Lambat Laun Benih Merekah

5 1 0
                                    

Pesan demi pesan saling terlontar melalui handphone butut ku yang terikat karet gelang bekas bungkusan nasi, pembicaraan demi pembicaraan telah kita bicarakan lewat pesan singkat tersebut. Berbicara kebiasaan, kesukaan, hobi dan cita-cita. Hingga entah berawal darimana obrolan antara aku dengannya ternyata sudah masuk kedalam tema yang sepertinya tak harus di bicarakan. Bicara tentang cinta sebenarnya bukan tujuanku, sebab setelah mengenalnya aku tak ingin berurusan dengan perasaan walaupun memang dengan beberapa alasan aku juga terpikat padanya. Namun, cukup dengan baik-baik saja dengannya sudah lebih dari cukup, hanya menjadi orang yang ia rasa aku menyenangkan saja untuknya saja lebih dari sekedar cukup. Sebab aku tak ingin kedekatan itu ada yang mengganggunya.
Arah pertama adalah ketika ia bertanya tentang suatu keresahan yang sedang ia rasakan saat itu, "Win, aku mau tanya sesuatu sama kamu boleh? " Tanyanya. "Boleh" Jawabku singkat
"Aku udah pacaran sekitar enam tahun, dan sudah enam kali aniversary aku sama dia, kali ini sebentar lagi aku mau ngerayain aniversary yang ke tujuh sama dia. Tapi aku bingung, Win" Tanyanya lagi kepadaku. "Ishh keren banget dong, selama itu" Jawabku sambil memberi beberapa tanda yang ku bentuk seperti wajah yang sedang tersenyum.
"Biasa aja sih" Jawabnya. "Lalu apa yang membuat mu merasa bingung? " Tanyaku lagi. "Sudah enam kali aku kasih dia hadiah di setiap aniversary aku dengannya, lalu ini kali ke tujuh apa yang harus aku kasih? " Tegasnya, sembari memberi tanda yang seperti mengernyitkan dahi, merasa bingung.
Setelah membaca pesan yang barusan aku tak langsung membalas jawabanku, aku bingung harus membalas seperti apa. Untuk seseorang yang belum pernah merasakan bagaimana rasanya merayakan aniversary seperti yang ia tanyakan padaku, tentu saja aku merasa bingung untuk tanya yang lontarkan padaku. Selain itu, dapat terhitung berapa kali, berapa lama aku menjalin suatu hubungan percintaan. Lalu mendengar pengakuan darinya yang menjalin hubungan selama enam tahun hingga akan memasuki tahun ke tujuh, tentu saja aku merasa kaget. Haha, pikirku sungguh menggelikan, ternyata ada orang yang berpacaran selama itu ku kira menikah hanya terjadi begitu saja tanpa melalui proses semacam dan sepanjang itu dan aku kira hanya sebatas mengucap sebuah ikrar saja.
Lalu beberapa saat aku membalas pesannya itu, kutanya "enam kali sebelumnya apa yang sudah kamu kasih, maksud ku hadiah apa yang udah kamu kasih untuk bentuk syukur dalam perjalan mempertahankan suatu tempat tertinggi itu? Sebab yang ku tahu cinta juga memiliki puncak tertinggi, dan cinta itu sendiri adalah tempat yang paling tinggi. " Pungkas ku.
Lama, detik berlalu dan mataku mulai sayup, ku tengok jam di sebelah kanan tempat tidur ku menunjukkan pukul sebelas malam lebih, sudah malam rupanya. Mataku sudah tak bisa ku tahan untuk tetap terjaga, dan Indri juga belum membalas pesan yang ku kirim untuknya. Mungkin ia sudah terlelap lebih dulu, pikirku. Tak lama, dunia ku terasa lebih indah. Tubuhku terasa ringan perasaan yang begitu tenang, relax, perasaan yang jarang sekali aku rasakan. Ruang mimpi, kapan kira-kira terakhir kali aku merasakan lelapnya tertidur nan nyaman.
Keesokan harinya, di sekolah kami bertemu dan ia seperti memalingkan wajahnya. Ku tanya kenapa, ia tak menjawab. Aneh, ada apa dengannya si cantik itu tiba-tiba terlihat aneh menurut ku. Bel berbunyi, kali ini menandakan waktu seluruh pelajaran telah berakhir. Berkemas merapikan buku yang baru saja aku gunakan, memakai jaket dan sepatu yang sengaja ku lepas sebab ketua kelas di ruangan ku sangat agresif, hari ini adalah jadwal piket untuknya. Memang aku terkesan untuk tingkat kerapian yang ia miliki, Nabila Yusuf, temanku sekaligus pembina dari empat puluh siswa dalam satu ruangan. Hebat teman ku satu ini, meskipun bukan jadwal kewajibannya untuk membersihkan apa yang berantakan dan apa yang seharusnya di bersihkan, ia selalu membantu jadwal teman yang kain, bahkan tiap hari dia membawa sapa tiap berada di kelas. Itu di gunakan untuk untuk ku dan temanku yang lain, anak laki-laki terkesan terlalu kalem  namun teman perempuan ku itu seperti terlalu terburu-buru. Makanya tiap kali ia memegang alat pembersih begitu saja akun dan temanku mendadak menerapkan rasa disiplin dengan lebih ekstra lagi. Keesokan harinya kembali seperti biasa, belajar, bertengkar dengan dengan Nabila. Menghabiskan waktu dengan mereka lebih menyenangkan di banding dengan aktivitas yang selama ini aku kerjakan. Rasanya ingin sekali waktu pembelajaran memiliki injuri time, haha namun itu tak mungkin, bagaimana dengan temanku yang lain.

never say goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang