Bab 3-Cerita Baru

8 1 0
                                    

Waktu itu seperti kejadian yang tidak menyenangkan yang tidak bisa kita tahan kedatangannya, seiring waktu berjalan tanpa terasa dan tanpa kita duga. Cerita lalu ternyata memang telah terkubur oleh waktu yang baru, mungkin yang lama sudah habis nan usang, kini terlahir sesuatu yang baru cerita yang baru.
Setelah berhasil melewati perjalan sebelumnya di kelas delapan, kini aku sudah naik satu tingkat menjadi siswa kelas sembilan  SMP. Dan masih saja menempati kelas yang sama, tiga tahun bersama huruf 'C'.
Kalian pasti tahu jika di SMP ini, jika pada mulanya kita terdaftar dalam satu kelas di kelas tujuh, anggap saja kalian menempati satu kelas dalam grup kelas A. Maka saat kalian naik ke tingkat selanjutnya yaitu kelas delapan, maka tentu saja kalian akan menempati sesuatu yang baru meski tidak semuanya tapi ada beberapa bagian siswa yang tadinya berada di kelas A otomatis akan terbagi misalkan dari A sampai Z. Kalian mungkin akan menempati kelas B, E, H atau yang lainnya yang sudah di tentukan oleh pihak sekolah. Lalu saat kita naik tingkatan lagi ke kelas sembilan maka dari yang tadinya kita di bagi secara acak, di kelas sembilan ini kita akan si pertemukan kembali dengan teman sekelas saat di kelas tujuh, kalian akan kembali berada di kela A.
  Tapi kali ini berbeda, beberapa teman di kelas ku kini tidak satu kelas lagi denganku, malah orang yang tadinya tidak dalam satu ruangan dengan ku kini menjadi dalam satu ruangan denganku. Apa kalian masih ingat perempuan yang bernama Shelina Putri? Ya, dulu dia adalah murid dari kelas tujuh 'D'. Ini dia yang mu maksud, harusnya di berada di kelas sembilan 'D' pula, tapi seperti yang ku maksud teman-teman ku di kelas tujuh juga tidak lagi berada dalam satu ruangan kelas denganku.
  Berasa terkejut juga saat melihatnya berada di bangku kelas paling depan di kelasku sendiri, bukan karena awalnya dia berbeda kelas denganku. Tapi ini perasaan ku saja, seseorang yang pernah menarik perhatianku saat menduduki bangku kelas tujuh, kini kita berada dalam satu ruangan. Tentu saja kita akan menghabiskan waktu dalam kurun waktu yang cukup lama. Dengan begitu aku harus menahan perasaan kala itu, aku harus berteman dengannya tanpa melibatkan perasaan waktu itu. Aku harus mempunyai hubungan kelompok yang baik dengannya.
  Sekedar basa basi aku menghampirinya dan bertanya kepadanya, prihal apa yang membuatnya menempati kelas berbeda dari kelas sebelumnya, lalu dia menjawab sambil tersenyum. "Oh, iya win, soal itu. Kelas ku itu sudah di isi oleh murid-murid yang bandel, jadi jika ada murid-murid yang bandel selain kelasku maka dengan kata pasti mereka bakal di tempatkan di kelasku. Makanya aku berada disini dan beberapa temanmu itu di tempatkan di kelas ku. " Jawabannya, dengan rinci. Di sela perbincangan ku degannya, salah satu temanku berbuat usil, ia berteriak seperti ini. "Hohohoooo, teman-teman lihat. Si Edwin di tolak sama Shelina. " Teriak temanku yang berbadan gendut. Sontak teman-teman ku tertawa secara serentak, sangat keras. Dan terus menyudutkan ku dengan pernyataan si gendut itu. Namanya Rana Maulan, dia teman laki-laki ku yang baik juga lucu, aku juga sering mentertawakannya. Makanya dia juga berani lebih usil kepadaku. Kau berusaha menggubris pernyataan itu, namun satu suaraku tidak terdengar dengan sisa siswa di kelasku. Pada akhirnya aku hanya bisa tertawa kesal dan pasrah, sampai hari berikutnya itu adalah bahan teman-teman ku untuk terus membuat ku kesal.
