Pagi itu, dengan omelan yang selalu menggerutu di hatinya, Embun berjalan dengan kesal ke ruang mudir, ia mendapat panggilan dari mudir Ma'had karena terlalu sering membuat kesalahan di asrama. Dia dengan mudah menebak siapa gerangan yang tega melaporkan dirinya ke mudir.
Ruang mudir terletak di idaroh gedung ikhwan, Embun terpaksa memaksakan kakinya yang malas untuk terus melangkah menuju ke tempat tujuannya. Tidak lama kemudian Embun telah menyelesaikan urusannya dengan mudir Ma'had. Ia hanya mendapat nasehat-nasehat halus darinya. Dengan perasaan lega, Embun keluar dari gedung ikhwan.
Akan tetapi tanpa sengaja ia bertemu dengan seseorang, yang membuatnya membulatkan matanya dengan sempurna.
"Ka kamu?" tanya Embun sambil mengangkat telunjuknya di depan dadanya.
Orang itu melebarkan senyum manisnya sambil menatap Embun. Embun bingung kenapa orang yang sangat dia kenal itu, bisa berada di kampusnya, sedangkan Ma'had Ukip tidak seperti kebanyakan kampus lainnya yang di mana setiap orang bebas keluar masuk begitu saja.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Embun setelahnya.
Cowok yang ada di hadapan Embun itu terdiam, ia menatap almamater yang ia gunakan, yang menandakan statusnya sebagai mahasiswa di sana. Lalu ia kembali menatap Embun. Namun Embun tidak mudah percaya begitu saja.
"Kok kamu pakai almamater kampus saya? Atau jangan-jangan kamu penyusup lagi," tuduh Embun.
"Dia mana?"
"Di Dia di di kelas," ucap Embun terbata-bata karena masih bingung dengan keberadaan cowok yang ada di depannya.
"Pintar, ternyata kamu tau siapa yang saya maksud, dan asal kamu tau, kenapa saya pindah di kampus ini karena dia sudah berani nolak saya. Oh iya, kasih tau Munggit saya itu orangnya nekat saya tidak akan tinggal diam." Kemudian pergi meninggalkan Embun.
Embun masih setia di tempatnya sambil menatap punggung Inggat dari kejauhan.
"Gawat," ucap Embun yang akhirnya meninggalkan tempat itu.
Kepindahan Inggat ke Ma'had Ukip terbilang nekat, itu semua ia lakukan karena mengejar pujaan hatinya. Ia sudah tidak memikirkan lagi waktu yang ia habiskan selama kuliah di kampus lamanya. Untung saja ia adalah anak orang kaya jadi begitu mudah baginya masuk di Ma'had tanpa harus mengulang dari semester awal. Jadi dia hanya perlu membayar denda saja.
Dan bukan hanya itu, dia juga merupakan anak dari sang ceo terhormat di kota Makassar. Papanya yaitu Rizal Afrizal di kenal baik di seluruh kampus itu dan sangat di segani. Dan itu menjadi salah satu alasan di terimanya Inggat di kampus itu, karena kampus mana lagi yang mau menerima Inggat, sedangkan sekarang bukan waktunya penerimaan mahasiswa baru.
Inggat terus melangkahkan kakinya menuju ruang yang baru saja berstatus sebagai kelasnya. Kemudian dari arah samping Ang berjalan menghampiri Inggat. Ang menyamakan posisi dengan Inggat dengan buku yang ada di tangannya. Sedangkan Inggat terlihat begitu cool dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Dekas, kamu yakin pindah di sini?" tanya Ang.
"Hm." Inggat hanya menjawab dingin.
"Kamu ngapain pindah di sini?"
Ang berusaha memastikan karena ia merasa bahwa ada yang aneh dengan Inggat.
"Rindu dengan, Bangang," jawab Inggat sambil tersenyum.
Ang memutar bola matanya karena tak percaya dengan ucapan Inggat. Dekas merupakan nama pangilan Ang untuk Inggat yang berarti adek kulkas sedangkan Bangang adalah nama panggilan Inggat untuk Ang yang berarti Abang Ang. Inggat dan Ang keduanya adalah anak dari sang ceo yaitu Rizal Afrizal dan juga istrinya Lina Ningrum. Itulah alasannya mengapa nama Inggat dan Ang memakai akhiran L Afrizal karena itu merupakan nama dari kedua orang tuanya yang mana L adalah nama mamanya dan Afrizal nama papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelengkap Imanku
Roman pour AdolescentsDeraa adalah gadis bercadar dan cantik yang di sukai oleh Inggat, seorang cowok yang ganteng dan kaya. Inggat yang memiliki sifat yang nakal memberanikan diri menembak Deraa. "Munggit saya mau berterus terang sama kamu, apa yang saya rasakan saat i...