Bala bantuan

1.9K 183 7
                                    

Happy reading











"Aaarrghh."

Shammy mengerang setelah menabrak dinding dengan keras karena tendangan kuat dari orang suruhannya Nino. Kondisinya saat ini sangat jauh dari kata baik-baik saja. Banyak luka sudah dia peroleh bahkan seragam sekolahnya sudah tidak berbentuk lagi dengan sobekan sana sini.

"Shammy" lirih Vienny dengan air mata mengalir di wajah cantiknya.

Vienny hanya mampu melihat Shammy dihajar oleh anak buah Nino tanpa bisa berbuat apa-apa karena saat ini tubuhnya ditahan oleh anak buah Nino juga. Apalagi kondisinya juga tidak bisa dikatakan baik-baik saja bisa dilihat keningnya dan sudut bibirnya terluka karena ulah orang-orang itu.

Shammy masih terbaring lemah dilantai dengan sekujur tubuh terasa sakit hanya untuk sekedar mengangkat tubuhnya saja dia tak mampu. Tapi gimana pun caranya dia tak boleh menyerah dan mati ditempat ini apalagi dia tidak sendirian ada Vienny juga yang harus dia selamatkan.

Nino yang sedari tadi hanya menonton anak buahnya menghajar Shammy pun mendekati dan berjongkok disebelah tubuh lemah cowok berlesung pipi itu dengan tatapan remeh dan senyum sinis dibibir nya.

"Woy." Nino mengkode salah satu anak buahnya untuk mengangkat tubuh Shammy yang masih terbaring.

Dengan segera orang itu menjalankan apa yang diminta oleh bosnya. Dia menarik paksa tubuh lemah Shammy dan memposisikan untuk duduk. Wajah penuh luka itu kini berhadapan dengan wajah menyebalkan milik Nino yang menatap remeh kearahnya.

"Ck ck menyedihkan. Berhubung gue masih berbaik hati nih gue bakal turutin keinginan lo sebelum lo ninggalin dunia ini. So apa keinginan terakhir lo Shammy?" Tanya Nino dengan nada yang sangat memuakkan.

Shammy diam tapi matanya menatap tajam kearah orang didepannya ini. Seseorang yang benar-benar tidak dia duga sebelumnya, orang yang menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan apa yang dia mau tanpa terkecuali.

"Ayo Sham katakan apa yang lo inginkan. Gue pasti kabulin, ya itung-itung buat kenangan sebelum lo gak bisa lihat matahari besok hehehe." Ucap Nino seakan bukan hal yang besar.

Shammy masih diam dengan tatapan yang semakin menusuk terlihat urat-urat nya terlihat tapi Nino seakan tidak memperdulikannya.

"Tapi jangan minta gue jauhi Gracia ya. Karena itu tidak akan pernah terjadi sebab Gracia hanya milik Nino Hamida." Lanjut Nino tersenyum  yang menurutnya sangat memuakkan.

"Hanya,, dalam,, mimpi,, lo aja." Dengan suara terbata-bata ia berhasil mengucapkan hal yang ada di dalam pikirannya.

Wajah Nino mengeras setelah mendengar ucapan Shammy tatapannya tajam setajam silet. Dengan kasar dia menarik rambut hitam Shammy membuatnya memejamkan mata.

"Gue udah berbaik hati sama lo tapi ternyata pilihan lo minta dipercepat kematiannya ya oke gue turutin." Nino berdiri dan mengkode orang yang memegangi Shammy untuk ikut berdiri.

Setelah Shammy berdiri dengan tubuhnya masih ditahan oleh anak buah Nino. Nino pun mengarahkan tinjunya ke perut Shammy dengan keras.

Bugh

Bugh

Bugh

Tiga pukulan sudah bersarang di perut itu dengan pemiliknya terbatuk-batuk dan keluar dari mulutnya.

"Nino stop. Jangan pukulin Shammy lagi." Pinta Vienny sambil berusaha melepaskan diri dari anak buah Nino.

Tapi Nino tidak memperdulikan permintaan Vienny dia terus saja memukul dan menendang Shammy yang semakin tidak berdaya mungkin saat ini hanya untuk bertahan dengan mata terbuka saat sulit baginya.  Ditengah tangisan Vienny dan Nino yang terus memberikan pukul-pukulan pada Shammy tiba-tiba dari arah pintu salah satu anak buah Nino yang berada di luar ruangan itu terlempar dari luar.

Pacar bohongan (Greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang