Beberapa Waktu Berlalu

4 1 0
                                    

Dia tersenyum dan kembali ke tempat duduknya yang semula, di sebelah ku, dengan senyum simpul merasa lega hati.
Dan mulai hari itu, sebuah kisah baru saja di mulai. Entah akan di bawa kemana dan seperti apa pada akhirnya. Bagia atau tidak sama sekali, kita seperti sudah siap atas konsekuensi yang akan kita berdua terima pada akhir waktu.
Menjadi salah satu bagian dari hidupnya aku memang merasa senang, tapi ini baru saja di mulai, aku harus siap mewadahi hal buruk dari perempuan ini. Intinya, aku harus siap jika harus menderita sekali pun untuknya, sebab ku tahu sebuah perjalanan tidak akan selamanya mulus, oleh karena itu aku berusaha menjadi nilai minus dan plus untuk melewati semua tantangan dalam menempuh hidup bersamanya.
Dan lalu, waktu-waktu berlalu begitu saja, tapi momen itu sendiri tidak akan mungkin hilang dalam ingatan. Sebuah kejadian yang berkesan dalam hidup ku, melihat dan mendengar seseorang dengan kejujurannya padaku. Dan sekarang kita sudah terikat, kita saling memberi kelebihan dan menutupi bagian-bagian yang kosong dalam masing-masing diri kita. Seperti pada umumnya, setelah ikatan itu di mulai, sama saja seperti kisah-kisah sebelumnya. Bedanya kali ini kita hanya terikat oleh hubungan yang lebih dekat dari sekedar seorang teman. Tidak ada yang berubah setelah kita mengucap ikrar untuk menjadi bersatu. Hari-hari begitu saja terlewati seperti kebosanan-kebosanan sebelumnya, bedanya saat ini adalah adanya dia yang lebih memperhatikan ku, bahkan ia selalu menyuruhku makan teratur, ia seperti sudah menggantikan peran ibu ku yang selalu berbicara tanpa henti saat aku belum melakukan apa yang beliau katakan, hingga pada akhirnya aku melakukan semua yang ia minta. Dan sejauh itu tidak ada larangan untuk bergaul dengan siapa saja, tidak meregangkan hubungan pertemanan ku dengan teman wanita-wanita ku yang lain. Dan sekarang aku menjadi merasa aman karena ada dirinya yang selalu menegurku tanpa sungkan, aku sedikit menjadi lebih baik dari kebiasaan buruk ku sendiri, ia selalu menjadi penasihat mulai saat itu, ia selalu memberi pembenaran dalam sisa hidupku.
Tak ku sangkal, hidupku memang terasa lebih berwarna dengannya, hari-hari bersamanya, berteman senyuman dan pipi yang selalu memerah tanpa dia sendiri tahu apa penyebabnya. Aneh sekali memang, muka ku akan berubah memerah jika ada rasa malu atau ketika marah. Namun tidak dengan perempuan satu ini ia tidak tahu sama sekali apa yang terjadi dengan perubahan wajahnya dan itu membuatku geli, membuat ku ingin selalu mengejeknya. Dan lalu, beberapa waktu berlalu. Beberapa bulan kita lewati dengan rasa bahagia, dengan hati yang terkesan bahagia pun. Namun seperti yang ku bilang, perjalanan tidak akan selamanya mulus, akan selalu ada batu sandung dalam setiap liku perjalanannya. Namun aku memang harus siap menerimanya, seburuk apa pun hal yang akan terjadi diantara aku dengannya, Shelina Putri. Setelah sekian lama berbahagia dengannya, bersuka cita dengannya. Tiba-tiba suatu permasalahan datang dan aku harus tetap menghadapinya. Tapi hal ini benar-benar meruntuhkan mental ku, nyatanya dia yang selama ini bersama ku, yang ku lihat dan ku dengar adalah perempuan baik$:#-$:#-.
Ternyata beberapa minggu sebelum hari ini, teman perempuan yang satu kelas dengan ku pun datang menghampiri ku. Ia berkata sangat pelan kepada ku, namanya, Nabila Yusuf. Ia bernisik pelan kepada ku "Win, ada yang harus aku kasih tahu kepada mu, ini tentang Shelina, dan bukan maksud ku ikut campur dan terkesan tidak sopan ikut campur dalam hubungan kalian. Tapi. Aku rasa kali ini aku harus mengatakannya kepadamu. " Katanya berbelit-belit. Langsung saja karena penasaran apa yang akan ia katakan tentang kekasih, aku langsung menyela perkataannya, ku bilang. "Apa, ada apa, Bil? Langsung saja kamu katakan, aku tak apa! " Kataku memberikan kesempatan lagi untuk langsung berbicara.
Tanpa basa-basi lagi dia berkata "aku melihat Shelina dengan laki-laki dan berboncengan bukan seperti dengan mu, kau tahu apa maksud ku bukan? Seperti satu pasang kekasih yang sedang menikmati sebuah perjalanannya di atas motor!" Lanjutkan dengan suara yang agak di naikan dan raut wajah yang seperti meyakinkan. Aku hanya tersenyum lalu berkata dengan tidak berburuk sangka kepada perempuan ku itu "apa mungkin itu orang lain? Maksud ku mungkin saja orang itu adalah saudaranya sendiri? " Yakinku kepadanya. Tapi dia menyela lagi, "kita ini sudah bukan lagi remaja yang baru mengenal sesuatu yang seperti ini, Win! " Dia sedikit berteriak, dan melanjutkan ucapannya "apa boleh buat jika kamu masih saja di yakin dengan yang mu katakan pada mu! Pria yang ku maksud adalah mantan pacar daripada kekasih mu sendiri, Shelina Putri. Yang dimana aku adalah seseorang yang paling dekat dengannya, bahkan sebelum hubungan kalian ini! "Tegasnya, begitu sangat meyakinkan ku.
Dengan rasa yang dibuatnya keluar dari tenang, aku tersenyum tipis dan berkata " Terimakasih karena telah memberi tahu ku, tapi aku tidak mau berburuk sangka pada siapapun, setelah tahu darimu aku akan mencari tahunya lagi agar semuanya terlalu pasti, dan mohon  bantuannya ya, Bil, kamu kan temen deketnya dia, hehe". Seperti itulah cara ku menenangkan diri ku sendiri.
Tak lama setelah itu, pikirku berubah tak karuan, seperti di bayang-bayangi ketakutan akan kebenarannya itu. Tapi aku mau apa, aku tidak bisa menghardiknya begitu saja. Tapi aku akan terus mencari kebenarannya tersebut, sebab ini sangat menganggu ku.

never say goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang