4

3.7K 304 1
                                    

'Lo dapet lawan, minggu depan siap-siap tanding'

Jennie seketika termenung melihat isi pesan tersebut. Pikirannya mulai menerawang jauh ke masa lalu dimana salah satu memori paling buruk yang pernah terjadi dalam hidup Jennie terputar ulang dengan sangat jelas di dalam kepalanya.

Di saat yang bersamaan Lisa baru kembali dan melihat Jennie yang tengah melamun dengan handphone miliknya yang berada di genggaman Jennie.

"Hey! Ko ngelamun" Lisa duduk menghadap Jennie yang belum menyadari kehadiran Lisa di depannya. Melihat Jennie yang tidak bereaksi, Lisa merasa heran kemudian menatap kedua sahabatnya dengan tatapan bertanya namun mereka hanya menggelengkan kepala dan ikut menatap heran Jennie.

"Woy Jennie kenapa lo, jangan ngelamun ntar ke sambet baru tau" Jisoo mencoba menggoyangkan bahu Jennie tetapi tetap tidak berhasil menyadarkannya membuat mereka bertiga semakin heran.

"Tadi dia buka handphone lo Lis, terus tiba-tiba dia ngelamun kaya gitu" jelas Rose yang melihat Lisa kebingungan.

Dengan cepat Lisa menatap layar handphone yang masih menyala di genggaman Jennie dan seketika itu membulatkan matanya. Dalam hati Lisa merutuki kebodohan sahabatnya, Bambam yang mengabarinya lewat pesan padahal Lisa selalu meminta untuk menelpon jika berkaitan dengan berita itu.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur, Lisa hanya bisa menghela napas setelah mengetahui penyebab Jennie seperti ini.

"J" Lisa sebenarnya gugup tetapi dia mencoba menggenggam tangan Jennie erat dan seketika itu Jennie tersadar dari lamunannya, kemudian menatap Lisa lekat.

"Kamu ada tanding apa?" Jennie mencoba mengontrol emosinya dan memastikan bahwa apa yang dipikirkannya salah.

Lisa yang ditanya seperti itu semakin gugup dan hanya menundukkan kepalanya. Ingin sekali Lisa berbohong tetapi dia benar-benar tidak berbakat dalam hal itu apalagi yang dihadapinya adalah Jennie, orang yang bisa membaca gerak gerik dirinya.

"Jawab" Lisa menggelengkan kepalanya, enggan menjawab.

"Jawab Lalisa!" Jennie sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Marah, sedih, kesal, kecewa, semua bercampur menjadi satu.

Lisa yang mendapat bentakan seperti itu tersentak kaget, mencoba untuk menatap Jennie yang mukanya sudah memerah emosi.

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Lisa mulai mengeluarkan suara dengan hati-hati.
"Tenang dulu J, ini tuh ga kaya yang kamu bayangin"

"Tenang kamu bilang? Mana bisa aku tenang Lalisa! Kamu tanding Muay Thai! Iya kan!?" mata Jennie mulai berkaca-kaca.

"Iya tapi ini cuma tanding biasa antar club Muay Thai J, bukan turnamen" Lisa mencoba mengusap tangan Jennie tetapi segera di tepis.

"Apa bedanya Lalisa? Apa bedanya!? Kamu tetep bakal kena pukul! Kamu tetep bakal babak belur! Kamu bisa pingsan, kamu bisa patah tulang, kamu bisa masuk rumah sakit, kritis, terus kali ini... kamu.. bisa aja.." Air mata Jennie lolos begitu saja dengan suara yang semakin lirih, tidak sanggup melanjutkan ucapannya membuat Lisa segera menarik Jennie masuk kedalam pelukannya mencoba menenangkan.

"Sstt... Pikiran kamu udah terlalu jauh J, itu ga akan kejadian"

"Tapi kamu pernah ngalamin itu semua Lalisa! Kamu hampir ninggalin aku! Sama kaya Mommy.." Jennie semakin terisak di pelukan Lisa.

"Ga akan ada lagi kejadian kaya dulu J"

"Kata siapa? Kamu Tuhan? Bisa nentuin nasib kamu di pertandingan nanti, hah?" Jennie mendorong Lisa, melepaskan diri dari pelukan.

"Please J... Jangan kaya gini. Kejadian waktu turnamen SMA dulu itu karna lawan aku curang, kamu tau sendiri kan"

"Terus kamu bisa jamin kalau lawan kamu nanti ga akan curang? Ga bisa Lalisa. Kita ga tau niat seseorang ke kita kaya gimana"

BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang