1

34 3 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim🌺


N Carpenter St, Chicago,  IL 12345 The United States of America.

"Hey brother, wake up! Mommy is calling you right now!" (Hey kakak, bangun! Ibu memanggilmu sekarang!)

Ugh.. Menyebalkan. Benar-benar menyebalkan. Aku masih mengantuk, Ayolah!

"You will become dead meat now." (Kau akan menjadi daging 'mati' sekarang)

"Shut up, Eleanor!" (Diamlah, Eleanor!)

"MATTHEW!"  Suara teriakan yang kuduga dari arah Living room mulai terdengar. Aku mendengus kesal.

Astaghfirullahal adzim!

"Sebentar lagi natal, kenapa kau tidak melakukan hal yang baik- baik padaku? Seperti memberiku uang saku tambahan?" Ucap Eleanor, adikku. Yap, adik yang cukup menyebalkan. Kami berbeda 2 tahun, ia lahir dengan kekurangan. Coba tebak? Yuhuu, kekurangan akal pikiran. Ia selalu menggangguku dengan hal-hal yang menyebalkan.

Aku melewati Eleanor tanpa membalas ucapannya. Ia mengikutiku dari belakang dan menoyor kepalaku dengan keras. Aku mendelik menatapnya.

"Kau tuli?" tanya nya dengan wajah minta santet-nya. Oh, untuk kalian yang tidak tau apa itu santet, aku juga baru mengetahuinya dari teman Asia ku, Rudi namanya. Katanya santet adalah kata lain dari membunuh tanpa menyentuh. Uh, sadis syekali kawand.

"Astaghfirullahal Adzim!" gumamku.

"Berhenti menyebut kalimat itu Matt, aku benar-benar sudah memberitahu mu bahwa aku tak menyukainya bukan? Begitu juga dengan Mom dan Dad!" Ujar Eleanor dingin sambil berjalan melewatiku. Aku mengedikkan bahu dan berjalan ke arah kamar mandi.

'Biasalah!'

✨✨✨

Author's Point of View

"Tidak mau Umma, Tidak mau ane!" Ucap seorang gadis pada perempuan paruh baya disampingnya.

"Kamu itu sudah 16 tahun, dulu Umma menikah dengan Abah-mu waktu Umma berusia 21 tahun." Kata wanita paruh baya itu sambil terkikik geli.

Lah.. Apa hubungannya? Ya Allah sekate kate nih, "Terus kenapa ane pake di adain rencana buat disandingkan dengan Kak Odit si anak pak lurah, Umma? Ane gak mau ya Umma, Abah, Kak Uti" Tanya nya dengar bibir melengkung ke atas.

"Apa alasannya kamu menolak dia? Odit Insyaa Allah adalah pria yang sholeh. Abah selalu bertemu dia di Masjid setiap sholat fardhu'. Hati Abah juga sering tersentuh melihat Odit yang selalu bersedekah kepada orang-orang yang tidak mampu." Ucap pria paruh baya kepada gadis kecil di sampingnya. Gadis itu termenung mendengar perkataan Abahnya. Ia sedih mendengar kedua orang tuanya yang terlihat berharap jika ia dan Kak Odit dapat bersanding bersama. Gadis itu menatap wanita muda yang sedang asik memakan bubur ayamnya.

'Tolong lah aku kak Uti!" batinnya lirih. Tapi si wanita tersebut hanya tercengo melihat Adiknya menatap ke arahnya.

"Assalamu'alaikum Warahmatullah! Pak Arep, maaf mengganggu pak."

"Wa'alaikumussalam, ada apa pak Bagas? Silahkan duduk pak!"

Gadis itu menghela nafas bersyukur karena pembahasan yang menjadi beban pikirannya berakhir sementara karena kedatangan Pak Kepala Desa yang berkunjung kerumahnya. Ia pun bersama wanita muda tadi pergi ke dalam kamarnya, sedangkan Umma dan Abahnya sibuk berbicara dengan Pak Kades.

MUSAFIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang