Kuhirup dalam udara segar Bandung pagi ini. Duduk santai di teras mama yang dipenuhi bunga-bunga yang harum setelah hujan ini sungguh menenangkan. Shara sangat menyukainya.
Semasa masih tinggal di Bandung, Shara seringkali menghabiskan sore di teras ini. Bercengkrama dengan mama, papa dan adiknya. Ini juga tempat favorit dia menghabiskan waktu dengan Hariz.
Ya Tuhan, kenapa sulit sekali menghapus jejak lelaki itu dari hidupku. Padahal luka yang dia tinggalkan sangat menyakitkan hatinya. Walau ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakannya, namun kerap kali nyeri masih Shara rasakan.
Shara membetulkan posisi tubuhnya lebih relaks, memejamkan mata dan sekilas kenangan masa lalu itu singgah dibenaknya.
"Tega sekali kamu!" lirih Shara sambil menghapus airmata dikedua sudut matanya.
"Jangan pernah muncul lagi dikehidupanku" lanjutnya dengan suara isak tangis yang seolah tak mampu ia tahan lagi.
Hariz hanya membisu. Melihat Shara menangis , ia pun merasakan hatinya sakit, sesak yang menyiksa. Ia mengutuki dirinya sendiri atas kecerobohan dan kebodohannya.
Shara bangkit dari duduknya, menatap Hariz tepat dimatanya "Batalkan pernikahan kita Hariz! Kamu yang urus semuanya".
"Sayang, tenang dulu. Mari bicarakan dengan kepala dingin. Jangan mengambil keputusan terburu-buru seperti ini. Pasti ada jalan keluar yang lebih baik daripada harus membatalkan pernikahan kita. Itu sama artinya dengan menghancurkan apa yang sudah kita rencanakan bersama selama ini" Hariz berusaha menenangkan kekasihnya.
Shara menghembuskan nafasnya dengan kasar "Kamu yang mengkhianati kesetianku. Wanita mana yang mampu menerima jika calon suaminya menghamili wanita lain?! I do love you so much. Tapi ini terlalu berlebihan. Kurang dua bulan lagi kita menikah Hariz. You lost your mind!! Dan kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu. Jangan jadi pengecut!"
Hariz berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri kekasih hatinya. Mencoba merengkuh tubuh Shara kedalam pelukannya. Namun Shara menepis keras kedua tangannya.
"Stop! We arę done!" Shara berjalan menjauh dari Hariz, meninggalkan tempat mereka bicara tanpa sedikitpun menoleh kebelakang, membawa hatinya yang hancur berkeping-keping.
Hariz terpaku ditempatnya, menatap Shara yang melangkah lebar meninggalkannya. Hariz sadar ia telah melakukan kesalahan besar. Dan ia sangat menyesalinya. Ia masih berharap Shara tidak membatalkan pernikahan dan ada jalan keluar lain untuk mereka berdua. Namun Shara tegas memilih mengakhiri hubungan mereka. Ia merasakan sakit menusuk dadanya. Ia sangat mencintai gadis itu. Disaat bersamaan ia pun kecewa pada dirinya sendiri.
Aah....Shara menghembuskan nafasnya secara perlahan. Bandung dan sejuta kenangan didalamnya yang ingin Shara hapus sepenuhnya. Kenapa ia masih merasakan nyeri teramat sangat setiap kenangan itu muncul. Lelah ia rasakan setiap kali ia berusaha menghindarinya.
Shara merasakan pelukan lembut di bahu nya. Mama tersenyum ke arah nya. "Diminum cappucinonya sayang mama, upami tos tiis mah teu enak atuh".
Shara menyeruput perlahan, menikmati setiap teguk yang membasahi bibir dan tenggorakannya.
"Enak sayang?" tanya mama hati-hati seolah tahu ada yang sedang mengganggu mood anak perempuannya.
Shara menyadarkan kepalanya dibahu mama, "Enak seperti biasanya ma, haturnuhun...".
Mama mengusap lembut pipinya, "Ada apa sayang? Mau cerita sama mama?"
Belum sempat Shara menjawab, dari kejauhan papa terlihat menghampiri mereka berdua, lalu duduk disamping mama dan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Lagi
Roman d'amourShara tidak menyangka bahwa ia akan bertemu kembali dengan Abi, teman SMA nya dulu. Seolah selalu ada satu tanya yang kerap membutuhkan jawaban setiap bersinggungan dengannya.