Malam harinya, Xavella dengan jaket hitam favoritenya itu sudah siap untuk pergi ke markas Carlos. Penampilannya cukup sederhana, karena yang dia akan kunjungi ini bukan tempat untuk fashion show, tapi markas dari genk motor.
Sampai lupa memberi tahu, Xavella harus mengendap-ngendap setengah mati, agar dia berhasil keluar dari rumah itu. Karena, pasti Lothfe tidak akan mengizinkan nya untuk pergi selarut ini. Iya, sekarang sudah pukul 12 malam. Xavella bisa saja bersikeras di hadapan mamahnya nanti, tapi dia hanya ingin tidak merusak suasana dengan melakukan itu.
Di malam selarut ini, Lothfe seharusnya sudah tidur saat ini. Tapi, tidak tau mengapa, malam ini dia masih saja terjaga sambil menonton acara televisi di sofa ruang tamunya.
Xavella masih melakukan aksinya mengendap-ngendap dia sekarang sudah melintas tepat pada bagian belakang sofa rumahnya, yang sedang digunakan Lothfe untuk membaringkan badannya. Xavella merasa, karena volume suara televisi itu terlalu keras membuat Lothfe sedikit lengah.
Ceklek!
Xavella membuka pintu luar rumahnya itu dengan sepelan mungkin. Setelah terbuka, ia mendapati motornya di depan sana, Lothfe niatnya tadi ingin menyita kunci motor punya Xavell, tapi, jelas Xavella akan memberontak, sehingga kunci motor tetap ada pada Xavella.
"Kak, kamu mau ke mana?!" tanya Lothfe secara tegas. Dia tadi mulai terfokus pada Xavella ketika mendengar suara pintu yang terbuka.
Mampus gue.
"Rumah Rindu.." jawab Xavella. Memang, sebelum dia ke markas Carlos, mulanya dia akan menyampar teman nya itu.
"Turun dari motor kamu, dan masuk
ke dalam!" perintah Lothfe secara kasar.Xavella yang sudah siap dengan helm, dan kunci motornya itupun menolak permintaan Lothfe. "Nggak." Xavella menolak.
"KAKAK!"
"Berhenti teriak, Mah! Kenapa mamah
selalu ngehalangi Vella, sih? Sedangkan
Zanna aja mamah kasih kebebasan.""Zanna itu sudah dewasa, dan dia
bisa jaga diri—"Xavella memotong. "Jadi maksud mamah, Xavella masih anak kecil yang nggak bisa jaga diri, gitu?!" tanya Xavella tidak senang.
"Jangan melawan, mamah!"
"Bukan ngelawan, Xavella cuma minta pengertian, Mah. Mah, kalau Zanna aja bisa dengan bebas ngelakuin ini itu, kenapa Xavella dilarang dalam segala hal?"
Merasa sudah sangat muak dengan perdebatan ini. Akhirnya, Lothfe memutuskan untuk mengakhirinya. "Terserah kamu Xavella, pergi saja sana. Dan jangan kembali!"
"Okeh, dengan senang hati." sahutnya.
Brum!
Xavella menancapkan gasnya dikecepatan yang normal. Hatinya masih belum menerima perlakuan mamahnya tadi. Itu bukanlah sikap khawatir yang normal, Lothfe memang selalu tidak memberikan dirinya izin dalam apapun. Contoh, bermain handphone, pergi di malam hari ataupun siang hari. Xavella hanya dituntut agar belajar di setiap saat. Beda dengan Zanna yang diperbolehkan dalam hal apapun. Termaksud pergi ke club atau bermain di malam hari.
Jadi, tindakan Xavella yang meminta pengertian mamahnya tadi benarkan?
•••••••
Arjuna awalnya sedang asyik bersama handphone genggam nya itu, sesekali ia melihat room chatnya itu dengan Xavella. Iya, sejak tadi dia terus menunggu kehadiran kedua gadis itu di sini, alias Rindu dan Xavella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Beloved
Fanfiction"Sepasang neraka, yang berusaha mencari surga." -nurhmanis in Bad Beloved. Dijodohkan dengan ketua genk motor yang sudah mempunyai pacar? Sialan, hidup Xavella hampir.... ralat, memang sudah hancur karena itu. Dicap pelacur? Entahlah, dia hanya...