Selamat membaca,
Namanya Siti Al Deraa Munggit Rusman, ia kerap dipanggil Deraa. Usianya masih cukup mudah yaitu sembilan belas tahun. Dia adalah anak dari seorang petani yang bernama pak Rusman dan ibunya Titin S.
Hari ini adalah hari pertama Deraa masuk pondok, atau lebih jelasnya masuk kampus. Dia merupakan MABA di Ma'had UKIP Universitas ISLAM Alauddin di kota Makassar.
Deraa turun dari sebuah mobil yang mengantarnya pagi itu, setelah membayar ongkos mobilnya ia melangkahkan kaki masuk ke dalam pintu gerbang, dari depan pintu gerbang sudah tertulis jelas nama universitas tersebut.
Deraa berjalan sampai ia berhenti di sebuah fakultas di mana di sana sudah berkumpul MABA wanita lainnya, karena gedung ini memang memisahkan gedung akhwat dan ikhwan.
"Assalamu'alaaikum, Ukhti," ucap Deraa kepada salah satu MABA lainnya.
"Wa'alaikumussalaam," balas gadis itu.
Deraa kemudian duduk di salah satu kursi tepat di samping gadis itu.
"Nama Ukhti siapa? Kenalin nama saya Siti Al Deraa Munggit Rusman, panggil saja Deraa," ucap Deraa kemudian dengan senyum sopan.
Namun gadis di depannya itu tidak melihat senyum Deraa karena cadar yang dipakainya, namun ia masih bisa tau dari mata Deraa yang menyipit.
"Saya Embun Anifa Mirka, panggil saja Embun," jawab gadis itu.
"Ukhti Asli orang sini?" tanya Deraa.
"Iya"
Embun memperhatikan penampilan Deraa dari atas sampai bawah di karenakan tak satupun di sana yang memakai cadar selain Deraa.
"Ambil jurusan apa?" tanya Deraa lagi.
"Bahasa Arab," jawab Embun dingin karena belum terlalu kenal dengan orang di dekatnya itu.
"Wah, Alhamdulillah berarti kita sama dong? Semoga saja kita satu kelas," kata Deraa penuh harap.
Saat asik berbincang-bincang senior mereka yang bertugas sebagai panitia MABA, mengarahkan mereka untuk segera masuk ke dalam asrama.
Sesampainya di asrama Deraa sibuk mencari namanya pada setiap kamar.
"Alhamdulillah, akhirnya ketemu, kita satu kamar," ucap Deraa senang setelah menemukan namanya dan Embun berada di depan kamar palestina di lantai tiga yang menandakan kamar tersebut adalah kamarnya.
Akan tetapi hanya terdapat dua MABA di sana, yaitu dirinya dan Embun. Mereka berdua masuk ke dalam kamar dan menyimpan pakaian di dalam lemari masing-masing.
Setelah merapikan pakaian Deraa merebahkan punggungnya di atas tempat tidur miliknya.
Karena ia merasa capek setelah naik mobil semalaman dan baru sampai pagi tadi.Namun Embun masih duduk manis di depan lemari pakaiannya.
"Saya lapar, Raa. Tadi saya tidak sarapan." Sambil memegang perutnya yang keroncongan.
"Ini asrama ada jadwal makannya, sekarang belum waktunya makan, Ukhti," jelas Deraa.
"Tapi saya lapar gimana dong? Tadi pagi saya buru-buru karena takut terlambat," ucap Embun dengan suara kecil.
"Beli di kantin saja bagaimana?" saran Deraa.
Ini pertama kalinya Embun tinggal di Asrama, sehingga ia berpikir bahwa mungkin di kantin tidak ada makanan yang diinginkannya.
"Tapi pengennya makan gorengan"
"Yaudah, beli di luar saja!"
"Yaudah, yuk!" Embun segera berdiri dari tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelengkap Imanku
Teen FictionDeraa adalah gadis bercadar dan cantik yang di sukai oleh Inggat, seorang cowok yang ganteng dan kaya. Inggat yang memiliki sifat yang nakal memberanikan diri menembak Deraa. "Munggit saya mau berterus terang sama kamu, apa yang saya rasakan saat i...