Darah membanjiri tanah yang Lingga dan Eugene pijak. Di tambah lagi hujan turun melengkapi arena pertempuran. Lebih dari tiga puluh pasukan musuh tewas. Pasukan yang seharusnya menyelamatkan kota New Batavia itu malah membelot, jadi wajar jika Lingga marah besar dan membunuh mereka tanpa belas kasihan. Terutama Eugene, ia menebas setiap manusia-manusia lancang itu, membuat tubuh mereka tercerai-berai.
Sekarang hanya tersisa satu orang.
"Inilah manusia. Mereka bisa mati dengan mudahnya, rapuh seperti kaca. Sekali senggol langsung tamat." Ia berdiri tegak di antara kumpulan mayat. Berkacak pinggang seolah-olah raja. "Oh iya, sebelum gue pidato kayaknya lebih baik gue nyapa kalian dulu. Halo Eugene, halo Lingga. Dunia begitu sempit ya? gue bisa dengan mudahnya ketemu kalian di sini."
Eugene tersenyum getir menanggapinya.
"Ah, bukan deh, tapi kota ini yang terlalu kecil. Makanya...bisa dihancurkan dengan mudahnya. Kalau dipikir pikir hebat ya, kota kecil begini memberikan dampak begitu besar bagi masyarakat."
"Pidato lo gak bagus Lintang. Mending lo kunci rapet aja itu mulut," potong Lingga.
"Ini baru kata pengantar. Aish...bikin gak mood." Kaki Lintang menendang salah satu mayat rekannya.
"Heh, nanti lo digentayangin, lho." ucap Eugene. "Tega banget sama temen sendiri."
"Temen?" Lintang bertanya dengan nada menjengkelkan,"Sayangnya mereka bukan temen gue. Mereka cuma boneka...boneka yang gak berguna."
"Lintang, lo gak seharusnya ngelakuin ini. Dirga bakal marah. Lebih baik lo balik ke jalan yang bener dan berhenti berkhianat!"
"Dirga? kayaknya dia gak bakal marah deh."
Lingga berdecak, malas mengikuti alur pembicaraan. Ia ingin segera membunuh Lintang, namun segera tersadar tindakannya akan sia-sia karena si pengkhianat itu bisa melakukan restart. Bertempur dengan Lintang bukanlah pilihan yang tepat.
"Kalian ngapain di sini? nyari cara buat ke luar dari kota ini? gak mungkin bisa sih. Abisnya gak ada yang berpihak sama kalian."
"Maksud lo?"
"Masyarakat gak ada yang percaya sama kalian. Kalau pun kalian balik ke kota Elder, emangnya kalian bakal diterima? beritanya udah tersebar, semua warga New Batavia gak ada yang terselamatkan. Misi ini gagal." Lintang menodongkan pistolnya, "Jadi, kalau gue nemu warga yang masih hidup."
Dor, Dengan sigap kedua anggota Tim Elang menghindar dari tembakan.
"Pasti bakal gue bunuh. Dan kalian..." Lintang lagi-lagi menarik pelatuknya. "Bagaimanapun caranya bakal gue tahan di kota terkutuk ini. Kalian gak bakalan bisa ke mana-mana."
"Bangsat!" Eugene melesat ke arah Lintang dan mengayunkan kedua katananya, memotong lengan orang yang ada di hadapannya itu. Amarah Eugene sudah tak bisa dibendung lagi. Lintang langsung membalasnya dengan menembak perut Eugene. Detik setelahnya pistol itu ditendang hingga terpelanting jauh.
"Kendaliin amarah lo Eugene," seru Lingga. "Mau sekeras apa pun lo nyerang dia--"
"Gue gak peduli."
"Eugene~lo gak boleh nyuri start..." Tangannya yang tergeletak, ia pungut lalu menyatu kembali. Begitu juga dengan Eugene, lubang kecil di perutnya menutup.
Tidak memedulikan omongan Lingga, cowok bermarga Sakai itu kembali menyerang Lintang. Buru-buru Lintang mengambil belati dari sakunya dan menahan tebasan katana Eugene.
Dua bilah katana beradu dengan sebilah belati. Tentu saja, Eugene selangkah lebih dekat dengan kemenangan.
"Eugene--lo itu salah kalau ngelawan gue!" Kaki Lintang terseret ke belakang. Genangan air di kakinya memercik, seperti merasakan tenaga Eugene yang luar biasa. Namun dia tetap tenang dan diam-diam menyusun siasat. "Apa kita uji coba sekarang aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•[Restart]•
Fanfic"Pada tahun 2130, suatu kota akan diselimuti gas berbahaya yang dapat membinasakan masyarakat." Seorang peramal datang dan membicarakan hal yang sulit dipercaya, namun siapa sangka kenyataan seakan mengindahkan omongannya. 📌book ini mengandung unsu...