Bab 13 - Zen

1.6K 227 0
                                    

Alesya, Tessa, Daniel dan Zariel, berkumpul di kamar Alesya dan mereka duduk melingkar di atas karpet yang di gelar dekat tempat tidur Alesya.

"Padahal kita bisa duduk di sofa?..." Tessa menatap semua orang dengan wajah datar. Sungguh tidak masuk akal, apa guna nya sofa di kamar ini dan untuk apa mereka harus duduk melingkar di atas karpet seperti ini.

"Tidak masalah kita begini, kita bisa bergerak bebas! Kau lihat?" Daniel memperlihatkan kepada Tessa, bahwa di karpet dia bisa berguling, terlentang, tengkurap bahkan bisa kayang.

Tessa yang melihat itu, memasang wajah jijik dan melirik ke arah lain. Dia bersumpah itu bukan adiknya, mungkin itu orang lain yang sedang melakukan gerakan aneh itu.

Sekarang giliran Zariel berkomentar. "Aku nyaman-nyaman saja, duduk di mana pun" ucapnya dengan tersenyum.

Alesya melirik Zariel dan tersenyum jahil. "Oh, kalau begitu mau duduk di kandang kuda?" Alesya menggerakkan kedua alisnya naik turun dan masih dengan senyum jahilnya.

Zariel melipat kedua tangannya bibir nya tersenyum menyungging dan kepalanya di miringkan mendekat ke arah Alesya. "Tapi kau juga harus ikut. Aku tidak mau tersiksa sendiri di dalam kandang kudanya"

Alesya melirik nya dan memutar mata nya dan memalingkan wajahnya. "Kau saja, kenapa aku harus ikut?"

"Ingat, siapa yang mengajak ku untuk duduk di dalam kandang kuda? Kau juga harus ikut, kan kau mengajak ku?" Zariel tersenyum menyungging lalu terkekeh.

"Siapa yang mengajak mu! Jangan mengarang cerita!" Alesya menunjuk Zariel dengan jari nya dan wajah nya kesal sekarang.

"Hahaha" Zariel tertawa lalu mengangkat kedua tangannya tanda dia menyerah.

Alesya melipatkan tangannya dan memalingkan wajah dengan bibir cemberut. Zariel yang melihat itu tidak tahan ingin menggoda nya lagi dan dia tertawa.

Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar pintu dan seorang pelayan masuk. "Yang mulia, pangeran, kalian di panggil oleh Baginda ke dalam ruangan nya"

Daniel mengerutkan keningnya. "Apa yang ingin ayah bicarakan?" tanya Daniel kepada pelayan itu.

"Mohon maaf, saya juga tidak tahu. Saya hanya menyampaikan saja" ucap pelayan itu dengan sopan.

Tessa mengangguk dan bangkit untuk berdiri. "Baiklah. Ayo kita pergi Daniel" Tessa mengambil lengan Daniel, membuat Daniel mau tidak mau ikut berdiri dan pergi juga.

Daniel menyempatkan menoleh sebelum di tarik kembali oleh Tessa. "Nanti aku dan Tessa akan segera kembali!" dan pintu pun tertutup rapat.

Alesya dan Zariel terdiam sekarang, tidak tahu harus melakukan apa. Sekarang mereka hanya berdua saja.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Zariel sambil menunduk dan menggerakkan jari telunjuk nya di atas karpet dengan abstrak.

"Aku juga tidak tahu" Kedua tangan Alesya di kebelakang kan untuk menahan berat tubuh nya dan mendongkak menatap atap dengan pandangan kosong.

Zariel menatap bosan ke bingkai bunga yang di jadikan seperti mahkota yang tergelatak di depannya. Lalu matanya menyipit, melihat ulat kecil di dekat bunga. Lalu sebuah ide muncul dengan seringai kecil di wajah nya, itu akan mengurangi rasa bosannya.

Alesya menghembuskan napas panjang. Kenapa tiba-tiba dia dengan Zariel seperti tidak ada ide untuk di mainkan? Tapi saat kedua kakak nya di sini, situasi nya tidak seperti ini. Alesya terus berpikir dalam diam.

"Alesya, lihat kemari."

Alesya menurunkan kepalanya saat Zariel menyuruh nya untuk melihatnya "Ada ap—? Ahhhh!?" Zariel memegang ulat di tangannya dan itu dekat dengan wajah nya. Alesya berdecak kesal dan menepis tangan Zariel.

Fake Princess [REVISI] [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang