33) GODAAN

11 4 0
                                    

Ikhsan pun mulai melanjutkan ucapannya tadi yang sempat terpotong karena Andi. Mereka semua tidak menyangka kalau besok adalah hari terakhir ujian dan dua atau satu harinya lagi adalah hari terakhir mereka disini, di sekolah yang mempertemukan mereka semua, di sekolah yang menjadikan mereka tim yang sangat luar biasa, dengan hitungan hari mereka akan meninggalkan ini semua, meninggalkan lapangan basket tercinta, kelas mereka masing-masing.

Sungguh tidak percaya mereka semua akan kuliah dan bekerja, mungkin. Serasa baru saja bertemu lalu harus berpisah lagi. Dalam hati Ikhsan mengkhawatirkan sesuatu yang tidak bisa ia bilang akan baik-baik saja,dalam hati dan pikiran semua terasa sangat sesak belakangan ini. Namun, ia berusaha untuk menghilangkan rasa sesak itu dengan apapun caranya.

Semua mata tertuju pada Ikhsan, cowok itu berbicara panjang lebar namun diiringi dengan batuk yang cukup keras tiba-tiba.

"Eeeii kenapa lo, San?" Kaget Ando yang ada di belakang Ikhsan.

Ikhsan berdehem. "Sorry sorry kurang minum tadi." Jawabnya dengan suara serak.

Alvin hanya memutar bola matanya malas, sedangkan Andi menatap Ikhsan tajam. "Sakit nih gue rasa lo, San, dari tadi nih ya gue jemput ni bocah mukanya pucet banget." Omel Andi yang pas disamping Ikhsan.

Ikhsan membenarkan posisi duduknya. Ia mendorong kepala Andi. "Sotoy lo, gue baik-baik aja omongan doa loh, Ndi, lo mau gue sakit beneran?"

Andi meringis kecil. "Nggak gitu Ikhsan! Tapi lo beneran pucet sumpah astagfirullah, lo percayaan dikit napa sih sama sahabat lo yang tampan ini? Ngaca sana kalau mauihat muka lo udah kayak vampire!" Ujar Andi sedikit marah.

"Iya gue percaya Andi tampan, gue nggak apa-apa! Lo jangan bikin gue banyak ngomong ya hari ini malas banget!" Marah Ikhsan.

"Ya lo juga dari tadi udah banyak ngomong Ikhsan!" Balas Andi tak mau kalah.

Sekali lagi Ikhsan menghela napas. Ingin rasanya menyimbat mulut Andi dengan tangannya.

"Makanya gue udah berhenti jadi jangan bikin gue ngomong panjang lebar lagi!"

"Lo aja yang masih balas omongan gue!"

"LO BERDUA BISA DIAM NGGAK? RIBUT GOBLOK! " Kesal Ando lama-lama.

Alvin dan anggota lainnya hanya tertawa dan menghela napas melihat tingkah mereka berdua.

"Mulut lo kalau ngomong di filter dulu kadal!" Marah Andi.

Ando meraih wajah Andi dan mendekapnya kuat. "Bacooot!" Kata Ando.

Ikhsan mendengus kesal dan berdiri dari duduknya. Sambil memegang sebelah tali tasnya. "Udah, itu aja yang mau gue bicarain sama kalian semua. Untuk jam dan lainnya kita bicarain nanti." Ucap Ikhsan.

"Gue cuma mau kita untuk yang terakhir kali bisa main bareng." Lanjunya.

"Lo kayak mau pergi kemana aja, San... " Ucap salah satu anggota.

"Bener! Sok bijak!" Timpal Alvin. Kemudian menatap Ikhsan tajam.

Ikhsan melihat Alvin hanya diam. "Kalian boleh pulang," Mereka semua berdiri dan melangkah meninggalkan trimbun.

Kini tersisa Ikhsan, Alvin,Andi dan Ando.

"Woi, lo semua jangan lupa kalau habis ujian dateng ke pernikahan kakaknya kak Devan, digelar pas kita selesai ujian, jadi datang ke resepsinya aja." Kata Andi.

"Iya Andi inget kok inget, " Balas Ando.

"Bagus."

Mereka berempat jalan bersama menuju parkiran. "San, mau jemput ibu lo, ya?" Tanya Ando.

KANVAS LANGIT 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang