Zea membawa Rahel kembali ke tempat parkiran. Ia menyuruh Rahel untuk pulang dengannya menggunakan motornya.
"Bentar, perasaan gue gak enak. Dia kan gak tau motor lo yang mana, gak mungkinkan dia gak ngerusak motor gue juga?."
Mata Rahel sudah bengkak karena sedari tadi menangis. "Bener juga, tapi mananya yang rusak?" Tanya Rahel dengan nada yang sangat pelan di iringi dengan sedikit isakan tangis.
Zea mengecek motornya. Benar saja, alat penyambung remnya putus. Untung saja Zea pintar dan tidak langsung mengenakan motornya.
"Benar-benar ya tuh anak. Otak mereka di taro dimana sih?" Cetus Zea dengan sangat emosi.
"Kenapa?" Tanya Rahel.
"Rem nya blong, sengaja di putusin." Kesal Zea.
Tak lama kemudian, Aril datang dengan motor cross nya. "Duar" usil Aril. Aril kaget karena melihat mata sembab Rahel. "Lo kenapa? Di musuhin si Ken?" Tebak Aril.
Air mata Rahel kembali mengalir karena mengingat Ken yang tadi mendorong badannya.
"Eh ehh, kok nangis? G-gue cuma nanya"
"Ini semua karena sepupu tersayang lo itu kak" Jawab Zea kepada Aril.
"Hah, Angel? Kenapa?" Tanya Aril kembali.
"Panjang deh ceritanya. Sekarang mending lo bantuin kita mikir, gimana caranya pulang"
"Pake motor lah. Eh tapi motor tawonnya cuma satu? Satu lagi kemana?" Lagi-lagi Aril bertanya.
"Kalo motornya ada, gak mungkin gue minta solusi Lo" Cetus Zea. "Btw, ini motor gue. Remnya blong, dan motor Rahel hancur." Jelas Zea kepada Aril.
Aril mengangguk mengerti dengan penjelasan Zea. Sekarang ia tidak mau bertanya lagi karena ia kasihan dengan Rahel yang masih menangis. Toh itu juga salahnya, kenapa dia harus banyak tanya?
"Hmm, gak mungkin kita tarik tiga pakai motor gue. Mana udah sepi lagi" Ucap Aril yang masih mikir.
Tiba-tiba seseorang lewat mengenakan motor beat. Itu Bu Erna, guru olahraga mereka. Erna adalah guru idaman di SMA Taraf Agung. Selain cantik, ia juga tidak penjilat seperti guru-guru lain. Ia belum menikah karena banyak laki-laki yang segan dengannya karena ia tomboy.
"Eh, Buu!!" Panggil Aril yang segera turun dari motornya dan tiba-tiba berlari di depan motor Bu Erna untuk mencegahnya di susul oleh Rahel dan Zea.
"Astagfirullah, lahaulaaa!!! Kaget Erna. "Arill!! Kamu mau buat saya struk? Saya belum nikah!!" Nyinyir Erna.
"B-bukan gitu Bu. Oke jadi gini bu, bisa gak ibu nganterin Rahel pulang? Soalnya motor Rahel dan Zea rusak Bu." Mohon Aril.
"Hah? Jangan kamu pikir dengan kamu anak dari pemilik sekolah ini berhak nyuruh-nyuruh saya ya!" Ucap Bu Erna.
"Hah, bukan gitu Bu.. Jelasin Zee" Ucap Aril yang sudah pasrah. Memang susah sekali bila harus berlawanan dengan Erna yang selalu over thinking.
Zea menceritakan dengan hati-hati kejadian yang menimpa mereka tadi agar tidak salah omong. Aril yang mendengar cerita Zea, ikut kaget dengan ulah sepupunya itu.
"Jadi, kita minta tolong ya Bu" mohon Zea.
"Hah? benerah? Tapi gimana ya, saya ada urusan hari ini. Harus cepat pulang. Ini aja udah telat." Ucap Erna.
"Gini aja, Aril yang ngantar Rahel sama Zea pakai motor ibu, terus ibu yang pakai motor kamu." Jelas Erna kepada Aril. "Lagian kenapa gak mesen taxi on line astaga" Lanjutnya.
"Oh iya juga ya?" Tanya mereka bertiga.
"Panik Bu, panik" ucap Aril.
"Tapi yaudah, ini motor ibu." Ucap Erna yang langsung turun dari motornya. "Untuk masalah motor Rahel dan Zea, besok ibu proses."
"Hadeh, masa tarik tiga Bu?" Ucap Aril.
"Resiko kamu punya sepupu begitu" Jawab Erna sambil menaiki motor Aril. "Oh iya, motor saya jangan sampai lecet." Tegas Erna.
Erna memang pandai memakai motor cross. Dia dulunya adalah seorang pembalap. Sebelum ayahnya meninggal, ayahnya meminta Erna berhenti menjadi pembalap dan melanjutkan pekerjaan ayahnya menjadi guru.
Erna pun segera pergi meninggalkan Aril, Rahel, dan Zea.
'kapok gua nyapa mereka.' Lirih Aril 'yakali tarik tiga.' Lanjutnya.
"Hah, yaudah ayo." Ajak Aril.
"Gimana kalau kita makan dulu bang? Gak laper apa? Ini udah jam 2 loh. Gimana Hel?" Ujar Zea dengan senyum manisnya sekalian sambil menghibur Rahel.
'agrhh, pen pingsan aja gua liat senyum nih anak. Karung mana karung!!' Lirih Aril lagi.
Wajah Rahel langsung ceria karena di ajak makan. "Wahh, ide bagus tuh. Lebih bagus lagi kalau kak Aril yang bayarin." Jawab Rahel.
"Wtf,,, di ajak makan ceria tuh muka. Tapi masa kita bertiga?" Tanya Aril.
"Gak papa kali, bang Aril gak kasian sama Rahel? Dia udah jadi sadgeerr mendadak loh" Ucap Zea sambil terkekeh kecil.
Rahel memasang wajah kasihannya.
"Buset dahh, yaudah ayo." Perintah Aril.
Mereka pun pergi meninggalkan tempat parkiran sekolah. Aril yang bawa, Rahel di tengah, dan Zea di belakang Rahel.
To be continue🎈
KAMU SEDANG MEMBACA
DYK? ILY
Teen FictionMenyukai seseorang yang sering menjahili kita sagat menjengkelkan ya? Namun itu lebih baik daripada mencintai seseorang yang berpura-pura tidak peka, walaupun orang itu sangat menyayangi kita. Tapi kenapa dia menolakku jika dia menyayangiku?