24. Ratu Kegelapan (B).

69 8 1
                                    

Judul lagu mulmed : Audiomachine - We Are Gods.

🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠

Awalnya aku ikut membantu Jean melawan Melisa. Akan tetapi setelah hampir terkena tusukan hujan api, serta nyaris terjatuh kedua kalinya dari atas tebing. Jean yang melindungi kami memakai portal memintaku untuk segera berlari ke titik aman. Di sana para Holy Knight dan pendeta telah menyiapkan sejumlah ritual. Di sana aku akan aman.

"Benar Moira, larilah seperti  pengecut"  Melisa berteriak dari balik portal bola buatan Jean. 

Sekali lagi aku menahan diriku agar tidak terpancing.

"Hati-hati Jean. Jangan sampai  terbelah" untuk pertama  kalinya  aku mampu membuat guyonan  meski sarkas.

Dan aku terus berlari. Meninggalkan suara pertarungan di belakang ku.

Rasa letih ku mendadak  hilang  seperti angin. Bahkan luka-luka  di tubuhku perlahan memudar  sempurna.

Langkahku terhenti untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Saat mendengar gemuruh suara kaki  menginjak ranting dan pohon di tanah. Kepakan-kepakan tajam  di udara. Juga suara lolongan tak normal lain yang hanya  berjarak  beberapa meter dari tempatku  berdiri.

Tubuhku secara refleks  meningkatkan kewaspadaan.

" Morst  Efir" bibirku menyebutkan mantra. 

Ledakan api raksasa  menyembur dari arah tubuhku. Aku sendiri kaget pada kemampuan kekuatan ku ini. Rasanya baru.

Membuat sosok-sosok yang sejak tadi merayap dalam gelap, bersembunyi entak memakai sihir apa, dan bersiap menyerangku, jadi terhempas semuanya ke tanah. Terpental. Mampu menyingkap kekuatan kegelapan yang melindungi mereka.  

Dalam kondisi kaget, aku bisa melihat sayap-sayap yang  terbakar; wajah terluka; amarah  iblis menggaung di udara.

Lantas terdengar bunyi lain dari atas tempatku berdiri. Mendongak cepat, aku melihat Arkin membawa pedangnya, elang-Dhammir, juga Arkan. 

Mereka mendarat mulus di dekatku. Tanpa membuang waktu aku berlari pada Arkan, memberi tahu mereka soal Melisa; pengkhianatan gadis itu; juga kalau Jean kini sedang melawannya sendirian.

Arkan marah, tapi masih bisa menahan diri. Dia lantas menghambur pergi ke tempat Jean.

Berikutnya, kami bertiga harus menghadapi serangan lima ekor were-tiger. Kombinasi pedang Arkin, sihirku, serta kekuatan elang-Dhammir mampu mengalahkan kesemuanya.

"Mereka seperti kuman, dibasmi  tetap muncul lagi" kata Arkin. Wajahnya terlihat mulai letih.

Suara tepukan tangan keluar  di antara pepohonan mahoni  berumur ratusan tahun, tak jauh dari kami berdiri. Kami bertiga langsung waspada. Dhammir serta-merta menghalau di depanku dan Arkin.

Claud muncul dari dalam bayangan kegelapan. Masih  mengenakan jubah hitamnya, yang ku perhatikan telah terkoyak di beberapa bagian.

Dia masih bisa tersenyum, meski terdapat luka dan beberapa  sayatan pada kedua pipinya. Rambutnya berantakan. Darah  memenuhi separuh celana.

[COMPLETED] Nefertiti Trilogy (Book #01 : Midnight Sun). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang