Morning Breeze

31 4 1
                                    

Ada enam notifikasi pesan di ponselku pagi ini. Sepuluh miscall. Dari Kania, Bastian, Office, Pak Teguh, Abi?

Kania
'Kamu ngga ngantor Shara? Aku ditelpon Bastian, dia bilang he cant't reach you. Is everything oke? Dan tolong angkat ponselmu'

Tatapan teduh
'Saya telpon kamu, kenapa tidak diangkat? Where are you?'

Bastian
'Shar, gue telponin lo kok ngga diangkat! Lo ngga ngantor?'

Tatapan teduh
'Tolong angkat teleponmu Shara, at least reply my message. I'm worry'

Kania
'Please pick up your phone!!'

Tatapan teduh
'Pick up my phone now, I really don't have time'

Astagfirullah, jam berapa sekarang? Jam 9.00. Shara buru-buru bangun dari tempat tidurnya, ia agak terhuyung kelantai. Kenapa kepalanya pusing sekali dan perutnya mual begini? Perlahan ia mencoba menggapai kembali tempat tidurnya, namun tak berhasil, ia pun hanya mampu meraih kursi dekat meja kerjanya. Ia merasa lemas sekali. 

Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan berulang di pintunya. Siapa yang datang pagi-pagi begini, pikir Shara.

"Neng Sharaa..ini pak Maman neng. Neng ada di dalam?" suara pak Maman yang terdengar.

"Shara, kamu didalam? Bisa kamu bukakan pintu kamarmu? Shara, kamu bisa dengar aku?"

Kali ini samar Shara seperti mendengar suara Abi, tapi tidak mungkin rasanya itu Abi. Dia pasti sedang dikantornya saat ini.

"Pagi ini mah neng Shara belum keluar kamarnya Mas, biasanya jam 7.00 pagi saya selalu berpapasan di pos sebelum beliau berangkat kerja".

"Sebentar kubukakan pintunya" Shara bersuara parau dari dalam kamarnya. Ia berusaha berdiri dan berjalan pelan menuju pintu.

Saat terbuka, ia melihat pak Maman berdiri menyamping dan Abi tepat dihadapannya. Ngapain dia pagi-pagi ada di kos-annya?

"Astaga Shara kenapa wajahmu pucat begini?" Abi langsung masuk menghampiriku. Menyentuh dahiku, lalu memapahku agar duduk dikursi diikuti Pak Maman.

"Badanmu panas, pusing?" 

"Sangat" respon Shara.

"Neng Shara sakit? Pucet pisan neng wajahnya nggak kayak biasanya" ujar pak Maman khawatir.

"Pak Maman, saya ijin menemani Shara dulu hari ini disini boleh? Saya akan biarkan pintunya terbuka ya supaya tidak salah paham nantinya" tanya Abi.

"Silahkan mas Abi, saya ada di pos jika butuh bantuan" jawab pak Maman sopan.

Sebelum berlalu, pak Maman berkata padaku "Istirahat neng biar cepat sehat kembali".

"Terima kasih pak Maman".

Kuperhatikan wajah Abi yang nampak khawatir, dia tidak melepaskan genggaman pada tanganku. Kalau lihat dari pakaiannya, sepertinya Abi sudah siap ke kantor.

"Kania pagi-pagi telpon aku, panik. Tanya apa aku lagi sama kamu. Apa aku udah melakukan hal buruk kepada sahabatnya sampai kamu susah ditelponnya".

"Sejak kapan kamu sakit? Sejak perjalanan pulang dari Bandung kemarin? Bagian mana yang sakitnya? Kok kamu nggak bilang semalam sama aku? Kamu pasti belum makan atau minum kan? Aku buatkan teh manis hangat ya? Bubur kamu mau?" pertanyaan bertubi-tubi dari Abi malah membuat Shara tersenyum.

"Kok malah tersenyum sih?" Abi bertanya jengkel.

"Bi, kamu kok disini? Ngga ngantor? Today is Monday right?" Shara balik bertanya pada Abi dengan suara lemah.

Jatuh Cinta LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang