RINDU?

26 5 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Shara merasakan tubuhnya sudah semakin membaik. Pusing dan mualnya sudah tidak ia rasakan lagi. Tinggallah ia kembali sendiri. Abi, Kania dan bang Edo sudah pulang ke rumah masing-masing.

Walaupun kalau melihat ekspresi wajah Abi yang seolah enggan beranjak dari kamar kosnya.

"Are sure you'll be okay?" pelan suara Abi seraya matanya menatapku lekat.

"Aku akan baik-baik saja, besok harus ngantor juga. Kamu juga kan banyak yang harus dikerjakan Bi".

Abi mengangguk, "Oke then, please call me first kalau kamu butuh apapun".

Hati Shara menghangat. Kuangggukkan kepalaku menanggapi pernyataannya.

Kania
'Darling, udah tidur sana, nggak usah senyum-senyum terus gitu. Banyak istirahat, besok kan ngantor'

Pesan dari Kania masuk ke ponselku. Shara tersenyum, kok dia bisa tau sih.

Shara merebahkan tubuhnya, baru saja ia hendak memejamkan mata, notifikasi ponselnya menyala.

Abi
'Besok aku bawakan sarapan dan jasmine tea?'

Mau nggak mau Shara kembali menyalakan lampu kamarnya, khawatir salah membaca pesannya.

Shara
'Bi, nggak usah repot-repot. Besok kamu kan harus ke kantor pagi-pagi. I'm fine'

Abi
'Kamu beneran udah sembuh?Pusing dan mualmu sudah nggak dirasakan lagi?'

Shara
'Iya Bi. Aku udah sembuh kok. Ini sudah mau istirahat. Kamu juga ya Bi, istirahat'.

Abi
'Oke, maafkan aku ya. I just can't stop worrying about you. Good night Shara. See you tomorrow'.

Tomorrow? batin Shara. Ah Abi, rasanya baru beberapa jam saja mereka berpisah.

Shara
'Good night Bi, and thank you so much for today'.

Shara meletakkan kembali ponselnya diatas meja samping tempat tidurnya. Baru saja ia hendak memejamkan matanya, nada panggil dari ponselnya berbunyi. Ah Abi, lirih Shara sambil tersenyum.

Lampu ponselnya menyala lagi, dilihatnya sekilas nama yang tertera di layar "tatapan teduh". Shara mengernyitkan dahinya. Semalam ini? Haruskah aku jawab? Ia pun menggeser layar ponsel dengan ibu jarinya.

"Selamat malam pak Teguh..."

"Malam Shara, apakah aku membangunkanmu? Bagaimana kondisimu sekarang?"

Suara berat yang menurutnya sexy terdengar khawatir diujung sana.

"Sudah membaik kok Pak, besok saya akan masuk kantor" jawab Shara.

"Hmm..syukurlah. Glad to hear that. Aku baru selesai meeting, banyak sekali pekerjaan disini yang harus diselesaikan. Walaupun begitu, rasanya baru satu hari aku sudah merindukanmu. Apalagi tujuh hari" .

Oke, bagian terakhir tadi nada suaranya kenapa melembut begitu. Membuat bulu-bulu ditengkuk lehernya berdiri. Shara buru-buru menggelengkan kepalanya.

"Kamu kok diam? Apa kalimat tersebut terdengar mengganggumu Shara?"

Shara hanya mengenggam erat ponsel yang menempel ditelinganya, ia bingung harus menjawab apa.

"Hey, jangan terlalu dipikirkan. Aku sekedar jujur kepadamu. Aku senang mendengar kamu sudah membaik dan besok masuk kantor. Artinya aku sudah bisa bekerja lebih tenang disini. Kamu hati-hati besok ya, naik taxy saja supaya lebih nyaman".

"Baik Pak, terima kasih perhatiannya" jawab Shara tulus.

"Selamat malam Shara, aku telepon kamu lagi besok ya".

Shara menyimpan ponselnya di meja kecil di samping tempat tidurnya. Ia memutuskan untuk memejamkan matanya. Ah biarlah, tak semua pertanyaan-pertanyaan dipikirannya harus ia jawab sekarang, batinnya.

****

The Ritz Carlton, Milenia Singapore menjadi pilihan Teguh untuk tinggal selama lima hari ke depan. Ia membuka pintu balkon suite room tempatnya menginap dan menikmati pemandangan malam Marina Bay yang memanjakan mata.

Ah, andaikan ia bisa menemaniku saat ini, pasti terasa lebih menyenangkan, batinnya.

Ia menghirup dalam udara Singapore malam itu, dan membiarkan pikirannya menerawang jauh.

Ia rindu mendengar suara riang dan senyum manis perempuan itu. Seharusnya sebelum pergi ia menyempatkan menemuinya. Ia menepuk kepalanya, menyesal.

Suara nada dering dari ponselnya sedikit membuatnya terkejut. Teguh melirik nama yang tertera disana. Dan sepertinya panggilan tersebut tidak bisa ia acuhkan.

"Ya pap, baru bertemu dengan beberapa rekanan kita yang kemarin papa ceritakan. Sudah oke semua klausal kerjasama yang diajukan. Sepertinya tidak ada kendala yang berarti. Baik pap, nanti akan aku update terus perkembangannya".

Papa : "Sudah bertemu dengan putrinya Pak Johar Putra, Sekar? Papa sudah cerita kalau kamu akan menyelesaikan beberapa urusan bisnis selama satu minggu disana"
Teguh : "Belum sempat Pap, aku seharian ini full meeting".
Papa : "Well, paling tidak kamu hubungi dia. Ini mamamu menanyakan terus loh, jangan mengecewakannya ya".
Teguh : "Ya pap, nanti aku sempatkan ya".
Papa : "Oke son, papa percaya padamu".

Teguh mengakhiri pembicaraan dengan ayahnya. Ia tak habis pikir dengan kedua orangtuanya yang masih saja ingin menjodohkannya dengan putri dari sahabat lamanya. Baginya, cara itu sudah sangat ketinggalan jaman.

Ia menghela nafasnya panjang. Tapi bagaimanapun Teguh adalah anak yang sangat menghormati dan menyayangi kedua orangtuanya. Jadi tidak ada salahnya memenuhi permintaan orangtua, terutama mamanya untuk bertemu dengan anak perempuan dari sahabat mereka. Anggap saja memperpanjang silaturahmi.

Ia pun mengirimkan pesan kepada sekretarisnya disini, Tania untuk membuatkan janji temu dengan putri dari Pak Johar Putra.

****


Hai, semoga kalian masih setia membaca kelanjutan cerita ini.

Maaf ya, cukup lama menunggu part 8 ini karena satu dan lain hal.

Ada yang sudah penasaran dengan wajah pak Teguh yang bersuara sexy?

Sabar ya, nanti kalau dimunculkan sekarang malah makin bikin kalian galau.

Terima kasih untuk yang sudah memberikan vote dan sarannya.

Jatuh Cinta LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang