ungkapan rasa suka Embun

22 2 0
                                    

Hari Jum'at adalah hari yang membahagiakan untuk penghuni asrama. Sanak saudaranya, orang tua, om dan tante juga kerabat terdekat datang menjenguk penghuni asrama. Berbeda dengan Deraa yang merupakan anak rantauan dari kota kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Sehingga tak memungkinkan orang tuanya untuk datang setiap pekan menjenguknya. Belum lagi ia hanya anak dari keluarga sederhana sehingga butuh uang yang sangat banyak bagi orang tuanya untuk ke Makassar.

Akhwat yang lain berlalu lalang menuju ke aula untuk menemui orang tua mereka. Sedangkan Deraa hanya melepas kerinduannya melalui hp asrama karena sim hpnya tidak ada pulsa. Dengan senyum lebarnya Deraa memasukkan 12 angkah di hp itu. Lalu dia menelponnya.

Tutt .

Tak lama kemudian bunyi tutt berubah menjadi suara seorang wanita yang sangat adem di telinga Deraa. Deraa kemudian tersenyum lebar.

"Assalamu'alaaikum, nak" Suara di balik telpon itu.

"Wa'alaikumussalaam, umma. Kok umma lupa nelpon Deraa?"

"Maaf  yah, nak. Umma gak sempat"

"Itu siapa? Deraa yah? Uhuk uhuk"  Terdengar suara laki-laki paru baya yang begitu lemas dan loyo.

"Itu aba yah, umma? Deraa bisa ngomong gak sama aba, Deraa kangen"

"Oh iya, nak. Umma sudah kirim uang sedikit kemarin, maaf yah, nak Umma dan juga Aba cuma bisa kirim segitu." Umma Deraa sengaja mengalikan pembicaraan karena tidak mau anak kesayangannya mengetahui kalau suaminya sedang sakit.

"Kok, umma kirim uang sih gak bilang-bilang? umma simpan saja uangnya!"

"Gak apa-apa, nak. Umma selalu kepikiran kalau kamu gak punya uang, Umma sudahi dulu yah, nak karena masih banyak yang harus Umma lakukan, assalamu'alaaikum" Titin sengaja mematikan telepon Deraa lebih cepat karena tidak mau Deraa menanyakan soal abanya karena  Rusman sedang sakit.

"Iya, umma. Wa'alaikumussalaam"

Saat Titin menutup teleponnya, Deraa cemberut sambil melihat nomor yang baru saat di teleponnya.

Padahal Deraa masih rindu.

***

Sama halnya seperti Deraa, Embun juga hari ini belum sempat komunikasi dengan kedua orang tuanya, padahal hari ini ia pegang hp. Bukan karena tak rindu akan tetapi Embun sibuk mencopoti semua potonya di sosial medianya. Saat mahasiswi lain sibuk ke aula, Embun sendiri lebih memilih ke taman Ma'had yang letaknya berada di antara gedung akhwat dan ikhwan. Karena memang kedua orang tua Embun kali ini libur untuk menjenguk Embun, tak seperti waktu Embun masih maba dulu.

Embun memilih taman sebagai tempatnya melepaskan kegalauan tentang  Ang dan juga agar ia bisa menghapus kerinduannya kepada papa dan mamanya karena hari ini ia tak bertemu dengan mereka. Di taman itu memang sepi jarang sekali mahasiswa yang main di sana apalagi mahasiswi karena letaknya yang terlihat dari kedua gedung. Akhwat merasa risih ketika berada di sana tiba-tiba ada ikhwan yang melihat ke arah mereka dari gedung ikhwan.

Tapi alasan Embun ingin kesana adalah karena hari ini adalah hari Jum'at mungkin saja tidak terlalu banyak yang melihatnya karena mereka semua sedang sibuk menemui keluarganya. Tapi sebelum ia ke sana ia harus minta izin dulu kepada Nia walaupun letaknya masih di dalam kampus tapi Embun tak ingin selalu salah di mata Nia.

Embun mengetahui kalau Nia sekarang berada di balkon lantai dua yang membuatnya segera ke sana. Saat sampai di lantai dua Embun baru saja menginjakkan kakinya di lantai dua kaos kaki yang ia pakai terasa basah. Ia kemudian berjongkok menyentuh lantai itu dengan jari telunjuknya. Ia kemudian bangkit dan melihat jari telunjuknya yang basah. Embun kemudian mendongakkan kepalanya. Ia melihat seorang akhwat yang sedang asik mengepel membelakangi Embun.

Pelengkap ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang