"Mohon maaf jika ini mengejutkan kalian semua. Niat saya tulus dari hati saya. Izinkan saya meminang putri anda, Tuan."
Sepasang suami istri tersebut terkejut mendengarnya, sedangkan seorang Syeikh tersebut tersenyum kecil.
Berkali-kali Syeikh tersebut menyuruh Matthew untuk meminang seorang gadis berkat mimpi nya itu, tapi Matthew tak juga meminang seorang gadis.
Apakah gadis itu yang dia maksud?
"M-maksudnya ada apa ini?" Tanya Pak Arif. Selaim raut wajahnya yang bingung dan cukup terkejut, Arif merasa kagum dengan pemuda asing ini. Belum pernah ada lelaki yang dengan tegas meminang putrinya seperti yang dilakukan pemuda ini.
"Maaf, nak. Putri saya? Apa maksudmu Ila?" Ujar istri Arif, Bunga.
"Maaf, Nyonya. Sejujurnya, saya belum mengetahui nama putri anda. Tapi, saya rasa, saya dapat mengenal kepingan jiwa saya yang lain darinya."
'Masyaa Allah, pemuda ini benar-benar tak gentar sekali, padahal aku sudah menatapnya tajam. Bahkan Odit pun sampai kicep jika kutatap seperti ini.' Batin Arif.
"Arif?" Suara Syeikh Ahmed membuat Pak Arif tersadar dari pikirannya.
"Berapa tinggi mu, nak?" Tanya Arif sambil memegang lehernya dan mengurutnya pelan. Bunga mengernyitkan dahi menatap suaminya.
"186 cm, Tuan." Jawab Matthew ragu. Dirinya lupa antara 186 atau 185.
'Waduh, bagaimana dengan putriku? Dirinya saja sakit leher menatap ke arah pemuda ini, apalagi putriku yang lebih pendek dariku?'
"Ceritakan tentang mu." Ucap Abah Arif pada Matthew.
✨✨✨
Matthew's Point of View
Kedua pasangan paruh baya itu sempat sedikit berdebat karena diriku. Kupikir Nyonya Bunga tak menyukaiku, sepertinya karena masa laluku. Semenjak aku bercerita segalanya tentang diriku, ah entahlah. Aku tak tahu perasaan Nyonya Bunga sampai tibalah hari ini aku meminang putrinya.
'Laamah Qaila Mahasin.'
'Laamah Qaila Mahasin.'
Batinku berulang-ulang. Dia akan menjadi istriku nanti.
Ku tatap kakinya yang dibalut kaus kaki. Sungguh kecil dirinya, kaki saja tak napak tanah jika duduk di kursi itu. Aku menatapnya prihatin, apa tumbuh kembangnya tak sempurna sepertiku?
Astaghfirullah, tidak ada yang sempurna kecuali Allah.
Apa aku baru saja mengejek calon istriku sendiri? Tidak, bukan itu maksudku. Hah!
"Bagaimana jika Matthew diperkenankan dulu untuk melihat wajah Qaila?" Suara Syeikh mengalun di telingaku.
"Bagaimana, Ila?" Tanya Tuan Arif terhadap putri kecilnya yang sedari tadi menunduk. Apa dia merasa malu karena di khitbah oleh ku? Ekhem.. aku cukup tersanjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSAFIR
SpiritualMatanya kemudian bertemu dengan mataku yang sedari tadi terpaku menatapnya. Purdahnya tersingkap, membuatku terkejut karena dapat melihat wajahnya. <3 Huah! Terbang ke Dubai niat belajar malah di nikahin sama Abah!