•°8.Fatal°•

0 1 0
                                    

"Penyesalan tidak dapat mengubah masa lalu. Begitu pula kekhawatiran, tidak dapat mengubah masa depan"

(Anonim)

🌿🌿🌿

Kiya tampak tak fokus mengepel. Dia masih merasa bersalah dan sakit hati secara bersamaan pada Mauza. Sakit hati akan sindir pengusirannya dan merasa bersalah karena dirinya telah menjudge yang tidak tidak.


"Fikirkanlah!, mengapa dan bagaimana anda bisa selamat dari penculikan tersebut, apa perantara Allah yang menyelamatkan anda dari bahaya itu, Jangan mudah menuduh orang tanpa bukti yang masih belum anda tahu!" Kiya masih terngiang ngiang tentang perkataan terakhir Mauza sebelum mengusirnya.

Ah. Kenapa cara pengusirannya terus terasa ya sakitnya. Sangat mendalam

Lupakan masalah pengusiran. tentang renungan ucapannya, Apa maksudnya?

Dicelupkannya alat pel kedalam timba yang berisikan air dan pewangi lantai. Namun, ketidakfokusannya menjadi pemicu masalah baru yang diperbuat. Kiya menumpahkan seluruh air yang ada di timba dan akhirnya berserakan dimana mana.

Kiya teringat seorang pria penyelamat dari marabahayanya. Sampai saat ini Kiya masih belum mengetahui siapa orang tersebut. Tapi mengapa Mauza menyuruh Kiya mengingat sang penyelamat itu?, apa maksudnya?. Atau jangan jangan..

Kiya tetap melakukan aktivitas ngepelnya seperti biasa. Namun kini, tanpa disertai konsentrasi dan pandangan kosong. Dia mengelap elap lantai dengan rasa tanpa dosa, menjadi penyebab semua orang yang disana memandangnya heran.

"Kiya.. Kiya" Au' dari jarak 5 meter memanggilnya dengan sedikit berteriak. Namun, apalah daya, suaranya hanya mampu teredam dalam udara, tak sedikitpun digubris Kiya. Kiya saat ini seakan menjadi tuli secara dadakan.

"Apa pak Mauza sang penyelamat itu?" Gumam Kiya pelan dan tak ada yang mendengarnya

Au' hendak menghampiri Kiya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Sonia mendahuluinya sampai ke depan Kiya

Sonia menggguncang guncangkan lengan Kiya "Kiya.. Kenapa airnya ditumpahin?. Kamu gak fokus apa memang seperti ini trik kamu jika mengepel?" Sonia bertanya dengan lembut

"Astaghfirullah.." Kiya terkejut mendapat guncangan di tubuhnya dari Sonia, terlebih saat melihat lantai yang menggenang cukup banyak air.

"Kenapa sampai tak fokus Ki?" Sonia memberikan senyuman hangat pada Kiya. Kiya balas tersenyum merasa bersalah, apalagi saat melihat sekelilingnya yang memperhatikan semua.

"Maaf Mbak" Kiya nyengir kuda dan Sonia balik mengusap lengannya dengan lembut

"Gak papa kok, Tapi ingat! Lain kali gak boleh galfok lagi" Kiya mengangguk "ya sudah, lanjutkan!" Kiya kembali melanjutkan tugasnya yang bertambah karena kecerobohannya sendiri. Yaitu mengepel lantai yang di penuhi air sampai mengering.

"Yang lain, tolong lanjutkan pekerjaannya masing masing!" Instruksi Sonia yang langsung dijalankan oleh para karyawan yang menyaksikan keanehan Kiya.

🌿🌿🌿

Kiya masih mencuci piring saat semua karyawan telah pulang. Awalnya tadi dia tak sendiri, melainkan ada Bu Ningrum yang membantunya.

Ketulusan Hati Wanita Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang