•°10.Sonia°•

0 0 0
                                    

"Silahkan masuk!" Mauza sudah yakin siapa yang datang. Keyakinanannya terbukti saat pintu telah terbuka menampilkan sosok gadis cantik nan anggun berjalan menghampirinya

"Ada apa?" alih alih menatap, Mauza bahkan melontarkan tanya terlebih dahulu sebelum posisi gadis itu kian dekat

Gadis itu, Gadis yang akan dijodohkan dengannya .

"Abi menyuruh Nia untuk menjenguk keadaan Om bersama Kakak! Bolehkah?" Gadis itu sonia, karyawannya. Meremas remas tangannya sendiri sembari menanti kepastian dari pria tanpa ekspresi di hadapannya.

Sepersekian detik membiarkan Sonia menunggu tanpa berniat menyuruhnya duduk. Bukannya menjawab, Mauza malah bangkit berdiri meninggalkan Sonia dengan keterdiaman kakunya bagai manekin saat melihat lelaki angkuh yang dengan santai melewatinya tanpa respons sedikitpun.

"Tak jadi?" lelaki itu menoleh saat tiba di ambang pintu. Bertanya pada Sonia yang masih membeku dalam keterdiamannya menatap udara kosong. Pria sarkas itu menyadari bila sedari tadi Gadis yang mengajaknya menjenguk sang ayah itu tak mengikutinya.

"Eh..?" Dia bergegas mengikuti langkah lebar Mauza yang sudah meninggalkannya jauh di depan. Gadis dengan pashmina ungu itu tersenyum lebar menampakkan binar yang tengah tersungging.

Seperti biasa, Mauza lebih memilih berlelah lelah memakai tangga darurat dari pada harus terdampar di lift yang mengakibatkan terlalu sepi dan dekat posisinya dengan Sonia, ditambah keadaan Lift yang benar benar tertutup.

Oh ayolah.. Bagaimana nanti bila Ihsan salah paham? Lelaki itu bingung dibalik tampang datarnya sembari memikirkan harus memberi alasan apa lagi pada sekretaris setianya itu?

Benar saja. Saat hampir mencapai anak tangga bawah. Mereka berdua berpapasan dengan dia, lelaki __yang tengah membawa setumpuk map ditangannya untuk naik ke atas__ itu hanya menunduk tanpa berniat menoleh kembali setelah tatapan nanar yang pertama kali berhasil dilayangkan oleh pendar matanya

Mengapa harus? Mengapa Ihsan tak memakai lift saja? Mengapa seperti sudah terangkai sempurna seperti sudah ada yang merencanakannya agar Ihsan salah faham?. Oh, Astaghfirullah mengapa lelaki dengan penuh rasa bersalah itu melupakan bila sudah ada takdir yang telah disetting oleh yang maha kuasa.

Pada akhirnya pemuda itu malah menyalahkan taqdir. Ampuni dia ya Allah.

Mauza mengeluarkan ponsel dari saku celana bahan yang dikenakannya.

Ihsan

Maaf San! Ane tak bermaksud mempermainkan ente

Mauza mengirim pesan lewat chat What's ap untuk mengutarakan permintaan maafnya pada Ihsan. Dia berusaha menjelaskannya, meski pandangan lelaki dewasa yang berpapasan dengannya tadipun sudah banyak menjelaskan kebenaran

Gk pp kok, itu Haq kamu

Mauza cukup terkejut kala membaca pesan balasan itu. Perasaan bersalahnya semakin membesar terbukti dari kalimat Ihsan tak seperti biasanya yang kerpa kali menggunakan kata Ane dan Ente. Menunjukkan rasa kecewanya saat ini.

Secepatnya ane akan tolok perjodohan konyol ini. Ane tak mencintainya.

Sudahlah! Dia begitu mencintaimu. Jangan hiraukan perasaanku, cukup kau perjuangkan dia, hargai pengorbananku melepas dia untukmu. Aku ikhlas jika dia bahagia walau tak bersamaku. Meskipun itu terasa susah, aku akan berusaha.

"Munafik!!" Mauza berteriak seketika. Rasa bersalahnya membuat dirinya tak menghiraukan sekitar meskipun semua mata berhenti untuk memandangnya, keadaannya terlihat seperti tengah kesetanan dengan wajah memerah menahan amarah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketulusan Hati Wanita Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang