lelaki idaman Deraa

26 2 0
                                    

Setelah sholat Shubuh dan dzikir pagi Deraa melangkahkan kaki menuju lantai satu. Dia hendak pergi ke taman Ma'had karena hari ini ia yang harus piket di kamarnya. Dingin udara malam masih terasa. Bintang-bintang pun masih berjejer rapi di sana. Di luar masih sangat gelap, namun ia harus sesegera mungkin ke taman untuk menyelesaikan tugasnya sebelum banyak ikhwan yang melihatnya. Deraa memilih berangkat lebih awal karena suasana di taman itu masih sepi.

Dengan cahaya lampu taman yang menyinari setiap sudut di taman itu yang memudahkan Deraa mengerjakan tugasnya.
Sesekali Deraa memandangi langit di atasnya yang di hiasi oleh bintang malam. Ia sangat kagum dengan ciptaan ALLAAH. Deraa begitu tekun dalam menjalankan tugasnya.

Inggat yang menghindari tugas setoran Hadist di asrama yang selalu di laksanakan di waktu itu di kamarnya membuat dirinya kabur ke taman. Meski dinginnya udara malam menyengat kulitnya tapi ia terus melangkahkan kaki ke taman tersebut seperti hari-hari sebelumnya.

Ia menghentikan langkah kakinya, samar-samar ia melihat ada seseorang di depan sana. Perlahan ia mendekat untuk memastikan. Akhirnya ia mengembangkan senyum manisnya setelah mengetahui kalau yang di lihatnya itu adalah Deraa. Inggat menghampiri Deraa kemudian berdiri di sampingnya. Inggat mendongakkan kepalanya memandangi bintang-bintang yang menghiasi langit di atasnya, kemudian ia berdehem.

Deheman Inggat berhasil membuat Deraa memutar badannya. Deraa kaget kenapa tiba-tiba ada Inggat di sana. Ia juga takut saat itu rasanya ingin segera menghilang dari sana akan tetapi itu tidak mungkin karena ada amanah yang harus dijalankan. Jika ia tidak selesai melaksanakan tugasnya maka ia akan dihukum. Dengan terpaksa dengan degup jantung yang  berdetak begitu hebat Deraa tetap berada di sana. Deraa tak mempedulikan keberadaan Inggat di sana. Ia terus menyapu setiap lorong di taman itu secepat mungkin. Seakan-akan tidak ada orang di sana.

Melihat tidak ada respon dari Deraa, Inggat berdehem kedua kalinya sambil terus memandangi langit yang di atasnya, seakan-akan ia sedang asyik menghitung ada berapa bintang di sana. Namun percuma, Deraa tak sedikit pun meresponnya. Inggat kemudian menoleh ke arah Deraa dan melangkahkan kakinya agar lebih dekat dengan Deraa. Inggat berdiri tepat di depan Deraa.

"'Afwan bisa pindah gak? Saya mau nyapu," ucap Deraa.

"Munggit, saya mau ngomong"

Deraa diam tak merespon perkataan Inggat. Ia lebih memilih pindah ke lorong lainnya yang belum ia sapu.

"Munggit, apa yang harus saya lakukan agar bisa mendapatkan kamu?" teriak Inggat masih setia di tempatnya.

Deraa menghentikan kegiatannya saat itu. Ia mulai geram dengan cowok yang selalu mengusik hidupnya itu.

"Untuk apa kamu menanyakan hal itu?"

Inggat melangkahkan kakinya mendekati Deraa.

"Saya akan melakukan apa saja, Munggit agar bisa mendapatkan kamu"

Helaan napas Deraa terdengar jelas di telinga Inggat.

"Percuma, saya gak bisa dan gak akan mau untuk nerima kamu, karena saya tidak mau bermaksiat kepada Tuhan-ku saya sudah janji kepada-Nya untuk tidak larut dalam cinta yang haram, dan saya tidak mau Dia cemburu, jadi maaf." Deraa kembali melakukan aktifitasnya.

"Emang tipe lelaki idaman kamu seperti apa?" tanya Inggat.

"Yang pasti dia sholeh paham Agama baik akhlak dan ketakwaannya." Deraa terus melakukan kegiatannya.

Inggat tersenyum kemudian dia meninggalkan Deraa di sana tanpa sepatah kata pun. Deraa sendiri tidak peduli dengan hal itu bahkan ia gak sadar kalau ada yang aneh dengan Inggat yang berlalu begitu saja tak seperti biasanya. Apa yang ada di benak Inggat ntahlah. Tapi yang pasti Deraa sangat bersyukur atas kepergiannya, ia merasa lega karena ia bisa fokus menyelesaikan tugasnya tanpa rasa was-was.

Pelengkap ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang