~Free Lest

26 21 24
                                    

Rahel sudah sampai di depan kelasnya. Rahel mendengar suara teman-temannya yang sangat ribut. Rahel tersenyum karena sudah pasti guru tidak ada di kelasnya. Kali ini dunia benar-benar berpihak kepada Rahel.

Sebelum masuk, Rahel mengetuk-ngetukkan kalinya kelantai. Rahel ingin mengerjai teman-teman agar teman sekelas Rahel mengira bahwa Rahel adalah guru.

*Kruk kruk (anggap saja suara sepatu Rahel).

"Woi, ada guru yang dateng. Diam-diam!!" Perintah ketua kelas 11 MIPA 2, Rian namanya. Ya, Rahel sekarang kelas 11 MIPA 2.

Saat semua nya duduk rapi, Rahel memasuki kelasnya, semua orang meneriaki Rahel.

"Huu, gue pikir guru"
"Rahel gada akhlak emang"
"Untung cewe, kalo enggak gue tabok lo"
"Untung cantik"

Teriak beberapa teman sekelas Rahel. Rahel tertawa terbahak-bahak tanpa rasa bersalah.

Tanpa Rahel sadari, ada seseorang disudut sana yang tersenyum tenang melihat tingkah laku konyol Rahel.

Rahel masih tertawa di depan teman-temannya. Tiba-tiba suara sepatu kembali terdengar. Semua murid 11 MIPA 2 langsung duduk rapi, termasuk Rahel.

"Pagi anak-anak ibu" ucap Zea dengan wajah santai.

Lagi-lagi mereka tertipu. "Kalian memang cocok jadi sahabat ya. Udah motor kembar, liciknya juga kembar." Cetus Rian.

"Otak lo tuh yang licik." Jawab Zea yang wajahnya tadinya tertawa, berubah menjadi datar.

Zea memang tidak terlalu suka dengan Rian. Rian orangnya suka cari perhatian kepada guru dan suka menyogok guru agar Rian di buat menjadi juara 1. Tapi ujung-ujungnya yang juara 1 selalu Zea, karena Rian tidak pintar. Masih banyak teman sekelasnya yang lebih pintar dari Rian. Tapi yah begitulah. Keadilannya hanya untuk orang kaya.

"Dih, gue becanda kali. Serius amat" cetus Rian.

Zea tidak menjawab perkataan Rian. Ia hanya menatap Rian dengan sinis.

"Huahaha.. Zee lu parah banget. Ga boleh gitu heh" ucap Rahel sambil tertawa.

"Yaemang dia licik." Jawab Zea dengan senyum mirisnya. "maaf ya hel, gue tadi gak bisa nungguin lo." Lanjut Zea dengar rasa bersalah.

"Yaelah, santai aja lagi." Jawab Rahel.

Zea tersenyum kepada Rahel. "Oh iya, kok lu telat? Tadi aja gue mau jemput lo masih jam tengah 7." Tanya Zea.
Terus bang Aril lo apain? Dia ngomel-ngomel sendiri tuh. Haha." Lanjutnya.

"Hah? Kak Aril masih marah? Hahaha. Ceritanya panjang Zee jadi ginii.." Rahel menceritakan kejadian-kejadian yang dia alami dari ia berangkat sekolah, karena hari ini mereka free lest.

**

Lest 1-4 sudah berakhir dengan sia-sia. Sekarang waktunya mereka istirahat. Seperti biasa, Rahel dan Zea pergi ke kantin.

"Mampus, ada kak Aril lagi." Bisik Rahel kepada Zea.

"Haha, makanya jangan sok nyari masalah sama bang Aril. Tapi tenang aja dia udah maafin lo kok." Jawab Zea ke Rahel.


"Iyakan bang?" Tanya Rahel kepada Aril.

Tanpa Rahel sadari, Rahel sudah berada di depan Aril.

"Iya apanya?" Tanya Aril bingung.

"Hah? Engga." Jawab Zea.

Aril yang masih merasa bingung, melewati Zea dan Rahel dan melemparkan tatapan tajam nya kepada Rahel saat Zea tidak melihatnya.

"iihh serem." Cetus Rahel.

DYK? ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang