Bab 3 - Tentang Lukisan

4.3K 609 6
                                    

Bagi yang pernah baca ini, atau mengulangnya lagi. Ini aku buat versi baru, dan mungkin ending baru juga.

Melihat, banyak sekali kesalahan. Aku memutuskan untuk menulis ulang, hanya beberapa bagian.

Dan untuk kalian pembaca baru, kalian akan menikmati baca tanpa ada typo berserakan sana-sini.

Selamat membaca 😉


Di meja makan yang berukuran panjang yang di isi oleh 4 krang. Semuanya tak ada yang berbicara, hanya terdengar suara dentingan garpu dan piring yang saling beradu di meja makan. Shin Hye sedikit melirik ke atas, menatap ketiganya yang makan dengan tenang, menikmati makanan mereka.

Aku tidak tenang.

Rasanya, Shin Hye seperti berada di kuburan melainkan dengan manusia. Dia tidak tenang seperti mereka bertiga, dia gugup, panik, rasanya bercampur aduk dalam dirinya.

Apa mereka selalu makan seperti ini? Keluarga macam apa ini. Tidak ada canda dan tawa.

Shin Hye memutuskan untuk makan lebih cepat agar dia bisa kembali dengan cepat juga. Shin Hye ingin menangis dengan keras disini, kenapa kehidupan keduanya harus berjalan seperti ini.

Kenapa sulit sekali memotong daging seperti ini! Perasaan mudah saja memotong. Tangan ku ini... Rasanya akan rapuh bila memaksakannya.

Tring tring tring!

Shin Hye menelan saliva nya pahit. Kenapa harus, garpu yang di pegang nya terjatuh? Tolong masukan Shin Hye ke lubang terdalam di bumi. Dia benar-benar ingin menangis sekarang.

"A-ah... A-aku..." Shin Hye sudah terlebih dahulu membendung air matanya, menahan untuk tidak terjatuh membasahi pipinya.

"Tidak apa-apa Putri, jangan khawatir, saya ambilkan yang baru" Chloe menyuruh salah satu pelayan membawakan garpu yang baru. Setelah mendapatkannya, Chloe menyimpannya di samping piring Shin Hye.

"Terima kasih, Chloe..." Shin Hye ingin menangis, berterimakasih pada Chloe. Kalau Chloe tidak ada di sini, bagaimana dengan nasib nya sekarang.

Suara garpu terjatuh membuat suara yang begitu nyaring di ruangan yang seperti tak berpenghuni di dalamnya. Membuat mereka bertiga  serempak menoleh ke arah Shin Hye.

"Apa kau tidak bisa memotong, daging itu?" tanya Daniel dengan alis yang bertaut.

Shin Hye mau tak mau, mengangguk. Bukan salahnya tidak bisa, hanya saja dia memasuki tubuh anak berusia 5 tahun. Wajar dia tidak biasa, dia bukan lagi berusia 18 tahun.

"Sini, memotong saja tidak becus!" Daniel mengambil piring Shin Hye. Memotong daging menjadi potongan kecil-kecil agar pas dengan mulut Shin Hye.

"Daniel" hardik Caesar.

Daniel memutar bola matanya malas. Dan memberikan piring Shin Hye kembali dengan keadaan daging terpotong rapi kecil-kecil. "Ini! Sudah ku potong. Lain kali belajarlah."

Shin Hye mengangguk dengan cepat.
"Terima kasih pangeran" Shin Hye melanjutkan makannya dengan cepat.

Setelah selesai makan, Chloe membantu mengelapkan kotoran di sekitar bibir. Kedua matanya berbinar, menatap macarons berwarna-warni di depan sana.

Aku mau itu... Sekarang air liur keluar dari bibir Shin Hye, seperti air terjun.

Caesar melirik Alesya yang menatap macarons dengan mata yang berbinar. "Kau mau itu?" Caesar menunjuk ke arah piring berisi macarons dengan berbagai rasa

Fake Princess [REVISI] [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang