"Apa ini?"
"Kitabullah. Kitab Allah. Allah adalah Tuhan, aku senang mempunyai teman yang peduli padaku sepertimu."
"Apa yang kau ketahui tentang Tuhanmu?"
"Allah, Sang pencipta alam semesta beserta isinya. Yang tak pernah mati, Dia satu-satunya yang memegang kendali kehidupan ini. Tidak seperti ciptaanNya, Dia diluar imajinasi kita dan tidak, Dia bukanlah seorang laki-laki apalagi memiliki sekutu. Dia berdiri sendiri. Dia juga tidak pernah meninggalkan kita sendiri. Dia juga memberikan kita sebuah buku paduan. Al Qur'an dan Islam, dan mohon maaf jika aku lancang menyimpulkan tetapi inilah salah satu kemungkinan yang logis."
Aku terdiam, terpana dengan susunan kata-kata yang diucapkannya. Dia menatapku sembari tersenyum.
"Qur'an, sebuah buku tanpa kontradiksi, dengan keajaiban ilmu ilmiah dan sejarah didalamnya. Semuanya telah diungkapkan lebih dari 1400 tahun yang lalu, seperti deskripsi detail tentang embrio manusia. Juga tentang dua lautan yang tidak bercampur dalam aliran terpisah yang sempurna, hingga planet-planet di orbit yang beredar, pergantian malam dan siang seraya mereka tetap pada jalurnya. Tak satupun kata telah berubah, Al Qur'an masih sama. Dapatkah kamu menjelaskan bagaimana semua ini telah diketahui lebih dari 1400 tahun yang lalu?"
Sesak dan terharu. Mengapa dia begitu-
"Matthew, seorang kawan seiman yang hubungan pertemanannya berlandaskan atas cinta dan ketakwaan kepada Allah akan dikumpulkan oleh Allah didalam surga-Nya."
"Yousef-" Aku tak dapat berkata-kata.
"Aku harap suatu saat nanti kita dapat bertetangga di surga-Nya, hehe. Aku pun tidak tahu aku akan masuk surga atau tidak. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku ini."
Aku menggelengkan kepalaku, aku yakin dia masuk surga. Surga terindah dan tertinggi mungkin, entahlah.
"Apa kau bercanda?" tanya ku.
Dia tertawa dan merangkul ku pundak ku. Kami pun melanjutkan diskusi kami mengenai islam, hijab, niqob, warisan, wanita dalam islam yang selalu menjadi kontroversi di negara ini, kami membicarakan banyak hal.
✨✨✨
'Yousef, benarkah itu dia?' Batinku.
Aku sedang menunggu di ruang tunggu rumah sakit setelah selesai menjemput Noah dan Yousef di gedung belakang sekolah.
Aku bahkan tak mengenali wajahnya.
Yousef, wajahnya hancur. Ku perhatikan Noah yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang bergetar. Sepertinya ia ketakutan dan terkejut.
"Noah, apa yang terjadi?", Ia menggeleng tak sanggup menjawabnya.
"Keluarga pasien?", Suara dokter wanita mengalihkan pandanganku dari Noah.
"Saya." ucapku tanpa ragu.
'...seorang kawan seiman yang hubungan pertemanannya berlandaskan atas cinta dan ketakwaan kepada Allah akan dikumpulkan oleh Allah didalam surga-Nya.'
"Kalian pikir, kalian dapat membohongiku? Kalian seorang pelajar, dia teman kalian bukan? Jadi, beritahu nomor keluarganya, biarkan aku yang menghubungi mereka."
Noah menatapku. "Ayah dan Ibunya sudah wafat, ia sebatang kara. Tolong mengertilah!"
Mengeryitkan dahi, dokter itu menatapku penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSAFIR
SpiritualMatanya kemudian bertemu dengan mataku yang sedari tadi terpaku menatapnya. Purdahnya tersingkap, membuatku terkejut karena dapat melihat wajahnya. <3 Huah! Terbang ke Dubai niat belajar malah di nikahin sama Abah!