  Dan Shelina Putri juga sepertinya tidak terganggu dengan hal itu, ia terlihat lebih menikmati dan terlihat tersenyum ketika teriakan itu menyebutkan namanya dengan namaku. Beberapa waktu berlalu, seperti biasa, tanpa terasa. Kami semakin akrab dengannya, oh iya, Shelina ternyata termasuk siswa yang pandai dalam mata pelajaran matematika, setelah mengetahui itu aku memanfaatkan keakraban ku dengannya, aku memilih untuk satu kelompok dengannya. Haha, ini membantu ku untuk mendapatkan nilai kelompok yang baik. Beberapa minggu berlalu setelah awal kita menduduki bangku kelas sembilan. Aku ingat hari itu adalah hari minggu, saat libur sekolah, saat aku sedang berkumpul dengan beberapa teman ku. Oh iya, saat itu aku tidak bergaul dengan teman sebaya denganku. Aku lebih banyak bergaul dengan orang yang lebih dewasa dariku yang umurnya lebih tua dariku. Kurasa ini lebih menyenangkan ketika mereka yang umurnya tiga tahun dariku, mereka masih bisa untuk tetap menghargai anak kecil yang umurnya lebih muda dari mereka. Mereka tak menganggap ku sebagai anak kecil, atau anak SMP pada saat itu. Mereka jelas bisa menghargai ku ketimbang teman sebayaku. Dan kurasa ini juga ada baiknya, aku bisa belajar banyak dari mereka. Dan aku juga bisa bertanya saat ada mata pelajaran yang tidak aku mengerti.
  Lalu saat aku sedang berkumpul dengan mereka tiba-tiba HP butut ku berbunyi, masih terikat dengan maret gelang berwarna kuning dan merah, bedanya kali ini karet yang ku gunakan adalah bekas ikat rambut yang aku ambil dari bibi ku. Langsung saja kulihat pesan itu dari siapa, tapi saat ku lihat nomernya tidak tedaftar dalam bikin telepon HP ku. Isi pesannya adalah "selamat siang, Win. "
Hari itu sekitar pukul empat belas lewat, ku balas dengan ucapan "selamat siang kembali". Dengan cepat nada pesan itu kembali berbunyi, kulihat lagi dan ku baca lagi pesan itu dalam hati. " Ini aku, Win. Shelina... " Ku pikir kenapa nomornya tidak terdaftar di HP ku. Kembali pesan selanjutnya tiba "aku ganti nomor, Win. Tolong beri nama lagi ya biar kamu gak perlu nanya dengan siapa kalo aku mengirimkan pesan kepadamu. " Aku membalasnya dan berusaha akrab seperti ketika kita sedang bercanda dalam kelas "haha, aku kira siapa toh, nomor mu kenapa di ganti? " Jawabku, katanya nomor yang kemarin sudah terblokir.
Lalu ia memberi sebuah pernyataan, dimana pernyataan tersebut adalah menyangkut tentang saat dimana kita berdialog, saat si gendut itu berlaku usil kepadaku sampai saat ini kita masih di kira sudah berpacaran. Dan dia berkata seperti ini "sebelumnya, Win. Aku seneng loh saat anak-anak yang lain usil menyandingkan namaku sama nama kamu di papan tulis, aku suka bentuk hati yang terlukis di samping nama kita. Aku juga suka di bilang sudah menjadi pacarmu juga loh." Tuntasnya.Di akhiri dengan tanda yang tergambar dengan bentuk senyum.
Aku bingung membaca itu, padahal aku sudah setengah malu, tidak percaya jika harus di sukai oleh perempuan cantik sepertinya. Dengan tampang ku yang biasa saja dan tidak memiliki kelebihan seperti orang lain, kenapa dia harus menyukai ku. Shelina Putri ini orangnya Cantik, kulitnya putih bersih dan matanya sipit keturunan China. Ia juga tinggi semampai, rambutnya hitam legam nan indah terlebih ia adalah siwa yang pintar jika di bandingkan dengan orang pemalas seperti ku ini sudah jelas sangat jauh perbandingannya.
Tapi inilah kenyataannya, aku tidak merasa bangga karena di sukai olehnya, lagian aku juga masih merasa tidak percaya diri dan tidak terlalu memikirkan pernyataannya tersebut.
Tapi ia menegaskannya, hari senin, seusai pelajaran olahraga. Seusai kembali dari kantin saat yang lain masih belum kembali ke dalam kelas, ada yang masih membeli air minum, yang berganti seragam di toilet. Ia menghampiri ku dan berkata "Hi, Win. Kenapa gak bales sms ku kemarin? " Tanyanya. Ku bilang "aku masih tidak tahu apa maksud kamu berkata seperti itu? Sambil mengernyitkan dahi. Dia membalas, " Kenapa memangnya? Boleh dong jika perempuan mengucapkan perasaannya lebih dulu. Lagian aku juga tidak begitu bisa menahan diri untuk tidak menyatakannya sama kamu, Win. " Jelasnya dengan wajah yang terlihat tidak kalem, serius gitu haha.
Aku tidak begitu memikirkannya tapi aku di paksa harus menjawabnya. Menjawab pernyataan yang menyangkut tentang perasaan.

never say goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang