yang mobilnya tengah ditumpangi oleh Elyvana. Sopir ini mendecak, saat mobil yang sedang dibawanya mendadak saja berhenti.

Elyvana merasa keadaan sudah lebih kondusif, dengan segenap rasa beraninya, Elyvana memutuskan untuk meloncat dari atas mobil, sebenarnya lumayan tinggi, tapi apa boleh buat, Elyvana tetap nekat.

Ia segera meloncat dari atas mobil, terjun langsung ke rerumputan yang ada di pinggir jalan. Meskipun Elyvana sudah berhati-hati dalam aksi melompatnya, dia tetap mengalami cidera, lututnya terasa sakit, kulit di sekitaran lututnya pun memar.

Dari arah belakangnya, Elyvana melihat ada Arkani yang sedang melintas di jalan yang sama. Kebetulan sekali, mereka berdua memang sudah saling mengenal. Elyvana memaksa berdiri, meskipun lututnya masih terasa sakit.

Melihat ada seseorang yang sedang jatuu di belakang mobil, membuat Arkani menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Dia turun dari motornya, tanpa membuka helmnya. Segera Arkani mendekat ke Elyvana, setelah diperhatikan lebih detail, Arkani baru menyadari kalau itu adalah Elyvana.

“Lho, El? Kok lo bisa?”

“Aduh Ar, lo bisa nggak tanya-tanyanya
nanti aja? Urgent nih, kaki gue sakit
banget, sumpah.” tukas Elyvana.

“I-yyaudah, lo ke rumah gue aja,
nanti lukanya diobatin di sana.”

Tidak membantah sama sekali, Elyvana pun segera naik ke atas motornya Arkani, dituntun oleh Arkani. Setelah keduanya naik, Arkani kembali menyalakan motornya, membawa ke arah rumah Arkani.

••••••

Elyvana terduduk di sofa rumahnya Arkani. Matanya terus berkeliling, celangak-celinguk, sudah lima menit ia berada dalam situasi membosankan, menunggu Arkani yang katanya akan membawakan dia kotak P3K.

“Nih lo obatin aja sendiri.” ujar Arkani, memberikan kotak P3K pada Elyvana yang asyik bersandar di sofa. Tak berlama, Elyvana mengambil kotak itu dari tangan Arkani.

Arkani ikut terduduk di sebelah Elyvana. Matanya Arkani fokus memandang Elyvana yang tengah mengobati lukanya dengan kapas yang dibaluri obat merah. “Kok lo bisa
jatuh, sih?” tanya Arkani.

“Biasa. Gue abis lompat dari atas bak
mobil.” seloroh Elyvana dengan santainya. Selepas ia selesai mengobati lukanya, Elyvana menaruh kotak tadi di atas meja ruang tamu.

“Lagian lo ngapain pake segala naik
ke sana sih?! Kayak nggak ada kerjaan lain aja.” omel Arkani. Bentuk rasa khawatirnya pada Elyvana.

“Gue habis dari markas Carlos.” Elyvana memberitahu. Memang gadis ini, tak menyimpan rahasia apapun dari Arkani.

“Terus siapa yang nge-gep lo?”

“Gue lupa dia siapa. Pokoknya dia anak cewek, kayaknya member baru Carlos. Mukanya nyolotin banget, gayanya kek tomboy, tapi cantik sih. Dikuncir satu.” Elyvana mendeksripsikan ciri-ciri Xavella.

“Xavella.” Arkani langsung bisa menebak, siapa orang yang dimaksud oleh Elyvana.

“Iyya kali. Nggak tau deh, gue.”

Arkani memutar bola matanya, menghela nafasnya juga. Tak heran lagi, dengan tingkahnya Elyvana. “Terus, tujuan lo
datang ke markas Carlos, apaan?”

Bad BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang