Sahabat Herra

16.8K 1.9K 111
                                    

Yok votenya, eh jangan lupa follow kuy. Kita feedback kan dijamin asli deh, Lev gak berani bohong. Kata emak, Dosaaaa

°°°

Setelah kepergian Sean, Herra termenung sendiri. Hatinya sedikit kosong mungkin dan menyesal?

Tidak-tidak! Ini pasti perasaan dari Herra asli, mungkin saja Herra belum mengiklaskan Sean yang pergi karena keputusan sepihak dari Alegra. Atau Alegra yang menyesal melepaskan cogan seperti Sean? Mungkin seperti itu, mustahil bukan jika ini adalah perasan aslinya karena dia masih setengah hari disini, belum seminggu bahkan berbulan-bulan. Jadi tak mungkin, hanya butuh waktu sehari untuknya menyukai Sean, itu tidak mungkin! Mustahil.

"Gue kenapa sih! Kayak kehilangan semangat hidup aja, harusnya gue seneng bisa lepas dari malaikat maut. Kenapa jadi mellow gini?" Ucap Herra pada dirinya sendiri, bukan gila. Tapi sedang memahami hatinya, kenapa setelah kepergian Sean. Menjadi campur aduk begini.

"Ah bodoamat, mending tidur." Gumam Herra mengenyahkan semua pikiran semrawut di otaknya.

Namun sebelum kepalanya menyentuh bantal, suara pintu terbuka membuatnya kembali ke posisi duduk bersandar.

Ceklek

Pintu kamar inap Herra terbuka, menampilkan tiga perempuan asing bagi Alegra namun familiar diingatan Herra.

Jika tidak salah, mereka adalah sahabat nya. Ah bukan sahabat Herra maksudnya.

Mereka masuk tanpa izin dari si penghuni kamar, buset kek setan pake penghuni segala.

Dari ingatan Herra, gadis yang berambut panjang ikal itu adalah Amara.

Eh Amara...

Mata Herra membulat saat nama itu terlintas, jiwa-jiwa fansbase seketika muncul sempat menguasai separuh otaknya, namun hanya sebentar saat mereka menoleh kearahnya, karena Herra sadar jika itu akan membuat mereka curiga dengannya, untung saja setelah menatap singkat dirinya, mereka langsung sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing yang satu mengobrak-abrik lemari es mini yang berada disudut ruangan lalu memasukan berbagai minuman kaleng dan botol.

Itu adalah Difa, gadis tomboy yang memiliki rambut panjang lurus tanpa embel-embel catokan. Untuk apa itu? Difa bahkan tak peduli dengan rambutnya jika saja Bundanya tak memaksanya ke salon seminggu sekali.

Ada juga yang duduk senderan disofa sambil memainkan ponsel dengan posisi miring. Ck, Herra tahu sedang apa itu. Apalagi jika bukan bermain game. Itu adalah Stefanie, si cuek maniak game. Seperti sebuah Makanan tak akan enak tanpa menyedap, sama seperti Stefanie hidupnya tak akan berwarna tanpa Game dan Gosip. Gadis itu biasa dijadikan berita berjalan.

Lalu yang terakhir Amara, gadis itu sendiri tadi hanya diam sambil menunduk disamping Stefanie yang sibuk dengan game nya, tanpa menyadari bahwa ada orang didekatnya.

Dengan rasa penasaran tingkat tinggi, Herra tak bisa menahan mulutnya untuk bertanya.
"Mar, Lo kenapa? Ada masalah?" Sejak pertanyaan itu dikeluarkan, sejak itu pula Amara menjadi objek pengamatan.

Stefanie menoleh heran sekaligus bingung kearah Amara yang berada di sampingnya. Begitu pula dengan Difa yang berdiri sambil menatap ke arah Amara sambil bersandar di kusen jendela dengan satu kaleng cola ditangan kanannya.

Figuran UwuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang