Zea duduk di bangku kantin paling pojok untuk menunggu makanan yang sedang dipesankan Rahel. Biasanya Zea yang memesankan makanan, tapi kali ini Rahel sendiri yang ingin memesankannya.
"Hai Zee, sendiri aja. Rahel mana?" Tanya seseorang dengan senyum manisnya, siapa lagi kalau bukan Ken.
"Rahel lagi pesen makanan bang" jawab Zea.
"Oohh"
Ken dan Zea bicara-bicara sambil tertawa.
Rahel datang dengan makanan yang ada di tangannya.
'gue cariin di sono, taunya disini. Kalau gue tau lu bakalan disini, mana mau gue pesenin makanan kak.' ucap Rahel dalam hati.
"Hai kak" sapa Rahel.
"Hai hel. Tumben kamu yang pesenin." Ucap Ken ngeledek.
"Haha, gak tau nih kak. Pengen aja. Jawab Rahel sambil tertawa. "Oh iya kak, makasih ya udah selametin Rahel pas telat tadi". Lanjutnya.
"Hah, iya sama-sama." Jawab Ken.
"Gue juga ikut nyelametin lu kali hel" cetus Zea. "Tapi gue gak denger lu bilang makasih".
"Makasih juga Zeeaaa" ucap Rahel sambil tersenyum.
Mereka bertiga cerita-cerita sambil tertawa. Rahel selalu mencuri pandangan kepada Ken. Saat Ken melihatnya balik, Rahel mengalihkan pandangannya. Ya begitulah seterusnya.
Lonceng berbunyi. Siswa/i di sekolah tersebut memasuki kelasnya masing-masing, termasuk Rahel dan Zea. Kini guru mereka datang, tapi hanya untuk memberi jadwal pembelajaran untuk besok, setelah itu guru tersebut keluar.
Seperti biasa, jika tidak ada guru seluruh kelas 11 MIPA 2 ribut dan berkeliaran seperti monyet kelaparan. Ada yang ke kantin, dan ada juga yang bolos.
Lonceng yang menandakan pulang sekolah berbunyi. Hari ini mereka pulang cepat karena mereka belum belajar. Saat Rahel dan Zea ingin pulang, tiba-tiba Ken memanggil Zea untuk rapat OSIS.
"Hah? Lagi?" Tanya Zea.
"Iya, ada yang belum kita selesaikan." Jawab Ken.
Zea menatap Rahel dengan rasa bersalah. Padahal mereka sudah janjian ingin memakan bakso di pinggir jalan yang biasa mereka lewati.
"Gak papa Zee, kita bisa pergi lain waktu". Walaupun Rahel ingin sekali pergi, tapi Rahel tidak boleh egois demi kemauannya.
"Makasih ya hel, udah ngertiin." Ucap Ken sambil mengacak-acak rambut Rahel.
Rahel mengangguk tersenyum dengan hati yang berdebar-debar.
Rahel pun pergi meninggalkan zea dan Ken.
"Berangkat sendiri, pergi juga sendiri" ucap Rahel dengan nada pasrah.
Rahel mengendarai motornya. Ditengah jalan, Rahel melihat Aril yang sedang berhenti sambil mengecek motornya.
"Kenapa kak?" Tanya Rahel yang sudah berhenti di samping motor Aril.
"Habis bensin, bensin gue di motor lu semua." Jawab Aril.
"Astaga kak, kenapa lu kasi ke gue kalo ujung-ujungnya gini" ucap Rahel.
"Ya udah, Rahel cari bengkel dulu, kali aja ada bensin." Lanjutnya.Rahel pergi mencari bengkel yang ada di sekitar jalan itu. Tapi tidak ada yang buka. Adapun yang buka, tapi bensinnya udah habis. BBM sekarang memang sangat langka.
"Kak, gak ada. Rahel udah cari kemana-mana" ucap Rahel.
"Ya emang, makanya gue tadi gak beliin bensin buat lo" jawab Aril.
"Eee gimana yaa?" Tanya Rahel sambil berpikir.
"Gini deh, gue pinjem motor lu. Trus besok gue balikin. Kita pulang bareng" jawab Aril yang memberikan solusi.
Rahel masih mikir dan akhirnya ia menyetujui ide Aril dengan terpaksa.
'Mau nolak, ini bensin dia' ucap Rahel dalam hati.
"Trus, motor lo gimana?" Tanya Rahel.
"Gampang itu. Tapi masalahnya motor lo gini amat. Kaya mau ngebadut gue" ucap Aril.
"Kalo gak mau gausah. Gak rugi gue." Cetus Rahel.
"Yee, gue tarik bensin gue, ngegembel lo." Ucap Aril yang tak mau kalah.
"Ceritanya lo ngancem? Udah naik!!" Perintah Rahel.
"Gila lo, Lo yang bawa? Lo gak takut gue macem-macem?" Kata Aril ngasal.
"Emm i-iya juga yaa. Yaudah nihh" ucap Rahel sambil memberikan stang motornya kepada Aril.
Setelah berdebat, akhirnya merekapun pulang. Aril mengantarkan Rahel pulang, dan merekapun sampai di rumah Rahel.
"Hel, rumah Zea mana?" Tanya Aril.
"Itu, yang ada didepan rumahnya ada anak kecil. Itu adiknya Zea." Ucap Rahel.
Aril mengangguk sebelum akhirnya pergi meninggalkan Rahel.
"Yee, bukannya pamitan dulu" nyinyir Rahel.
TBC
Di chapter ini belum ada masalah.
Kita buat masalahnya di chapter berikutnya.
See you🎈

KAMU SEDANG MEMBACA
DYK? ILY
Подростковая литератураMenyukai seseorang yang sering menjahili kita sagat menjengkelkan ya? Namun itu lebih baik daripada mencintai seseorang yang berpura-pura tidak peka, walaupun orang itu sangat menyayangi kita. Tapi kenapa dia menolakku jika dia menyayangiku?