Deraa menyusul Embun naik di lantai tiga menuju kamar palestina. Di dalam kamar Deraa ingin memakan gorengan yang diberikan oleh Embun namun sebelum makan Deraa berniat untuk mengajak serta Embun sang pemilik makanan.
Akan tetapi Deraa mendapati Embun sedang tidur di atas tempat tidur miliknya. Deraa mendekat untuk memastikan apakah Embun benar-benar tidur, ternyata Embun sedang menangis. Deraa yang melihat itu mengurungkan niatnya untuk mengajak Embun. Dan berusaha untuk tidak mengganggunya.
Deraa terpaksa memakan gorengan itu sendiri. Setelah perut mungilnya terasa kenyang. Deraa memilah pakaiannya yang hendak ia gunakan besok pagi karena besok mereka sudah aktif belajar. Dan tak lupa pula Deraa juga menyisihkan pakaiannya yang akan diberikan kepada Embun sesuai janjinya tadi.
Setelah semuanya selesai barulah Deraa ikut merebahkan punggungnya di atas tempat tidur miliknya, sambil membaca-baca buku pelajarannya waktu di aliyah dulu. Dari jurusan yang dipilihnya sudah jelas bahwa buku yang di baca Deraa adalah buku bahasa Arab.
Keesokan harinya Deraa bangun lebih awal, bukan karena matanya yang tidak mau tidur, tapi karena kebiasaannya. Deraa meraih jam tangan yang ada di dekat bantalnya, ternyata baru jam dua subuh. Segera Deraa bangkit dan mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat tahajjud yang tidak pernah alpa dilaksanakannya.
Selesai sholat Deraa lanjut membaca Ayat-Ayat suci Al-Qur'an hingga adzan subuh berkumandang.
"Ukhti, bangun sudah adzan tuh." Sambil menggoyang-goyangkan tubuh Embun yang masih terlarut dalam mimpinya.
Selesai sholat subuh berjamaah tidak lupa Deraa dzikir pagi terlebih dahulu. Sedangkan Embun masih terlihat tidak ceriah, moodnya masih berantakan mengingat ucapan Nia kemarin.
"Hari ini hari pertama masuk kelas loh masa mukanya kek gitu, ceriah dong, harus semangat"
Embun hanya menoleh kearah Deraa tanpa bersuara.
"Udah sana mandi, habis itu siap-siap," titah Deraa setelahnya dengan senyum yang selalu mengembang di bibirnya.
Namun lagi-lagi Embun tidak menimpali ucapan Deraa dan hanya berlalu menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Embun mengingat ucapan Nia kemarin.
tapi telanjang
"Huh." Embun mendengus kesal dan segera menyelesaikan kegiatannya di dalam kamar mandi.
kemudian dia keluar menuju ke depan lemari pakaiannya.
"Sudah selesai, Ukhti? Cepat banget," kata Deraa ketika melihat Embun.
"Sudah," jawab Embun dingin.
"Yaudah, ini pakaiannya kamu pakai ini yah, saya mau mandi dulu." Dan berlalu meninggalkan Embun.
Embun hanya terdiam dan melihat pakaian yang ada di depannya.
Hari ini saya terpaksa harus merubah penampilanku
Sambil meraih pakaian yang ada di depannya.
Semoga saja saya nyaman dengan penampilanku yang baru
"Setau Saya Deraa itu badannya kecil tapi kok baju gamisnya sebesar ini? Ini mah longgar banget," ucapnya pada dirinya sendiri.
Embun akhirnya mencoba memakai baju yang diberikan oleh Deraa.
"Nah, benarkan bajunya gombrang, jilbabnya juga kepanjangan apa gak bikin panas nanti?"
Saat Embun sibuk mengomentari penampilannya yang baru, Deraa keluar dari kamar mandi dan matanya tertuju pada teman barunya yang dia sebut Embun itu sudah lengkap dengan pakaian syar'inya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelengkap Imanku
Dla nastolatkówDeraa adalah gadis bercadar dan cantik yang di sukai oleh Inggat, seorang cowok yang ganteng dan kaya. Inggat yang memiliki sifat yang nakal memberanikan diri menembak Deraa. "Munggit saya mau berterus terang sama kamu, apa yang saya rasakan saat i...