Bab 6 - 9 Anak Yang Hilang

3.7K 469 2
                                    

Hai hai hai yang merindukan Fake Princess.

Metal update nih, jangan lupa baca ya, Selamat membaca 😉

Jam berapa kalian baca ini?

Tahu versi lamanya atau versi barunya?


"Tessa, apa yang kau katakan pada Alesya siang tadi? Alesya menjadi sedih, mengganggap bahwa dirinya penyebab ibu menjadi tiada?" tanya Daniel dengan tangan bersedekap dada. Di ruangan kerja milik Caesar, Caesar terduduk di meja kerja nya dengan mata menatap tajam ke arah Tessa, yang duduk di sofa, dan Daniel yang berdiri mengintrogasi Tessa. Dia ingin tahu laki-laki itu mengatakan apa saja pada Alesya tadi siang.

Tessa menghembuskan napas, kaki nya menyilang, wajah nya menunjukkan rasa malas membicarakan gadis itu. "Sudah kuduga. Kalian menyuruh ku kesini, hanya untuk membicarakan gadis munafik itu?"

"Tutup mulut mu, Alesya bukan gadis seperti itu!" sarkas Caesar. Tessa memutar bola matanya, lihatlah, dua orang ini sudah terkendali di bawah gadis itu, lihat saja cara berpikir mereka yang mulai berubah. Dia membenci nya.

"Kenapa kalian berubah? Bukankah kita sama-sama membenci gadis itu, karena ibu kita tiada Daniel dan istri yang di cintai ayah menghilang dari sisi ayah untuk selamanya?" perkataan itu, membuat keduanya diam. Seperti tidak bisa membalasnya. Tessa mendengus. "Kenapa tiba-tiba kalian menjadi dekat dengannya dan bahkan memberi kasih sayang padanya. Ingat, dia tak lain adalah pembunuh ibu!"

Caesar memukul meja dengan keras, membuat atensi Daniel dan Tessa memandang lurus ke arah Caesar. "Jaga omongan mu, Tessa! Ini adalah takdir, jangan menyalahkan Alesya. Aku sudah bilang, mari kita berdamai di masa lalu dan membuat kenangan di masa depan. Kenapa kau tidak mau memaafkan Alesya, ini bukan salah nya terlahir di dunia!" papar Caesar.

Tessa mengerutkan keningnya merasa tak setuju dengan perkataan Caesar, apa katanya, Takdir? "Persetanan dengan takdir! Aku takkan pernah menganggap gadis itu menjadi adik ku, bila saja dia tidak lahir, mungkin aku takkan membencinya seperti sekarang!"

Daniel yang tidak tahan lagi, menggertakkan giginya. "Ya sudah! Alesya adalah adikku, bukan adik mu, kau tidak perlu mempeributkan hal seperti itu. Dan kau juga... Bukan, kakak ku! Aku takkan pernah menganggap mu adalah kakak ku, kakak ku bukan orang seperti mu" ucap Daniel dengan mata yang membulat sempurna dan jari telunjuk yang menunjuk-nunjuk Tessa.

Tessa berdiri dari sofa nya, napas nya naik turun dan urat di lehernya terlihat menonjol, matanya menghunus tajam pada Daniel dan tangannya terkepal kuat. "SIAPA YANG MAU KAU ANGGAP KAKAK, AKU TAK PEDULI!" Tessa melenggang pergi dari ruangan itu dengan emosi yang menguasainya. Daniel mencoba menghentikan nya, tapi sepertinya Tessa takkan mendengarkannya.

"Oi, Tessa!" Daniel hendak akan menyusul Tessa. Namun langkahnya di hentikan oleh Caesar yang menggelengkan kepalanya, menandakan kalau dia tidak usah mengejar Tessa yang sedang dalam emosi, hanya akan percuma.

"Sudah biarkan dia Daniel. Amarah mengendalikannya. Padahal ku yakin Charlotte tidak ingin Tessa seperti itu" Caesar menautkan kedua tangannya di atas meja. Anak itu, pasti merasa kalau semua nya menjadi berbeda dan tidak seperti dia harapkan.

****

Alesya terduduk di ranjang, meneguk minum obat yang di resep dokter untuknya, 2 jari nya mencubit hidung, tak ingin mengendus bagaimana obat itu sangat tidak enak, bahkan lidah nya yang merasakan cairan itu sudah mati rasa. "Ayah, aku sudah meminumnya. Aku tak ingin meminum itu lagi, rasanya tidak enak, pahit!" Alesya memberikan cangkir yang sudah habis dia minum sampai tak ada yang tersisa kepada Caesar. Setelah Caesar mengambil cangkir dari tangannya, Alesya buru-buru memakan permen gula untuk meredakan rasa pahit di lidah nya.

Fake Princess [REVISI] [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang