Abiarta Pratomo

71 4 4
                                    

Segar sekali rasanya badan setelah mandi. Shara duduk dekat jendela kamar kosnya yang cukup nyaman dengan segelas teh panas ditangannya.

Celana katun pendek maroon dan kaos tipis berpotongan kerah V rendah warna merah muda memperlihatkan kulit putih mulusnya.

Rambut hitam tebal dibawah bahu dengan poni kesamping, membuat wajah oval Shara semakin terlihat cantik.

Shara paling suka menghabiskan waktu istirahat nya setelah pulang kantor dengan mendengarkan alunan musik Jazz. Buatnya itu sangat menenangkan, Atau juga dengan membaca novel-novel koleksinya.

Dia cukup merasa nyaman tinggal disini. Kos-an nya ini sebenarnya cukup besar, dengan bangunan 2 lantai. Karena selain khusus wanita, lingkungan nya pun cukup aman. Ia mengecat tembok kamarnya dengan nuansa baby blue dengan menambahkan aksen pada interiornya berwarna baby grey dan white.

Orangtua Shara tinggal di Bandung, sedangkan Shara sudah hampir 2 tahun bekerja disalahsatu perusahaan Food Industry di Jakarta.

Sebulan sekali Shara pulang melepas rindu dengan orangtua dan adik perempuan nya Anggita yang masih menyelesaikan kuliah disalahsatu Universitas Negeri di Bandung.

Awalnya, ayah Shara melarang Shara bekerja dan tinggal sendirian di kota besar seperti Jakarta. Menurut ayahnya, Jakarta terlalu keras buat seorang perempuan seperti Shara. Walaupun jaraknya yang tidak begitu jauh juga dari Bandung.

"Kamu itu anak perempuan ayah teh, geulis bageur pinter, soleha, siapa yang jagain kamu disana?Ayah khawatir kamu kenapa-kenapa". Begitu dulu ayah melarangnya bekerja di Jakarta.

Namun Shara berusaha meyakinkan Ayahnya, bahwa dia akan menjaga diri sebaik-baiknya, Shara ingin berkarir disini, di Jakarta. Shara ingin mandiri. Dan akhirnya, ayah dan mama pun mengijinkan, dengan syarat Shara harus sering pulang ke Bandung.

Shara tersenyum mengingat kembali pertemuan sore tadi di Supermarket dengan Abi. Jujur, Shara pangling melihat Abi sekarang.

Dulu Abi bukan type lelaki yang memperhatikan penampilannya. Baju seragam yang dibiarkan keluar setengahnya, tas sling bag hitam yang menurut Shara terlalu kecil untuk ukuran anak lelaki. Sepatu sneaker hitam yang sepertinya jarang dicuci. Shara tersenyum mengingatnya.

Dan sekarang dia terlihat sangat berbeda. Lebih dewasa, kalem, alis yang hitam tebal, kulit Abi pun lebih bersih, lebih terawat sepertinya.

Yang sama sekali tidak berubah dari Abi, senyumannya. Bayangkan, dia hanya menarik sudut bibir tipisnya sedikit saja tadi. Seperti dulu.

Tapi herannya, Shara selalu suka melihat Abi tersenyum. Menarik.

Shara ingat dulu saat kelas 3 SMA, Ia sebenarnya tidak terlalu berminat dijurusan IPA. Tapi kedua orang tuanya bersikeras agar Ia mengambil jurusan itu. Walaupun pada mata pelajaran tertentu dia mengalami kesulitan, tapi syukurlah Shara bisa lulus dengan nilai baik.

Shara ingat peristiwa yang sangat memalukannya saat itu. Dia pernah dihukum berdiri didepan kelas oleh Guru Matematika nya, bu Imas. Karena tidak mampu menyelesaikan soal dipapan tulis. Sungguh memalukan sekali. Berdiri di pojok kelas sampai jam pelajaran selesai.

Ia ingat betul, teman-temannya memilih pura-pura tidak peduli padanya dan sibuk mengerjakan tugas-tugas bu Imas dibuku mereka.

Dan disitulah Shara melihat Abi yang duduk paling belakang menatapnya.

Ia tersenyum pada Shara, menatap Shara lembut dan tersenyum tipis padanya. Bukan senyuman ejekan, tapi senyuman Abi hari itu menghangatkan hati Shara. Dan Shara terkesan melihatnya.

Jatuh Cinta LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang