Ila's Point of View
27 Desember 20**30 Desember nanti aku akan berumur 17 tahun. Huah! Aku masih tak menyangka kalau umurku semakin bertambah sedangkan amal ibadahku masih sedikit. Terkadang aku merasa iri dan malu melihat beberapa temanku yang mendapat gelar 'hafidzah'. Aku membenarkan letak niqob ku sembari menatap pantulan diriku di cermin. Aku adalah orang yang mudah memikirkan sesuatu secara berlebihan, Overthinking.
Dulu saat pertama kali memutuskan untuk memakai niqob, aku berlebihan memikirkan reaksi apa yang akan diberikan oleh masyarakat disekitarku. Aku overthinking dan penakut. Huft!
"Ila! Ayo nak, Abah antar ke sekolah."
Aku menatap Abah sedih, apa Abah benar-benar berharap Aku dengan Kak Odit ya? Kak Odit memang pria yang sholeh, tak pantas rasanya jika aku menolak khitbah-nya jika ia melakukan itu. Aku takut Allah marah jika aku menolak pria sholeh sepertinya.
"Abah, sehabis ini Ila mau coba beasiswa sekolah keluar negeri." Cicitku.
"Iya, bawalah Odit bersama Ila nanti setelah kalian menikah. Berpergian jauh lebih baik bersama halal-nya. Apalagi Ila perempuan."
Menghela nafasku berat, di khitbah saja belum, "Baiklah, Abah."
Abah mengantarku sampai depan pagar sekolah dan memberiku uang saku. Sebelum masuk ku cium tangan Abah, meminta ridho' nya untuk belajar karena ridho' Allah tergantung ridho' orang tua.
"Abah, jujur ane masih belum mau nikah sama Kak Odit anak pak lurah. Jadi, inginnya ane dapet beasiswa terus berangkat bareng Abah atau Umma deh hehe."
"Astaghfirullah-"
"hal adzim Ya Allah, Assalamu'alaikum Abah! Nanti Ila pulang jam 1. Kalau Abah berhalangan jemput, Ila bisa naik angkutan umum, Abah."
Ila's Point of View End
✨✨✨
Seorang pria terlihat lelah, berdiri di depan pintu ruangan yang terlihat besar. Raut gusar tergambar di wajahnya.
"Sudah mengumpulkan berkas?" Tanya pria di depannya.
"Tidak."
"What? Aku menunggumu hampir setengah jam, kupikir kau sudah mengumpulkan berkas mu, Dude."
"Mungkin lain kali."
"Astaga, lain kali bagaimana? Universitas di Texas akan tutup pendaftaran. Mereka tak akan menunggumu, Matt."
"Matthew!" Suara ranying seorang perempuan mengalihkan perhatian mereka sejenak.
"Iya, Jo?" Tanya seorang pria bermata biru.
"Kau juga masuk Texas? Aku tak menyangka kita akan bersama lagi. Jurusan apa kau? Hm, Matt ak-"
"Aku pergi dulu, Jo. Noah, aku tunggu di center building."
"Alright, Jo. Kurasa dia benar tak menyukaimu." Ujar Noah nyengir.
Matthew's Point of View
Tak paham aku tuh. Sudah kubilang aku tak menyukai si Jo itu, kenapa banyak yang menjodohkan ku dengannya sih? Si Jo itu, 3 tahun lama nya dia mengejar-ngejarku. Ah, kenapa aku cukup tampan juga? Benar-benar melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSAFIR
SpiritualMatanya kemudian bertemu dengan mataku yang sedari tadi terpaku menatapnya. Purdahnya tersingkap, membuatku terkejut karena dapat melihat wajahnya. <3 Huah! Terbang ke Dubai niat belajar malah di nikahin sama Abah!