•°6.Bunga tidur atau Pertanda?°•

6 1 0
                                    

Beban hidup yang kita keluhkan, tak sebanding dengan begitu banyaknya ni'mat hidup yang kita dapatkan.

Tiap hela nafas, tiap kedip mata, tiap aliran darah, tiap sel tubuh.
Bayangkan! bila harus kita urus satu per satu?


🌿🌿🌿

"kalau boleh tahu, mengapa Tuan Fahad ini tak pernah bertandang ke rumah Ibu pada saat lebaran, biasanya kan setiap pesantren mengadakan pulangan jika lebaran?" Kiya menaruh cangkir yang baru saja isinya dia nikmati keatas lepek kembali.

"Maaf, jangan panggil Saya tuan!" koreksi Fahad lantaran risih dengan panggilan itu

Bu Rodiyah tersenyum "begini Nduk, Fahad ini di pesantren nya menjadi Abdi ndhalem Kyai, jadi tak diizini pulang meskipun lebaran. Sekarang kenapa kok bisa pulang?, karena sekarang Fahad sudah diizinkan berhenti setelah sowan pada Kyai untuk meneruskan pekerjaan dicabang perusahaan perhotelan yang dikelola oleh papanya" Kiya menganggukkan kepalanya mengerti akan penjelasan Bu Rodiyah

"Maaf, em....?"

"Panggil saja Mas " Bu Rodiyah mengintrupsi, kala Kiya kebingungan untuk memanggil Fahad dengan panggilan apa, masak mau manggil nama saja, kan terlihat tak sopan di dengar.

Keduanya terlihat kikuk dengan perintah panggilan dari Bu Rodiyah

"lho kenapa, memangnya ada yang salah? " Bu Rodiyah semakin menggoda. Beliau mengerti, jika keduanya sama sama canggung

"Em... maaf Mas, tadi Saya sempat mencurigai yang tidak tidak pada Mas Fahad, karena tidak biasanya Bu Rodiyah kedatangan tamu di hari hari seperti ini"

"iya, tidak masalah" Kiya menghembuskan nafasnya pelan. merasa tenang karena Fahad tak memperpanjang, jadi dirinya lebih cepat untuk  istirahat.

"Ya sudah, maaf mengganggu. Kalau begitu Saya pamit dulu ya Bu, Mas Fahad"

"Gak makan dulu, sini Nduk!, Kita makan sama sama. kebetulan Ibu masak banyak " tawar Bu Rodiyah ketika Kiya hendak beranjak pulang

Merasa tak enak menolak kebaikan seseorang, apalagi itu Bu Rodiyah, yang memang begitu baik padanya. Tapi apalah daya, tubuhnya sangat lelah dan sakit semua, minta segera di istirahatkan

"Maaf Bu, tadi Kiya sudah sarapan, dan kebetulan masih kenyang. Jadi, Kiya pamit dulu ya Bu, mau ngobatin luka" Bu Rodiyah mengerti lantas mengangguk

"Assalamualaikum" setelah mendengar jawaban salam, Kiya segera berbalik arah menuju keluar pintu

"Dia Gadis yang baik Le, mandiri, sabar, dan Dia yang selalu menemani Oma disaat kesepian. tapi kasihan, hidupnya sebatang kara" Fahad yang mendengarkan cerita Omanya mulai terasa simpatik, hatinya tergerak ingin mencoba mencari tahu tentangnya, apa keistimewaannya sehingga sang Oma begitu menyayanginya

"Memang orang tuanya kemana Ma?" Fahad mulai menggali informasi satu persatu

"Menurut ceritanya sih ibunya meninggal, ayahnya dipenjara, kakaknya sakit jiwa, sedangkan adiknya tengah koma" Fahad seketika tercenung mendengar informasi yang di ucapkan oleh Bu Rodiyah. begitu sulitnya masa masa yang tengah Kiya alami, begitu miris kehidupannya, sungguh begitu kuat hatinya.

Ketulusan Hati Wanita Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang