Si polos, Setan

14.7K 2K 485
                                    

Lanjot, udh lama nih ga up²

°°°

Herra kini rasanya ingin sujud syukur, entah kebaikan apa yang dulu dia lakukan hingga bisa masuk ke salah satu novel penuh cogan. Walaupun harus mati terlebih dahulu, kesel sih tapi kok makin kesini makin kesenenggan ya?

Stop, Herra. Lo harus sadar kalo sekarang ini lo sedang berjuang membalikan keadaan biar gak mati muda untuk ke dua kalinya, gila aja mati pertama jomblo mati kedua pun jomblo.

Tapi Herra juga memiliki sedikit harapan bahwa dirinya belum mati, tapi koma. Semoga saja, tak mungkin bukan dia hidup disini selamanya.

Herra masih harus baik-baik sama Mamanya, Herra masih harus minta skincare lengkap dari ayahnya karena dari dulu saat menjadi Alegra, Herra paling anti memakai uang orangtuanya jika tidak berkaitan dengan sekolah.

Sekarang pun sama, menjadi Herra juga menyenangkan. Walaupun orangtuanya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan tapi tak menutup bahwa mereka masih mengingat Herra anak semata wayang mereka.

Setiap hari Orangtuanya selalu mengiriminya uang dan selama itu juga Herra asli menghambur-hamburkannya, tapi sekarang Herra asli sudah pergi. Berganti dengan jiwa Alegra yang anti sekali memakai uang orangtua, Herra jadi memiliki ide. Bagaimana menginvestasikan uang-uang itu?

"Her gimana keadaan lo? Udah baikan? Masih sakit? Lo butuh apa biar gue beliin tapi pake duit lo ya." ucap seorang laki-laki berparas tampan yang kini duduk didepan meja Herra, awalnya Herra kira laki-laki itu suka kepadanya tapi saat mendengar ucapan terakhir bocah itu. Perasaan senang Herra terjun begitu saja ke dasar jurang perasaan yang paling gelap dan dalam, setelah itu Herra mengambil pisau lipat didalam tasnya dan menusukannya dengan tega ke dada tepat di jantung laki-laki itu—Canda Herra gak Psyco kok! Itu tuh cuma bayangan Herra aja, tapi kalo boleh juga sabilah di coba. Mengingat Negara hukum apa boleh buat, Herra cuma bisa membayangkan saja~~

Eh tapi ini kan dunia novel!

"Malah bengong! Kesambet ya lo sama kegantengan gue yang cetar ini?" buyar sudah bayangan Herra tentang 'Tata cara membunuh setan sok akrab di depannya ini.'

Mencoba sok cool, Herra berdehem lalu mengangkat alisnya sebelah menatap aneh laki-laki di depannya.

"Ngakak Her, muka lo kek tai nya si Hendra." bukannya menjawab malah mimik wajah Herra yang terlihat bingung dan heran, laki-laki itu malah tertawa ngakak melihat wajahnya yang dianggapnya cool ini.

"Anjing kok jadi gue!" tak Terima, mungkin laki-laki yang namanya kebetulan Hendra itu mengeplak kepala laki-laki yang tertawa ngakak saat melihat wajahnya. Bagus lo emang peka, kalo ketawa bocah sok akrab itu gak enak didenger. Ngeselin plus tengil. Muka-muka minta di sleding.

"Sakit Hen, canda elah. Baperan lo." seru Laki-laki itu tak Terima.

Lalu matanya beralih kembali ke Herra.
"Her, diem-diem aja lo dari tadi. Gak ada acara tabok-menabok nih? Tumben tangan lo gak maju, anemia nih anak kayaknya."

"Amnesia goblok bukan anemia, kok gue ngerasa temenan sama lo bukannya pinter malah tambah goblok ya?" koreksi Hendra berakhir curhat tentang dirinya yang kadar pinternya menurun drastis.

Laki-laki yang berada didepan Herra tak menjawab, tapi hanya memutar bola mata malas. Tenang Herra juga males ngeladenin sifat sok akrab lo kok.

"Her, Jangan-jangan lo amnesia beneran?! Her ya Allah, panggil pak botak Hen cepetan biar dirukiyah!"

Figuran UwuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang