sampai hari yang di tentukan, terjadilah satu perkara yang merubah sudut pandang

11 1 0
                                    

Hari-hari berlalu setiap aktivitas yang ku lalui selama kurang lebih tiga bulan lamanya, sampai waktu itu di tentukan, tak ada komunikasi selama itu. Meski hampir dalam setiap mapel, entah mengapa aku selalu mendapati satu kelompok bersamanya, salah satunya dalam pelajaran matematika. Semua anggota kelas tahu bahwa Shelina Putri adalah anak yang pandai, kebanyakan temanku memesan takdir agar satu kelompok dengannya. Tapi tidak denganku, denganku dan teman yang satu pemikiran denganku, orang-orang yang mendamba kebebasan termasuk dalam berpikir haha. Namun apa boleh buat, dalam keadaan tertentu aku tidak bisa menolak atau memilih regu ku sendiri. Seperti pembentukan kelompok di sepakati ketika aku sedang tidak berada dalam ruangan, atau ketika aku sedang bosan. Akan tetapi selama tetap malu pada dirinya, malu karena telah berbohong, membencinya dengan alasan baik. Alasan klise seperti itu pun terlalu sulit untuk ku ucapkan, apalagi jika harus berkata jujur atas kemarahan ku kepadanya. Setiap aktivitas yang mengharuskan aku duduk dan berdiskusi dengannya, seolah ku hilangkan keberadaannya. Sering dia mengajak berdialog namun selalu ku alihkan kepada orang lain. Mulutku, telingaku, pandangan ku. Selama kurang lebih tiga bulan itu.

Singkat saja, hari yang di tentukan itu tiba tanpa terasa.
Hari Senin pukul sembilan pagi, hp butut ku bergetar, ada pesan masuk.
Unknown " Win, apa kabar?"
Satu pesan yang menanyakan kabar ku dari nomor tidak dikenal, namun tak ku hiraukan ku lanjutkan saja menonton film animasi. Tapi hp butut itu kembali berdering, menandakan pesan singkat masuk. Unknown "rasanya ingin sekali kita duduk berdua, bersandar pada benda apapun yang membuat nyaman, pundak mu meski kurus itu .... ;)."
Belum sempat kubaca semua, masuk lagi pesan berikutnya "aku mendamba hari-hari seperti biasa kita dulu, kau tahu? Dulu... Rasanya tidak apa hidup ku di penuhi perkara hidup, rumah, teman atau apapun. Jika dengan itu akan adanya engkau, jika dengan dekatlah aku dengan mu. Sungguh aku merindukanmu. Saat dimana kita saling berbicara, bercerita. Win, jika ada waktu sudikah meluangkannya untuk ku."
Kebingungan dengan pesan ini, aku pun membalasnya. "siapa?" Balasku, tak lama itu balasan pun datang. Mengakui bahwa itu adalah dia, Shelina Putri yang sudah lama ku hilangkan. Namun setelah itu tak balas lagi pesannya, setelah tahu pesan itu dari siapa. Ku pikir untuk apa.
Sekitar pukul sepuluh pagi dia mengirimkan pesan kembali, katanya dia sudah hampir sampai ke rumahku. Ku pikir mengapa dia hendak bertamu pada ku, aku yang tidak berani menerima tamu perempuan. Ku putuskan untuk mengajaknya ke rumah teman yang tepat di sebrang rumah ku, pada saat itu aku di biarkannya berdua sementara temanku si pemilik rumah melanjutkan lagi tidurnya di bawah. Namun tak ku siapkan apapun, kita hanya termangu, bisu tanpa sepatah kata pun. Lama waktu berlalu jam bergulir, aku membuka pembicaraan dengan ajakan meminta ijin agar teman ku boleh datang bergabung disini. Sebab ku kira teman ku orangnya pandai bercerita, agar menghangatkan suasana pikir ku.
Namun ada kejanggalan, tak perlu ku ceritakan. Setelah gangguan tersebut datanglah satu gangguan lagi, sialan. Teman ku astian datang mengajak ku untuk pergi ke sekolah. Aku yang saat itu belum mengenakan seragam, haruslah pergi dulu sekejap. Setelah itu aku balik ke tempat temanku untuk menjemput Shelina,

Namun hal tak terduga terjadi pada saat itu. Aku mendapati pemandangan memalukan. Dimana mereka saling menatap, Shelina dan teman ku. Mereka saling menatap, tapi begitu dekat. Ku pikir apa lagi jika bukan ketidakwarasan yang terjadi.
Mereka saling bercumbu, berciuman, saling melumat bibir masing-masing dengan sikap agresif.


never say goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang